Bintangnya jangan lupaaa!
Caryn nampak gelisah dalam duduknya. Berulang kali ia bangkit dan duduk dengan segala macam gaya. Ia juga beberapa kali menatap ponsel yang berada di genggaman, menimang antara menghidupkannya atau membiarkan dalam kondisi seperti ini.
Gadis itu memilih beranjak dari ranjang, lantas berjalan menuju balkon. Semilir angin menyambut kedatangan Caryn. Arah pandangnya tertuju pada rumah mewah yang berjejer rapi dengan akses jalan di tengahnya.
Tanpa sadar ingatannya tertuju pada rumahnya dulu, di dalamnya banyak kenangan yang masih membekas di ingatan. Tak pernah menyangka jika harus kehilangan rumah sekaligus kehangatan di dalamnya. Hingga Caryn telah terbiasa hidup dalam kesepian. Jujur ia sangat merindukan orang tuanya, sudah lama ia tak bertukar kabar dengan mereka. Pesan yang ia kirimkan belum terbalas sejak dua minggu yang lalu, selain itu uang saku juga belum dikirimkan, padahal keuangan Caryn bisa dikatakan sudah menipis.
Gadis itu kerap kali menerka-nerka apa saja kesibukan orang tuanya, hingga hampir lupa dengan anak semata wayangnya yang tinggal sendirian di Jakarta. Logikanya, sangat tidak mungkin mereka tidak menyentuh ponsel selama seharian, dan itu berturut hingga dua minggu lamanya. Kadang ia berpikir, sebagai seorang anak, apa ia sangat merepotkan orang tuanya? Sehingga mereka seperti enggan mengurusnya.
Tanpa sadar pandangannya mengabur, sebab dipenuhi oleh cairan yang memaksa keluar dari tempatnya, Caryn menghirup napas dalam-dalam, mencoba menghalau air mata yang nyaris keluar dari pelupuk mata. Baginya, keluarga adalah topik paling sensitif, ada rasa sesak ketika mendengar satu kata itu.
Gadis itu membuang napas kasar, lantas berjalan beberapa langkah ke depan, ia menyandarkan tubuhnya pada pembatas yang tertancap rapi melindungi tepian balkon. Arah pandangnya terkunci pada beberapa asisten rumah tangga yang tengah sibuk membersihkan halaman rumah ini. Para perempuan dewasa itu terlihat menikmati pekerjaan mereka sambil sesekali tertawa lepas. Tanpa sadar Caryn menarik sudut bibirnya, seperti ikut merasakan tawa bahagia mereka.
Sebenarnya Caryn kurang nyaman berada di kediaman Abrisam ini. Ditambah cowok itu malah pergi tanpa mengajaknya, ia sudah sempat meminta agar diantar ke apartemennya, namun kekasihnya menolak dan memaksa agar menunggu di sini. Abrisam juga membebaskan Caryn untuk berkeliling rumah, bahkan jika mau, ia bisa meminta koki untuk membuatkan camilan ataupun minuman. Sayangnya, ia tak berminat melakukan apapun. Lagi pula ini pertama kalinya ia datang ke mari, pastinya ia merasa sungkan, ditambah sang tuan rumah sedang tidak berada di tempat.
Ingatannya tertuju pada obrolan dengan Papa Abrisam beberapa jam lalu. Ia masih bisa merasakan ketegangan meski telah terlewat. Dari obrolan tadi, ia menyimpulkan jika Abrisam merupakan duplikat dari sang papa, mereka memiliki karakter yang hampir sama.
"Papa sudah tahu, apa yang ingin kamu katakan," ujar pria setengah baya menyambut kedatangan putra tunggal beserta kekasihnya.
"Bagus, dong. Sam nggak perlu cerita lagi ke Papa," balas sang putra sembari menarik bangku yang berhadapan langsung dengan pemilik ruangan. Ia juga memberikan kode kepada gadis di sebelahnya agar melakukan hal yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard Boyfriend
Teen Fiction[Update Setiap Sabtu] Disarankan follow sebelum membaca⚠️ 16+ Hidup Caryna Jasmine yang semula baik-baik saja seketika berubah saat ia tak sengaja mengintip kegiatan Abrisam Chandra, ketua CRUELBOYS. Hanya karena ketidaksengajaan yang Caryn lakukan...