t i g a p u l u h e m p a t

5K 261 23
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak😠

Sudah lebih dari tiga puluh menit Caryn hanya berbaring di ranjang dengan mata mengarah pada langit-langit kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah lebih dari tiga puluh menit Caryn hanya berbaring di ranjang dengan mata mengarah pada langit-langit kamar. Pikirannya berkelana pada sosok Gavin. Dalam benaknya ia bertanya-tanya, sedang apa cowok itu? Apakah dia baik-baik saja? Padahal ia bisa menghubungi Gavin, sekedar menanyakan bagaimana kabar cowok itu. Namun Caryn menepis pikiran itu, ia tidak mau mengambil resiko, bisa saja Abrisam marah jika mengetahui hal itu.

Kejadian dua hari yang lalu masih membekas di ingatannya. Caryn masih bisa merasakan pelukan hangat yang Gavin berikan, bahkan semua perkataan yang Gavin lontarkan seperti terngiang di telinganya.

Hal itu yang menyebabkan Caryn drop, selain karena ia kehujanan, Caryn juga berpikir terlalu keras. Ia merasa sangat bersalah pada sosok mantan kekasihnya itu. Berkali-kali ia berpikir, seandainya ia ada di posisi Gavin pasti sangat tidak mengenakkan. Diputuskan oleh kekasih tanpa alasan yang jelas pasti terasa menyakitkan.

Caryn tersentak kala mendengar suara yang berasal dari pintu. Seseorang membuka pintu kamarnya dengan cara dibanting, alhasil suara yang dihasilkan terdengar menggema. Dari balik pintu muncul cowok beriris tajam dengan beberapa kantung plastik berada di tangannya.

Caryn mengamati cowok berjaket CB itu dengan waspada. Apalagi ketika melihat tatapan tajam cowok itu, bak mata pisau yang bisa menghunus kapan saja. Gadis itu mematung kala Abrisam duduk di tepi ranjang, membuat posisi leher Caryn dan tubuh Abrisam menjadi sejajar.

"Tante Ratih bilang apa aja sama lo?" tanya Abrisam. Tidak ada unsur keramahan sedikitpun dalam ucapannya.

"Cuma nanya nama gue aja," balas Caryn.

"Jangan bohong," desisnya.

"Kalo lo nggak percaya lo bisa tanya sendiri sama Dokter Ratih," balas Caryn dengan malas. Sepertinya Abrisam adalah tipe orang yang sulit mempercayai orang lain.

"Nggak butuh," singkat cowok itu.

Tangan Abrisam bergerak untuk mengeluarkan beberapa barang dari kantung plastik yang ia bawa. Kegiatan Abrisam tak luput dari pengamatan Caryn, gadis itu memalingkan wajahnya kala melihat Abrisam mengeluarkan satu bungkus pembalut berukuran besar.

"Nih makan, biar nggak cepet mati," ujar Abrisam sembari menyerahkan sebuah kotak kepada Caryn.

Caryn berkedip beberapa kali, apa benar cowok di sampingnya ini benar Abrisam? Pasalnya baru kali ini Abrisam berbuat baik padanya, walaupun kalimat yang diucapkannya cukup membuat kesal.

"Udah tolol budek lagi," sindir Abrisam.

Dengan malas Caryn bangkit dari posisinya, ia duduk dengan punggung bersandar pada headbed. Ia menerima kotak itu dengan sedikit keraguan, takut jika Abrisam memberikan racun pada makanan itu.

"Makasih," ucap Caryn dengan tulus.

Tidak ada jawaban dari Abrisam, namun Caryn tidak peduli. Ia lebih tertarik untuk membuka kotak itu. Dalam hati Caryn mendesah kecewa kala melihat jika isi kotak itu adalah bubur ayam, makanan yang paling tidak Caryn sukai. Ia lebih menyukai bubur buatan Gavin yang memiliki tekstur kasar, bahkan lebih mirip dengan nasi. Walaupun tidak bisa dikatakan lezat, namun Caryn menyukainya.

Bastard BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang