Target 10+ komenan, thanks you. Biar author bersemangat. Spam kuy
..
.
Sekarang saja seperti masih terasa gelinya, astaga sepertinya dia sangat berlebihan tapi ya itu yang terjadi. Namanya anak gadis dan masih tersegel kena nafas pria dewasa pasti reaksinya seperti itu. Kejadian beberapa saat lalu membuat Jena agak menjaga jarak ke Ardi.
"Kamu kenapa sayang?" tanya Retno melihat sang mantu memasuki dapur sambil menggendong cucunya dengan langkah buru-buru.
"Enggak papa Ma, mau bantuin Mama sama Dina masak" jawab Jena sembari mendudukan Nala dikursi terdekat. Tentu yang safety untuk balita dan bisa diawasi.
"Kamu disitu aja sama Nala, Mama sama Dina enggak masak terlalu ribet kok" ucap Retno
"Enggak papa Ma, kan mau berguru biar tau"
"Aish kamu itu, ya udah sini mendekat kebetulan kita lagi masak salah satu menu kesukaan suami kamu"
"Mas Ardi itu sangat suka ayam bakar dan sambal, bisa menghabiskan nasi kalau Mama masak itu Jen" ucap Dina
"Ya tentu lah pasti enak banget"
"Kamu kupas bawang merah, putih dan petiki cabai lalu dicuci" perintah Retno.
"Seminggu ini kamu ngapain aja Jen?" tanya Dina
"Ya seperti biasa, cuma bedanya ada human satu yang dilihat setiap buka mata pertama kali hehe"
"Udah ketemu Bi Asih?" tanya Retno, sembari bertanya mertuanya itu sambil menakar gula garam untuk bumbu sambalnya.
"Sudah Ma, masakannya enak banget" ucap Jena
"Nih diulek. Emang enak, Mama dulu ya belajar juga sama Bi Asih" ucap Retno
"Dulu tu Mama kaya kamu Jen, tapi sering lihat dan tanya bisa deh"
"Sama kaya Jena Ma, sekarang juga Jena sering bertanya kalau masak ini itu tanyanya Bi Asih" Jena langsung menceritakan kegiatan masaknya di rumah sembari mengulek atau menghaluskan bumbu di cobek.
Ini bukan kali pertama dia menyentuh cobek dan mengulek. Sudah biasa iya karena kalau membuat nasi goreng selalu mengulek dulu bumbu agar halus. Walau hasilnya tidak sehalus yang dibayangkan tapi setidaknya sebagai seorang gadis tidak terlalu zonk hal-hal dapur.
"Wah bagus itu, jangan cuma terima jadi dari Bibi atau Art kita aja sayang. Pelan-pelan pasti bisa dan jago, Mama buktinya" Retno coba menyemangati mantunya.
"Dina juga gitu kok, penting berusaha"
"Tidak ada kata telat kalau mau belajar"
"Ini segini atau masih kurang halus?"
"Segitu cukup Jen, sambal ga usah terlalu halus. Dipindahkan ke wadah lalu kita susun di meja makan" perintah Retno
Setelah semua disusun, waktunya makan malam. Seperti biasa Jena mengambilkan lauk pauk untuk Ardi dan tentu saja dengan memanggil "Mas Ardi" sesuai yang diperintahkan tadi. Agak hening memang ya karena semua fokus ke makanan hanya suara Nala yamg berceloteh.
"Jangan menunda-nunda memiliki anak" ucap Adi sang Papa mertua Jena.
Uhuk
Sambal yang Jena makan salah jalur ternyata, memilih ke tenggorokan ketimbang kerongkongan. Tentu saluran pernapasanya terasa panas agak terbakar."Minum dulu sayang" Ardi dengan sigap memberi Jena segelas air putih. Bukannya lega tambah terbatuk-batuk mendengar ucapan sang suami.
"Maaf" ucap Jena yang membuat gaduh meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOSEN DUDA ITU SUAMIKU (Complete ✔️)
RomanceJena + Kuliah = Ilmu ❌ (Jena kuliah mendapatkan ilmu) Jena + Kuliah = Suami ✔ (Jena kuliah mendapatkan suami) *DILARANG PLAGIAT!* "Aku enggak mau dijodohin Pa, biar Jena sendiri yang menentukan pria itu. Pria yang menjadi teman hidup Jena" ucap Jena...