Hello
JH kembali untuk update extra part
.
.
.
Perjalanan kehamilan Jena sangatlah nano-nano untuk dilalui. Mual, muntah sudah menjadi makanan sehari-hari Jena pada trimester pertama. Pernah sampai tidak makan nasi karena terganggu dengan aroma nasi yang membuatnya mual. Mencium bau nasi yang sedang dimasak apa lagi, kecium ya muntah-muntah. Kejadian itu berlangsung hampir satu bulan, cuma makan kentang dan roti sebagai pengganti. Berasa bule ya makannya seperti itu, mau gimana lagi coba? Penting makanan masuk.
Memasuki trimester dua mual muntah berkurang malah manjanya keluar dan moody. Maunya deket Ardi terus padahal suaminya itu harus kerja, membimbing mahasiswanya. Sedikit-sedikit harus video call kalau senggang bahkan sampai saat Ardi mengajar juga pernah.
"Mbak, mbok ya itu WA Mas Ardi bacanen. Syukur-syukur telponnya dijawab Mbak Jen." ucap Dilan sembari mengusap wajah dengan pasrah.
"Males Dilan, salah dia sendiri juga. Istrinya mau ikut kok enggak boleh, cuma surabaya loh Lan. Naik kereta lagi bukan mobil atau pesawat, pelit banget." ucap Jena
Ardi memang sedang ada acara seminar di Surabaya, biasa menjadi pembicara. Jena sebenarnya ingin ikut tapi tidak diperbolehkan oleh Ardi. Mengambek lah dia sama suaminya, udah istrinya lagi mode manja dan moodyan ditinggal lebih tidak sukanya itu Ardi memberi taunya h-1 sehari.
Sebenarnya acaranya hanya sehari saja, berangkat kemarin sore dan nanti malam sudah sampai ke Jogja lagi. Namanya bumil ada saja yang diinginkan, lebih tepatnya Jena sedang ngidam. Ngidamnya makanan, cuma ingin makan ditempat tapi sayangnya Jogja belum ada. Masalah lainnya Ardi itu tidak bisa ijin karena setelah kepulangannya itu akan ada persiapan akreditasi. Lagi super duper sibuk pokoknya, maklum dosen banyak yang harus diurus.
"Lagipula kan yo bisa Mbakmu ini ditinggal di hotel, enggak bakal kelayapan juga tanpa Masmu. Tapi gitu aja Masmu itu enggak mau kok. Kandungan Mbak aja sehat kok, kebanyakan alasan ini itu pokoknya nyebelin!" ucap Jena
"Ya udah kalau gitu, la ini gimana terus Mbak? Setidake kasih solusi aku diteror terus sama Mas Ardi ki. Mau ngegame aja gak bisa." ucap Dilan memelaskan wajahnya.
"Enggak usah ngegame, handphonemu matiin aja. Sana tidur aja, biar nanti ada tenaga saat diceramahin Masmu." ucap Jena dengan santai, tidak memberikan solusi ke Dilan.
"Ya Allah Mbak Jena."
"Wes tenang no pikirmu, nanti biar Mbak yang bilang. Tidur sana tidur hus hus." ucap Jena mengusir Dilan.
Jena melanjutkan acara menonton film barbienya sembari memakan salad buah yang dibikinkan Bundanya. Entah kenapa akhir-akhir ini suka menonton barbie, seru saja menyelesaikan banyak film barbie. Sudah pernah nonton tapi lupa alurnya, maklum terakhir nonton barbie waktu SD agak lupa-lupa ingat.
Btw kandungannya berusia lima bulan lebih, perutnya lebih besar tentunya dari ibu yang hamil tunggal. Jena sudah memakai penyangga perut sejak hamil empat bulan, terasa pegal sekali kalau tidak pakai itu. Untuk jenis kelaminnya sudah terlihat, cuma Ardi dan Jena ingin diberi tahu saat menginjak tujuh bulan saja. Tujuannya biar semakin jelas saja, siapa tau dokter salah prediksi.
Sebenarnya mau cowok atau cewek sama saja bagi Jena dan Ardi. Penting lahir dengan sehat, lengkap tidak kurang suatu apapun. Baju-baju belum beli sama sekali, cuma sudah merenovasi kamar dengan nuansa yang netral. Furniture sudah beli tinggal isi-isinya saja yang dicicil.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOSEN DUDA ITU SUAMIKU (Complete ✔️)
RomanceJena + Kuliah = Ilmu ❌ (Jena kuliah mendapatkan ilmu) Jena + Kuliah = Suami ✔ (Jena kuliah mendapatkan suami) *DILARANG PLAGIAT!* "Aku enggak mau dijodohin Pa, biar Jena sendiri yang menentukan pria itu. Pria yang menjadi teman hidup Jena" ucap Jena...