d u a b e l a s

5.8K 249 0
                                    

Happy reading!

Author POV

Jam sudah menunjukkan pukul 18.22, itu artinya sudah lebih dari tiga jam Caryn menjadi babu dadakan Abrisam. Gadis itu tersenyum cerah saat ruangan ini telah berubah menjadi lebih bersih.

Caryn menghempaskan tubuhnya di sofa, rasanya sangat nyaman. Ia memejamkan matanya, menikmati waktu istirahatnya. Tubuhnya yang semula pegal perlahan kembali rileks. Andai ini adalah rumahnya, pasti ia akan memilih untuk tidur.

Suara pintu terbuka membuat Caryn harus membuka matanya. Terlihat sosok Abrisam yang masuk. Cowok itu telah mengenakan celana jeans yang dipadukan dengan kaus hitam. Tak ketinggalan, jaket denim juga sudah melekat di badannya.

Caryn tak menyangkal jika Abrisam  sangat tampan. Wajah dengan pahatan nyaris sempurna, mata tajam dengan iris coklat pekat, juga bibir penuh yang menambah kesempurnaan wajahnya. Ditambah postur tubuh yang sangat pas membuat cowok itu terlihat gagah. Tapi kelakuan cowok itu membuat Abrisam terlihat buruk di mata Caryn.

"Ngapain lihat gue terus? Suka sama gue?"

'Pd banget jadi orang. Muka kayak kodok jangan sok keras' batin Caryn.

"Nggak."

"Udah selesai bersih-bersihnya?" ucap Abrisam. Cowok itu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Sudut bibirnya sedikit terangkat kala melihat ruangan yang semula berantakan kini berubah rapi dan bersih.

"Ternyata lo berbakat juga jadi pembantu," ucap Abrisam.

Gadis itu memilih diam, ia berusaha mengabaikan ocehan Abrisam yang sangat tidak bermutu. Seperti tak memiliki dosa, cowok itu mengatakan jika ia pantas jadi pembantu.

"Kenapa diem? Baru sadar kalau lo punya bakat terpendam?"

Caryn berusaha mempertahankan ekspresi wajahnya. Ia sudah terlanjur kesal dengan Abrisam, sumpah serapah sudah ia ucapkan dalam hati. Ia tak menyangka jika ketua geng CRUELBOYS itu suka nyinyir. Jika saja cowok itu tidak main tangan, pasti Caryn sudah membalas nyinyiran Abrisam.

"Ikut gue," ucap Abrisam.

"Ke mana?"

"Lo cukup ikut gue, nggak perlu tanya hal lain," ucap Abrisam tak terbantahkan.

Mau tak mau Caryn bangkit dari sofa, tak lupa ia mengambil ranselnya. Lalu berjalan mengikuti cowok itu. Beberapa orang yang berpapasan dengannya menatapnya lekat, mungkin saja mereka keheranan, mengingat Caryn masih memakai seragam sekolahnya.

"Woy! Bisa jalan cepet nggak?"

Refleks Caryn menambah kecepatan langkahnya. Apalagi ia bisa melihat banyak orang yang menatap ke arahnya. Ia heran sendiri, bagaimana bisa jaraknya dan Abrisam lumayan jauh? Bukan kah tadi ia berjalan di belakang Abrisam?

Sepuluh detik setelahnya gadis itu telah berada dalam lift bersama Abrisam. Tanpa banyak bicara Abrisam menutup pintu lift, menyisakan mereka berdua di dalamnya.

Suasana terasa begitu hening, mereka berdua hanya bungkam. Caryn memilih menatap kakinya yang masih terbungkus sepatu sekolah. Berada di situasi seperti ini membuat Caryn begitu tak nyaman.

Suara dentingan lift membuat Caryn mengangkat kepalanya. Detik selanjutnya ia kembali mengikuti Abrisam berjalan. Caryn mengikuti langkah Abrisam dengan sedikit tergesa, pasalnya kaki panjang Abrisam melangkah dengan lebar. Jadi mau tak mau Caryn harus mempercepat jalannya.

Caryn mengatur pernapasannya saat Abrisam telah berhenti di dekat motor hitam milik cowok itu. Mengejar langkah Abrisam sangatlah melelahkan. Caryn merasa jika Abrisam sengaja mempercepat langkahnya. Pasalnya bukannya melambat, langkah cowok itu semakin cepat.

"Dasar lemah," cibir Abrisam.

Tak ada respons dari Caryn, gadis itu masih sibuk mengatur napasnya. Lagi pula merespon ucapan Abrisam bukanlah keputusan yang tepat.

"Cepet naik," ucap Abrisam memerintah.

Dengan ragu Caryn mulai mendekat ke arah motor hitam itu, ia jadi bingung bagaimana caranya untuk naik ke motor besar ini? Sedangkan dirinya masih mengenakan seragam sekolah, otomatis roknya akan terangkat ke atas.

Caryn tersentak saat Abrisam tiba-tiba membunyikan klakson motornya. Tanpa banyak bertanya lagi Caryn segera naik ke atas motor Abrisam. Gadis itu berusaha memanjangkan rok yang ia kenakan, pasalnya setengah pahanya terlihat begitu saja.

Sedetik setelahnya motor Abrisam mulai melaju meninggalkan basement apartemen. Kencangnya angin membuat rambut Caryn beterbangan, maklum saja ia tak mengenakan helm.

"Sam, rumah gue belok kanan," ucap Caryn seraya menepuk pundak Abrisam.

Tapi tak ada respons dari cowok itu, entah karena ia benar-benar tak dengar atau pura-pura tuli. Tiba-tiba saja Caryn merasa khawatir, sebenarnya ia akan dibawa ke mana? Semoga cowok itu hanya melewati jalan lain untuk ke rumahnya. 

Mereka hanya diam, suara mesin motor terdengar begitu kentara. Suasana jalanan Jakarta sangat ramai, padahal jalan yang mereka lewati bukan lah jalan utama, tapi masih saja banyak kendaraan berlalu lalang.

Lama-kelamaan Caryn merasa kedinginan, ia memeluk tubuhnya sendiri untuk mengurangi rasa dingin yang berasal dari angin yang menerpa tubuhnya. Sedangkan kakinya berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya agar tidak jatuh.

Gadis itu mengernyit heran saat jalan yang mereka lalui semakin sepi, bahkan penerangannya semakin redup. Caryn merasa asing, sepertinya ia tak pernah melewati jalan ini sebelumnya.

Samar-samar ia melihat segerombolan orang yang berada di ujung jalan. Jantung Caryn mendadak berdetak lebih kencang, ia takut sesuatu yang buruk menimpanya.

"Sam, kita mau ke mana? Kayaknya ini bukan jalan ke rumah gue deh," ucapnya seraya menepuk pundak Abrisam berulang kali.

Tapi lagi-lagi cowok itu tak memberikan respons apapun. Pada akhirnya motor Abrisam berhenti di gerombolan orang itu, ternyata ada anak CRUELBOYS di sana.

"Akhirnya lo sampai juga, Sam."

Caryn menoleh ke arah orang yang mengenakan jaket denim bertuliskan CB di punggungnya. Sepertinya dia adalah orang yang berada di gudang waktu itu.

"Lo yakin mau ajak cewek itu?" ucap cowok berwajah blasteran Amerika-Indonesia.

Caryn hanya diam berada di posisinya, ia masih bingung dengan situasi yang ia alami, ia benar-benar tak paham.

"Yakin lah. Btw si Vicky udah datang?" ucap Abrisam.

"Tuh udah nungguin lo," ucap cowok blasteran itu seraya menunjuk beberapa orang yang berjarak lima puluh meter dari mereka.

Abrisam kembali melajukan motornya menuju gerombolan di depannya. Motor milik Abrisam berhenti di sebelah motor ninja berwarna hijau. Tak berselang lama seorang gadis berpakaian terbuka datang dengan membawa sebuah kain yang mirip bendera.

"Pegangan yang kuat," ucap Abrisam.

Caryn yang masih bingung hanya menuruti permintaan Abrisam. Ia meletakkan tangannya di pinggang Abrisam.

Tiga detik setelahnya kedua motor itu melaju dengan kecepatan di luar batas normal. Caryn yang kaget hanya bisa berpegangan kuat pada Abrisam, mata terpejam sempurna, bibirnya terkatup rapat, wajahnya mendadak pucat. Caryn benar-benar ketakutan!

_______________________________________________

Setelah ngilang lama akhirnya muncul lagi, sebenarnya cerita ini aku ikutin event menulis gitu, tapi aku nggak bisa nyelesaiin eventnya. Tapi aku tetep lanjut kok. Makasih yang udah mau stay, jangan lupa vote yaa!

Purwodadi, 30 Jan 2021

Bastard BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang