d u a

9.1K 335 0
                                    

Happy reading!

Author POV

Dengan langkah gontai Caryn berjalan menuju meja yang ditempati oleh kedua sahabatnya. Dirinya begitu lelah karena jongkok lebih dari satu jam. Gavin sendiri berjalan di belakangnya.

Caryn segera mengambil tempat di samping Alice, cewek berdarah Amerika-Indonesia. Tanpa meminta izin dari pemilik, ia menyeruput habis es jeruk milik sahabatnya. Sedangkan Gavin sendiri memilih bergabung bersama teman-temannya.

"Enak banget ya jadi Caryn. Dateng-dateng langsung minum," sindir Vela, gadis berambut panjang yang duduk di hadapan Alice.

"Astaga Caryn, gue belum minun sama sekali. Kenapa malah dihabisin, sih," ucap Alice. Bibirnya mengerucut bak paruh bebek.

"Lo nggak kasihan sama gue? Capek nih habis cabutin rumput di taman belakang," ucap Caryn seraya menyandarkan tubuhnya di kursi kantin yang didudukinya.

"Mana mungkin lo cabutin rumput. Palingan lo cuma ngelihatin Kak Gavin doang," ucap Vela tak percaya. Pasalnya sahabatnya itu tak pernah menyentuh tanah sama sekali. Bukan tanpa sebab, Caryn adalah anak tunggal dari pebisnis sukses. Hal itu membuat sosok Caryn begitu dimanja.

"Caryn, Vela. Jangan diterusin lagi," ucap Alice menengahi. Jika tidak, Caryn dan Vela akan memperdebatkan hal tidak bermutu.

"Lice, beliin gue makan dong, capek banget nih," ucap Caryn. Ia memasang ekspresi lelah agar Alice mau membelikannya makanan.

"Mana uangnya," ucap Alice seraya menadahkan tangannya.

"Nih," ucap Caryn seraya memberikan selembar uang lima puluh ribuan kepada Alice.

Setelah mendapat uang itu Alice segera beranjak dari duduknya. Ia memang tipikal gadis dengan tingkat kerajinan yang tinggi.

"Motornya Kak Gavin mogok lagi?" tanya Vela.

"Iya. Makanya gue telat," balas Caryn.

"Eh tadi si Abrisam juga telat. Masa iya dia telat tapi nggak mau dihukum, main kabur aja," ucap Caryn.

"Ssst! Jangan keras-keras. Ntar kalau ada yang denger lo dalam masalah. Lagian lo pasti udah tahu gimana karakter Abrisam," ucap Vela dengan volume lebih pelan dari sebelumnya.

Braaak!

"Gue udah bilang ini tempat gue! Nggak boleh ada yang duduk di sini selain CRUELBOYS!"

Caryn dan Vela langsung memusatkan perhatiannya pada sosok Abrisam dan beberapa temannya. Cowok itu sedang mengusir beberapa gadis kelas sepuluh yang duduk di tempat mereka.

Bukan hanya Caryn dan Vela, hampir seluruh penghuni kantin menatap Abrisam dengan ngeri. Hal itu memang bukan pertama kalinya, tapi melihat sosok Abrisam yang diselimuti kemarahan membuat cowok itu tampak menyeramkan.

"Kenapa sih dia semena-mena? Padahal kantin kan untuk umum. Kasihan cewek-cewek itu, nggak jadi makan karena makannya udah tak tersisa," ucap Caryn. Sejak mengetahui sifat Abrisam, ia sangat tak menyukai tingkah cowok itu yang selalu ingin menang sendiri.

"Ssst! Udah Ryn. Itu juga salah mereka yang duduk di sana. Padahal udah jelas-jelas tempat itu mutlak milik CRUELBOYS," ucap Vela.

Tak berselang lama Alice datang dengan membawa baki. Ia langsing menaruh baki itu di meja. "Gue kaget banget anjir. Serem banget si Abrisam."

Alice segera duduk di tempatnya tadi. Lalu kembali melanjutkan ucapannya, "Kalau gue jadi mereka, pasti gue langsung pindah sekolah."

"Kenapa kalian takut banget sih sama dia? Padahal dia juga manusia," ucap Caryn. Ia tak menyukai ketakutan Alice dan Vela yang menurutnya sangat berlebihan.

"Lo bisa bilang gitu sekarang. Tapi kalau lo udah tau gimana Abrisam marah, lo pasti nggak akan berani ngomong gitu," ucap Vela. Raut wajahnya berubah serius saat berkata demikian.

"Emang lo pernah lihat?" tanya Alice penasaran.

"Dulu waktu MPLS, gue itu satu kelompok sama Abrisam. Dan di hari pertama masuk dia telat, lalu dimarahin sama Kak Laily. Coba tebak bagaimana respon Abrisam? Si Abrisam mukulin Kak Laily sampai pingsan," ucap Vela dengan volume kecil.

Alice meneguk ludahnya susah payah saat mendengar cerita Vela. Benarkah cowok dengan kadar ketampanan tinggi sekasar itu? Alice sungguh menyayangkan hal tersebut.

"Masa dia begitu sama cewek?" ucap Caryn sedikit tak percaya.

"Gue bisa cerita kayak gini karena gue pernah lihat langsung, Ryn. Dan kayaknya si Abrisam kalau marah nggak mandang gender," ucap Vela.

"Serem banget, sih. Semoga gue nggak pernah berurusan sama dia dan gengnya," ucap Alice. Setelah mendengar cerita dari Vela, ketakutannya pada Abrisam bertambah.

"Jangan sampai deh. Gue nggak mau jadi korbannya CRUELBOYS," ucap Vela.

"Guru-guru udah nyerah ngadepin mereka. Makanya mereka jadi nggak terkendali," ucap Alice.

"Ditambah sekolah ini udah pindah kepemilikan. Sekarang Moonlight milik bokapnya Abrisam," ucap Vela menambahi.

"Kok lo tahu semuanya, Vel? Lo jadi mata-matanya Abrisam ya?" ucap Caryn dengan tatapan menyelidik.

"Kan lo tahu sendiri, Ryn. Vela punya kenalan banyak, makanya dia bisa tahu semua informasi," ucap Alice.

"Udah lah ngobrolnya. Nasi goreng gue udah dingin nih," ucap Vela seraya menatap nanar ke arah nasi gorengnya yang sudah mulai dingin.

"Kita ini kebiasaan. Kalau ngumpul suka gibah. Sampai lupa waktu," ucap Alice.

Caryn melihat ke arah jam tangannya. "Iya, padahal lima menit lagi sel—apa? Lima menit lagi? Bakso gue masih utuh."

"Astaga! Gara-gara keasikan gibah jadi lupa kalau bentar lagi masuk kelas," ucap Caryn. Setelahnya Caryn memakan baksonya dengan kunyahan cepat.

"Caryn."

Caryn langsung menoleh ke arah sumber suara. Sang kekasih lah yang memanggil namanya. Bukan hanya Gavin, di belakang cowok itu ada dua cowok lain. Mereka adalah Ricky dan Varel, sahabat Gavin.

"Loh kalian belum selesai? Dari tadi ngapain aja? Bentar lagi belnya bunyi loh," ucap Gavin.

"Lo kayak nggak tahu cewek aja, Vin. Pasti mereka gibah, makanya lupa waktu," tebak Ricky.

"Bener banget, tuh," ucap Alice.

"Kita duluan, ya," ucap Gavin.

"Duluan aja, Kak. Kita masih inget jalan ke kelas kok," balas Vela.

Gavin mendaratkan tangannya di kepala Caryn, lalu mengusapnya pelan. "Aku pergi dulu."

"Iya, Kak."

"Kebiasaan," cibir Vela.

"Caryn, bisa nggak sih kalau pacaran nggak di depan gue? Jiwa jombloku meronta-ronta gara-gara ngelihat kalian," ucap Alice.

"Udah nggak usah ngobrol lagi. Gue mau ngehabisin bakso gue," ucap Caryn.

Vela dan Alice menatap Caryn kesal. Tapi tak urung melanjutkan makannya yang sempat tertunda.

________________________________________

Part dua up. Sebenernya pengen up kemarin, tapi malah tugasnya lumayan banyak. Harap maklum ya, aku kan masih pelajar. Jadi belajar lebih utama dari nulis.

Purwodadi, 11 Agustus 2020

Bastard BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang