e n a m

6.3K 256 0
                                    

Author POV

Happy Reading!

Seorang gadis yang masih mengenakan seragam tampak tertidur lelap di ranjang miliknya. Ia sama sekali tidak terusik, padahal suara alarm begitu memekakkan telinga.

Sepulang dari sekolah, gadis itu memang merebahkan dirinya di ranjang. Tujuannya untuk melepaskan penat, karena terlalu menikmati rebahannya, ia malah tertidur.

Tapi tak berselang lama tubuh gadis itu mulai sedikit bergerak, menandakan jika ia sudah mulai kembali ke alam sadarnya. Matanya pun perlahan mengerjap, menyesuaikan cahaya dari lampu yang begitu menyilaukan mata.

Setelah dirasa kesadarannya mulai kembali, ia bangkit dari posisi tidurnya. Dengan malas ia mengubah posisinya menjadi duduk bersila di ranjang.

"Astaga! Udah jam segini," ucap Caryn dengan nada panik. Ya, gadis yang baru saja bangun dari tidurnya adalah Caryn.

Setelah berucap demikian Caryn turun dari ranjang dengan gerakan cepat. Kakinya melangkah dengan lebar menuju kamar mandi.

Saat melintasi meja rias yang terdapat cermin, langkah kaki Caryn mendadak terhenti. Pasalnya ia melihat keanehan dari pantulan yang dihasilkan oleh cermin itu. Caryn memilih mendekat, memastikan apa yang dilihatnya.

"Kok gue pakai seragam, sih?" gumam Caryn.

Caryn diam sejenak, otaknya kembali memutar kejadian sebelum ia terbangun. Bola matanya membesar saat ia teringat dengan suatu hal. Saat ini adalah malam hari, bukan pagi hari seperti yang Caryn pikirkan.

Hembusan napas lega terdengar, Caryn mengucap kata syukur dalam hati. Caryn kira ia bangun terlambat. Mungkin efek tidur terlalu nyenyak membuat kesadarannya sedikit menghilang.

Caryn kembali melanjutkan jalannya yang sempat tertunda, kali ini dengan langkah santai. Ia harus mandi dan pergi ke minimarket. Seingatnya isi kulkasnya telah habis, bahkan makanan instan sekalipun.

Sebenarnya Caryn tidak tinggal sendirian di rumah besarnya. Kesibukan orang tua Caryn membuat mereka sangat jarang berada di rumah. Hal itu membuat Caryn cukup terbiasa berbelanja dan memasak untuk dirinya sendiri.

Untuk merapikan rumah ada seorang pekerja yang datang dari pagi hingga siang. Namanya Mbak Susi, tugasnya membersihkan rumah dan merapikan perabotan.

***

Setelah tiga puluh menit berada di dalam kamar mandi, Caryn akhirnya keluar dengan wajah yang lebih segar dari sebelumnya. Aroma lavender menguar memenuhi kamar Caryn, aroma itu berasal dari sabun mandi yang dipakai oleh gadis itu.

Pakaian Caryn juga telah berubah, kini tubuh ramping itu telah terbalut dengan celana training dan kaus berlengan pendek. Ia hanya tinggal merapikan rambut yang masih acak-acakan.

Setelah tujuh menit berkutat dengan rambutnya, Caryn telah siap untuk ke minimarket. Ia menyambar dompet yang berada di nakas. Secepat kilat ia keluar dari kamar, tak lupa ia mengunci pintu bercat putih itu.

Derap langkah Caryn terdengar jelas, suasana sunyi membuat suara sekecil apapun terdengar menggema. Selalu seperti ini, sunyi dan sepi. Kapan rumahnya akan dipenuhi suara keluarganya?

Caryn menggeleng cepat, ia tak boleh memikirkan hal itu sekarang. Jika tidak mood-nya akan turun drastis. Mengingat keluarga adalah topik paling sensitif bagi Caryn.

Dengan langkah sedang Caryn berjalan menyusuri jalan yang lumayan sepi. Tidak ada rasa takut dalam diri Caryn, ia sudah terbiasa pergi ke minimarket saat malam hari. Padahal jalan yang ia lewati terbilang sepi dan sunyi, mengingat rumahnya berada di komplek perumahan elit.

Jarak rumah Caryn dan minimarket tidak terlalu jauh, hanya sekitar dua ratus meter. Hal itu membuat Caryn memilih jalan kaki untuk menuju ke sana.

Sepuluh menit berjalan akhirnya Caryn tiba di minimarket. Dengan gerakan cepat ia mengambil keranjang belanja. Kemudian berjalan menuju rak untuk mencari barang yang ia butuhkan.

Kebanyakan yang ia ambil adalah makanan instan. Caryn tahu jika makanan instan yang dibelinya kurang baik untuk kesehatan. Tapi mau bagaimana lagi? Ia hanya bisa memasak makanan itu, Caryn berharap semoga kesehatannya tidak bermasalah. Mengingat hampir setiap hari ia memakan makanan instan.

Setelah dirasa semua barang yang diperlukan Caryn telah lengkap, ia segera berjalan menuju kasir untuk membayar hasil belanjanya. Caryn mengecek barang-barangnya sebelum membawanya ke kasir.

Belum sampai di kasir, Caryn menghentikan langkahnya. Jantungnya mendadak berdetak dua kali lebih cepat. Pasalnya tanpa sengaja ia melihat sosok Abrisam yang baru saja masuk ke dalam minimarket. Caryn mengurungkan niatnya untuk pergi ke kasir, dengan gerakan cepat ia memutar badan, lalu melangkah menjauh dari sana. Sebisa mungkin Caryn bersembunyi dari sosok Abrisam.

Dengan perasaan was-was Caryn bersembunyi di balik rak yang berada di ujung ruangan. Matanya mengawasi gerak-gerik Abrisam. Jika tidak salah, cowok itu mengenakan jaket denim dengan bertuliskan 'CB' di bagian punggung. CB sendiri adalah singkatan dari CRUELBOYS, sebuah geng yang beranggotakan siswa dari MSHS, ketuanya adalah cowok itu sendiri.

Tak sedikit yang takut dengan geng kejam itu. Siapapun yang berurusan dengan CB tidak akan bisa lepas dari incaran mereka. Sepak terjang di dunia baku hantam tidak bisa diremehkan. Sudah banyak korban dari CB, banyak diantaranya yang memilih untuk bergabung.

Rasa sesal hadir dalam diri Caryn. Ia merutuki kebodohan yang ia perbuat demi menyelamatkan Gavin. Mengapa ia tidak berpikir panjang saat bertindak? Yang ia takutkan hanya satu, menjadi korban kekejaman Abrisam. Jika ia diberi pilihan menjadi korban Abrisam atau dibully satu sekolah, ia pasti memilih opsi kedua.

Helaan napas lega mulai terdengar. Setelah ia melihat Abrisam keluar dari minimarket barulah Caryn merasa tenang. Ia kembali melanjutkan langkahnya menuju kasir. Sepertinya sejak kejadian itu hidup Caryn berubah tidak tenang. Bayangan Abrisam dan kekejaman cowok itu terus menghantui pikirannya.

______________________________________________

Up lagi. Kayaknya udah mulai kebut nih. Deadline udah deket banget, dan chapterku masih segini. Semoga bisa selesai, Aminnn.

Purwodadi, 18 Okt 2020

Bastard BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang