l i m a

7.7K 284 0
                                        

Happy Reading!

Author POV

Sejak tadi debaran jantung Caryn terasa menggila. Hal itu karena ia tak sengaja mendengar jika hari ini Abrisam akan berangkat sekolah, sebelumnya cowok itu memang di-skrosing selama lima hari.

Tak memungkiri jika Caryn merasa sedikit takut dengan sosok Abrisam. Mengingat banyaknya kasus kenakalan yang dibuat oleh cowok itu. Caryn takut jika ia menjadi korban Abrisam. Caryn hanya bisa berharap semoga Abrisam melupakan kejadian itu. Walaupun sebenarnya itu adalah hal yang mustahil.

Gadis itu mendesah lega. Ia bersyukur bisa sampai di kelas dengan selamat. Di perjalanannya menuju kelas banyak sindiran yang ditujukan untuknya. Tapi Caryn hanya memasang ekspresi biasa, seakan-akan apa yang mereka katakan tidak berarti apa-apa untuk Caryn.

"Tumben lo udah berangkat, Ryn. Biasanya lo dateng mepet banget sama bel masuk."

Caryn menoleh, menatap ke arah Vela yang baru saja memberi pernyataan.

"Gue nggak berangkat bareng Kak Gavin. Dia berangkat siang," balas Caryn.

"Dia dapat sesi kedua?" tanya Vela.

"Iya."

Hari ini Caryn tidak berangkat bersama Gavin. Sejak kemarin kelas dua belas mengikuti latihan ujian. Karena jumlah murid Moonlight Senior High School lumayan banyak, latihan ujian dibagi menjadi beberapa sesi. Dan Gavin mendapat sesi kedua.

"Alice belum berangkat?" tanya Caryn seraya mendudukkan dirinya di bangku.

"Udah kok. Dia lagi ke kelasnya Kevin, anter surat izinnya Kevin," balas Vela.

"Sendirian?"

"Lo lupa kalau kelas Kevin ada di sebelah?"

Caryn menepuk dahinya. "Gue lupa."

Caryn dan Vela kompak menoleh ke arah pintu saat suara gaduh berasal dari sana. Raut wajah Caryn seketika berubah malas saat melihat Chelsea dan kedua temannya yang tengah tertawa terbahak di dekat pintu kelas.

"Kenapa lihatin kita kayak gitu, Car? Nggak suka?"

"Pikir sendiri," balas Caryn cuek.

"Kayaknya Kakak Seleb keganggu ya," ucap Chelsea dengan nada mencemooh.

"Dia bukan Kakak Seleb, Chel. Dia Kakak Pansos," ucap Melisa menimpali.

Ucapan Melisa membuat Chelsea dan Fransisca terbahak. Caryn yang melihat itu hanya membuang napas kasar. Di mana letak kelucuan ucapan Melisa? Sampai-sampai Chelsea dan Fransisca tertawa dengan kencangnya.

"Kalian iri sama Caryn kan? Sampai-sampai Caryn terus yang diomongin setiap hari," ucap Vela.

Sepertinya Vela terpancing dengan ucapan Chelsea dan kedua temannya. Terbukti dari Vela yang berjalan mendekat ke arah Chelsea.

"Iri? Apa yang buat gue iri sama dia?"

"Ya secara Caryn lebih terkenal daripada lo," balas Vela.

Caryn berusaha menghentikan Vela dengan cara menarik tubuh gadis itu menjauh. Tapi usahanya sia-sia, karena Vela memberontak.

"Inget ya, gue itu lebih segala-galanya daripada Caryn!"

"Apa iya? Tapi kok followers lo lebih sedikit dari Caryn?" ucap Vela. Entah mengapa ia senang melihat Chelsea yang dipenuhi amarah.

"Jangan samain gue sama dia!" bentak Chelsea seraya menunjuk Caryn.

"Stop! Kalau kalian nggak mau berhenti, gue gelandang kalian ke BK!"

Ucapan Reno–ketua kelas–menginterupsi mereka. Seketika perdebatan mereka terhenti, pasalnya ancaman Reno bukanlah hal yang main-main.

"Vela tuh yang mulai," ucap Chelsea.

"Enak aja nyalahin gue. Lo yang mancing duluan," balas Vela.

"Udah Vel, nggak penting ngurusin dia," ucap Caryn.

"Gue nggak terima lo dikatain sama cewek murahan kayak dia, Car!"

"Jaga mulut sampah lo, Vel."

"Kenapa? Nggak terima? Yang gue bilang itu kenyataan!"

Reno yang melihat perdebatan kedua teman perempuannya hanya bisa memijat pangkal hidungnya. Suara melengking yang dihasilkan oleh perdebatan mereka membuat kepala Reno serasa ingin pecah.

"Car, ada apa, sih? Kok Vela dipegang gitu?"

"Bantuin gue bawa Vela ke bangkunya, Lice."

Dengan sigap Alice membantu Caryn membawa Vela ke bangkunya. Mereka sedikit kesulitan karena Vela terus memberontak disertai teriakan yang memekakkan telinga.

Sedangkan Melisa dan Fransisca membawa Chelsea keluar dari kelas. Entah mau dibawa ke mana, padahal lima menit lagi jam pelajaran akan dimulai.

"Kenapa kalian nggak biarin gue robekin mulutnya Chelsea, sih?" ucap Vela kesal.

"Lo mau dapat masalah? Reno tadi udah hampir ke BK loh, untung aja kita langsung tarik lo ke sini," ucap Caryn.

"Sebenernya ada apa, sih? Gue nggak paham," tanya Alice.

"Tadi itu .... "

***

Terlihat tiga orang gadis tengah berjalan menyusuri koridor yang menghubungkan deretan ruang kelas dan kantin. Setelah mengikuti pembelajaran selama dua jam, kini mereka diperbolehkan untuk istirahat.

"Nggak kerasa bentar lagi kakak kelas bakal ujian. Asupan vitamin gue berkurang dong," ucap Vela.

Caryn hanya memutar bola matanya jengah. Efek jomblo membuat Vela jadi seperti ini.

"Kan masih ada Ariel, Vel," ucap Alice.

"Jangan sebut nama dia lagi, Lice. Nggak sudi gue denger namanya," ucap Vela malas.

Langkah Caryn mendadak terhenti, jantungnya berdebar hebat. Dari kejauhan ia bisa melihat sosok Abrisam yang sedang berjalan meninggalkan kantin.

"Vel, Lice, uang gue ketinggalan di kelas. Gue mau ambil dulu," ucap Caryn.

"Kan bisa pakai uang gue dulu, daripada lo balik kelas," ucap Vela.

"Nggak deh, gue mau ambil aja. Kalian ke kantin dulu aja," ucap Caryn.

Kegugupan kembali menguasainya saat ia melihat sosok Abrisam yang kian mendekat. Tanpa menunggu balasan dari Vela dan Alice, Caryn berbalik arah. Dengan langkah cepat ia berjalan menuju kelasnya yang berada di ujung koridor.

Caryn berharap semoga Abrisam tidak mengetahui keberadaannya. Ia hanya ingin bersekolah dengan tenang tanpa berurusan dengan sosok tak memiliki perasaan seperti Abrisam.

_____________________________________________

Mode kebut diaktifkan. Nggak kerasa satu bulan lagi tanggal deadlinenya. Semoga bisa selesai deh.


Purwodadi, 11 Okt 2020

Bastard BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang