t u j u h

6.9K 288 1
                                    

Happy reading!

Author POV

Pembelajaran telah dimulai sejak tiga puluh menit yang lalu. Suara Bu Mirna terdengar menggema di dalam ruangan ber-AC ini. Hampir seluruh siswa XI IPS 1 memperhatikan Bu Mirna dengan seksama, pasalnya di akhir pelajaran Bu Mirna pasti akan memberikan pertanyaan kepada siswa secara acak.

Tapi hal itu tidak berlaku untuk Caryn. Gadis itu terlihat tidak tenang dalam duduknya. Bahkan ia menghentakkan kakinya berkali-kali, tentunya dengan gerakan pelan.

"Sst, Vel."

Caryn langsung menoleh ke arah Vela. Kedua alisnya terangkat, memberi isyarat kepada Vela.

"Lo kenapa?" tanya Vela tanpa mengeluarkan suaranya.

"Gue pengen pipis," balas Caryn dengan berbisik.

"Gue anter, yuk," ajak Vela. Caryn mengangguk setuju.

Caryn segera mengangkat tangan kanannya ke atas. "Maaf menyela, Bu. Saya mau izin ke toilet."

Bu Mirna menghentikan aktivitasnya. Matanya memicing curiga ke arah Caryn. Tidak hanya Beliau, bahkan teman sekelas Caryn juga menatap cewek itu.

"Ya sudah. Kalau kamu ketauan bohong, kamu nggak boleh ikut pelajaran saya lagi," ancam Bu Mirna.

"Terima kasih, Bu," balas Caryn. Setelahnya ia bangkit dari duduknya, begitu juga dengan Vela.

"Kamu ngapain ikut berdiri?" ucap Bu Mirna seraya menunjuk Vela.

"Saya mau temenin Caryn ke toilet, Bu," balas Vela.

"Nggak ada anter-anter. Caryn, kamu pergi ke toilet sendiri," ucap Bu Mirna mutlak. Matanya menatap nyalang ke arah Caryn.

"Tap-"

"Sendiri atau tidak sama sekali."

"Saya pergi sendiri, Bu."

Setelah berucap demikian Caryn berjalan dengan langkah lebar keluar dari kelas. Ia harus cepat-cepat pergi ke toilet, jika tidak bisa dipastikan ia akan mengompol.

"Untung aja Bu Mirna jinak, kalau nggak bisa mati berdiri gue," gumam Caryn.

Caryn mempercepat langkahnya kala jaraknya dengan toilet sudah lumayan dekat. Gadis itu mendesah lega saat melihat bilik-bilik toilet terbuka, menandakan jika tidak ada orang berada di dalamnya.

Setelah menyelesaikan acara buang air kecilnya, Caryn beralih ke arah wastafel. Ia mencuci tangan dan wajahnya dengan air yang mengalir dari kran.

Aktivitas Caryn terhenti saat mendengar suara bising yang dihasilkan oleh benda yang terlempar. Ia kembali diam, memastikan apa yang didengarnya. Tapi suara itu masih ada, bahkan lebih kencang dari sebelumnya.

Karena penasaran, Caryn memutuskan untuk keluar dari toilet dan mencari dari mana suara itu berasal. Semakin banyak langkah Caryn, semakin terdengar pula suara itu. Jika tidak salah suaranya berasal dari ruangan yang berada di ujung lorong. Sepertinya rungan itu digunakan untuk menyimpan meja dan bangku yang telah rusak.

Mengingat hal itu membuat bulu kuduk Caryn meremang, bayangan kejadian horor berputar di otaknya. Bagaimana jika suara bising itu dihasilkan oleh makhluk tak kasat mata?

Tapi rasa penasaran lebih besar dari rasa takutnya. Dengan langkah pelan ia berjalan menuju ruangan itu. Sesekali Caryn menoleh ke kanan dan kiri, memastikan jika tidak ada orang yang melihatnya.

Gadis itu meneguk ludahnya susah payah saat suara gaduh itu terdengar semakin jelas. Ia mendekat ke arah jendela, dengan perlahan ia mulai mengintip apa yang terjadi di dalam.

Seketika mata Caryn membulat, jantungnya berdebar dengan irama cepat. Ia menggelengkan kepalanya seraya berjalan mundur. Apa yang ia lihat benar-benar membuatnya takut.

Pyarrr

Rasa gugup menguasai Caryn saat tak sengaja menyenggol sebuah pot. Ingin rasanya Caryn berlari sejauh mungkin dari tempat ini. Tapi masalahnya tubuh Caryn mendadak sulit untuk digerakkan. Gadis itu hanya berharap semoga ia baik-baik saja.

Caryn tersentak saat merasakan tangannya ditarik oleh seseorang. Kepanikan menyerang Caryn saat cowok yang menarik tangannya membawanya secara paksa. Ingin rasanya ia berteriak untuk meminta tolong, tapi mulutnya seakan membisu. Rasanya Caryn ingin menghilang saat ini juga saat ia dibawa masuk oleh cowok itu.

"Oh jadi ini yang ngintip kegiatan kita."

Ucapan Abrisam membuat bulu kuduk Caryn kembali meremang. Apalagi tanpa sengaja ia melihat cowok yang diikat di kursi dengan lebam hampir di seluruh wajah. Ia ingat betul jika suara gaduh tadi berasal dari pukulan bertubi-tubi yang dilayangkan pada cowok yang diikat itu. Jika tidak salah cowok itu adalah Azka, ketua OSIS di MSHS.

"Kayaknya dia mau dibikin kayak Azka, Sam," celetuk cowok yang membawanya ke ruangan itu. Yang hanya bisa dilakukan oleh Caryn hanya menunduk dalam.

Caryn bisa merasakan jika seseorang mendekat ke arahnya. Ruangan yang begitu sunyi membuat suara sekecil apapun terdengar begitu nyaring.

Gadis itu membeku saat merasakan sebuah tangan menyentuh lehernya. Dengan gerakan cepat orang itu mendorongnya hingga tubuh Caryn menyentuh dinding. Bola mata Caryn membesar saat orang itu mengeratkan pegangannya pada leher Caryn, seakan-akan mencekik gadis itu.

"Caryna Jasmine, gue nggak nyangka kalau lo punya nyali yang besar."

Caryn memejamkan matanya saat mendengar suara Abrisam yang begitu berat. Bahkan ia bisa merasakan hembusan nafas cowok itu.

"Lo lihat apa yang kita lakuin ke Azka?"

Caryn hanya diam. Ia merasa sangat takut, tubuhnya seakan mati rasa, mulutnya mendadak bisu, keberaniannya mendadak menghilang begitu saja.

"JAWAB!"

Caryn tersentak, teriakan Abrisam membuatnya terkejut. Juga pukulan yang dilayangkan Abrisam pada dinding di sisi kirinya.

Dengan air mata yang mengalir Caryn mengangguk takut. Ia takut jika akan dipukul seperti Azka, mengingat Abrisam tidak pandang bulu pada siapapun.

"Dia bukannya cewek yang buat lo diskors minggu lalu?" celetuk salah seorang teman Abrisam. Caryn tidak tahu persis berapa jumlah orang yang berada di rungan ini.

"Iya, tuh. Jangan lepasin dia, Sam."

"Gue tahu."

Gadis itu tidak bisa berpikir positif sekarang, apalagi setelah mendengar ucapan Abrisam.

"Gue mau lo harus turutin semua permintaan gue tanpa terkecuali," cowok itu menjeda ucapannya. Lalu mendekatkan bibirnya di telinga Caryn, "atau beasiswa Gavin jadi taruhannya."

Setelah berucap demikian Abrisam menjauh dari tubuh Caryn. Setelahnya cowok bermata elang itu pergi meninggalkan ruangan berdebu ini dengan teman-teman yang berjalan di belakangnya.

Caryn membuka matanya, ia merasa pandangannya mengabur, kepalanya mendadak pusing. Sedetik setelahnya tubuh Caryn limbung ke lantai.

"Caryn!" ucap Azka dengan lemah. Ia tak bisa melakukan apa-apa, karena tali tambang masih mengikat tubuhnya.

______________________________________________

Hai update lagi. Semoga bisa tetap konsisten yaa, Aminnn.

Purwodadi, 20 Okt 2020

Bastard BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang