l i m a p u l u h e m p a t

2.1K 104 10
                                    

Eits, bintangnya jangan lupa!

Eits, bintangnya jangan lupa!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam baru menunjukkan pukul 05.50, namun Caryn telah tiba di sekolah sejak dua puluh menit yang lalu. Insomnia menjadi alasan utama ia datang ke sekolah lebih pagi dari biasanya. Ruang kelas bukan menjadi tujuan utama, melainkan gedung IPA, tepatnya pada lantai tiga, ruang khusus untuk kelas XII. Sejak kakinya menapak pada lantai gedung ini, langkahnya dipenuhi oleh beribu keraguan, ragu untuk melakukan apa yang menjadi tujuannya datang ke mari.

Sejak lima menit yang lalu ia terlihat mondar-mandir di depan deretan ruang kelas dengan pintu tertutup rapat. Para kakak kelasnya tengah melaksanakan jam tambahan guna memantapkan diri untuk menghadapi ujian sekolah nantinya. Jujur, Caryn cukup salut dengan ketertiban dari jurusan IPA, beberapa kelas yang dipenuhi siswa nyaris tidak terdengar suara mereka. Vibes orang pintar memang beda.

Kembali ke tujuan awal, Caryn memilih berhenti di depan kelas sang mantan kekasihnya, Gavin. Beberapa menit lagi kegiatan jam tambahan akan selesai, dan biasanya mereka akan keluar kelas untuk sarapan di kantin sekolah. Ada beberapa hal yang ingin ia tanyakan pada cowok itu, barangkali ada informasi yang bisa dijadikan petunjuk.

Benar saja, beberapa saat kemudian pintu kelas terbuka, keluar seorang guru wanita yang mengajar tambahan pagi ini. Caryn memberikan seulas senyum pada sang guru sebagai tanda hormat. Di belakang guru ada segerombolan siswa yang berbondong-bondong keluar dari kelas. Tatapan Caryn menelisik ke arah gerombolan itu, barangkali ada Gavin di antara mereka, namun ternyata nihil. Sebisa mungkin Caryn menormalkan ekspresi wajahnya ketika beradu pandang dengan para siswi XII IPA 2, karena bisa dikatakan pandangan mereka kurang bersahabat. Meski begitu kakak kelasnya ini memiliki poin plus di matanya, setidaknya mereka jauh lebih terkontrol dibandingkan para siswi di jurusan IPS.

"Mau cari siapa?"

Caryn terperanjat melihat seorang gadis yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Ia melirik ke arah dada cewek itu, tepatnya pada name tag bertuliskan Adinda.

"Mau cari Kak Gavin, Kak. Dia ada di kelas nggak ya?" ucap Caryn dengan hati-hati.

"Oh nyari Gavin, ada kok. Tunggu di sini, gue panggilin," ujar Dinda. Cewek itu lantas masuk ke dalam kelas, samar-samar Caryn bisa mendengar Dinda memanggil Gavin dengan lantang.

Entah mengapa perlakuan yang Dinda berikan membuat Caryn merasa nyaman. Ternyata masih ada orang baik yang tidak pandang bulu, padahal tidak sedikit orang yang ikut mengucilkan dirinya karena viralnya foto itu. Caryn sangat yakin jika mereka pasti tahu perihal kasus yang tengah ia alami.

"Ada perlu apa nyari gue?"

Sontak Caryn mengalihkan tatapannya ke arah cowok yang sudah berdiri di hadapannya. Caryn tertegun, untuk pertama kalinya Gavin menampilkan ekspresi datar di depannya. Separah itu kah rasa kecewa Gavin? Andai cowok itu tau, semua yang ia lakukan demi masa depan Gavin, meski ia harus mendapat konsekuensi dipandang buruk oleh semua orang termasuk Gavin sendiri.

Bastard BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang