Ramaikan komentar dan vote CH ini ya. Semakin banyak maka semakin cepat juga CH baru dipublish. CH baru akan dipublish kalau sudah memenuhi target.
..
.
.
Menikah itu pelajaran memandirikan diri sendiri bagi Jena. Biasanya mengandalkan alarm cetar dari sang Bunda sekarang dia harus bangun lebih pagi dari suaminya. Pakai alarm feeling saja, kalau terlalu pakai handphone pasti sangat mengganggu.Setelah kejadian kissing on the bed tadi malam, hubungan mereka menjadi lebih berprogres. Tapi dirinya sendiri agak menjaga jarak ke sang suami, mode malu-malu kucing. Berbanding terbalik, sekarang tidak ada canggung malunya Ardi ketika bersama Jena. Malah semakin ngegas alias agresif, bikin perawan takut aja.
"Bikin apa?" Ardi datang menghampiri Jena yang berada di dapur.
"Cuma menghangatkan makanan semalam" jawab Jena
"Oh, Jen?"
"Hm" hanya deheman yang keluar dari mulut Jena. Tidak ada lanjutan Jena menoleh ke arah Ardi berada.
Cup
Ada bebek menyosor pemirsa, tangan besar menahan tengkuknya. Mata Jena membulat ini ciuman kedua kali mereka, tentu Ardi yang mengawalinya. Ciumannya seakan menuntut Jena untuk membalas. Tidak lupa Ardi mengabseni gigi sang istri.
Diangkatnya badan Jena dan di dudukan diatas meja pantry, biar sejajar dan lebih nyaman. Cukup lama mereka bertarung bibir pagi ini membuat ya berkeringat. Tangannya menepuk dada bidang sang suami agar berhenti, dia butuh pasukan oksigen.
"Hahh" wajah Jena sudah terlihat merah padam.
"Morning kiss"
"Good, kamu belajar dengan cepat sayang" ucap Ardi yang memandanginya sembari tersenyum sumringah.
"Jangan begitu Pak" ucap Jena, sembari menyentuh bibirnya yang agak bengkak. Lalu berusaha untuk turun dari meja.
"Kaki Jena jadi letoy" lanjutnya dalam hati.
"Mas sayang bukan Pak, kenapa jangan? Malah semakin bagus untuk hubungan kita" meraih pinggang istrinya lalu membantu untuk turun.
"Ini mah menyenangkan anda Pak!" Jena julid dalam hati.
"Kalau aku mati gimana?"
"Hust omongannya, ciuman tidak membuat mati Jen. Tinggal kode aja selesai" ucap Ardi dengan santainya.
"Kok mati kompornya" kompornya yang tadi menyala sekarang mati.
"Kamu terlalu menikmati sayang, jadi enggak sadar kalau aku yang matiin kompor" ucap Ardi
Sialan sebegitu terhanyutnya sampai dia tidak mendengar suara kompor dimatikan. Apakah tiap hari dia akan seperti itu terus, hanyut dalam permainan sang suami. Astaga apalagi dia masih 0 pengalaman eh nikah dengan Ardi yang pasti sudah pro, seperti dibodoh-bodohi.
"Bibirmu itu manis Jen, buat Mas candu. Sehari tidak menyesapnya seperti ada yang kurang"
"Padahal kita baru berciuman 2x ya? Seharusnya kita lakukan dari awal pernikahan, pasti sudah selangkah lebih maju lagi"
"Jangan bahas itu, please" Jena menutup telinganya tidak ingin mendengar lanjutannya.
"Dibiasakan Jena, karena akan terjadi setiap hari dan setiap jam mungkin" bisik Ardi sembari iseng membuka tangan Jena yang menutupi telinga.
Semakin membuatnya terbengong, astaga membayangkannya saja membuat dirinya merinding disko. Kenapa dia harus menikah dengan orang seperti Ardi, luar aja cool kalau di rumah sama istri remnya blong. Perbedaan yang sengat ketara, ini belum ada sehari loh setelah pernyataan. Jadi Jena terimalah nasibmu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOSEN DUDA ITU SUAMIKU (Complete ✔️)
RomansaJena + Kuliah = Ilmu ❌ (Jena kuliah mendapatkan ilmu) Jena + Kuliah = Suami ✔ (Jena kuliah mendapatkan suami) *DILARANG PLAGIAT!* "Aku enggak mau dijodohin Pa, biar Jena sendiri yang menentukan pria itu. Pria yang menjadi teman hidup Jena" ucap Jena...