Happy reading!
Author POV
Suasana kelas XI IPS 1 terasa hening. Bukan tanpa sebab, saat ini para siswanya sedang fokus mengerjakan ulangan. Ulangan sosiologi dadakan yang membuat hampir seluruh siswa kelabakan. Karena Bu Sarah sebagai pengampu tidak mau tahu jika siswanya belum siap ulangan. Ditambah sangat sulit mencontek karena mata Bu Sarah tak lepas dari siswa-siswinya.
Hal itu juga terjadi pada Caryn. Tak ada kesiapan sama sekali saat mengikuti ulangan dadakan ini. Ia mengerjakan sesuai apa yang ia ingat. Yang terpenting yakin.
Suara gaduh dari luar kelas membuat mereka menunda aktivitas mereka. Dari suaranya, sepertinya ada orang berkelahi. Seperti diperintah seluruh penghuni kelas berjalan ke arah jendela, guna mengintip penyebab suara gaduh itu.
Caryn juga melakukan hal demikian. Jiwa kepo-nya membuat ia beranjak dari bangku miliknya dan mengintip dari jendela untuk melihat apa yang terjadi di depan kelasnya.
Matanya membola saat melihat dua orang sedang berkelahi. Dan yang membuatnya terkejut adalah sang kekasih yang tengah dipukul secara brutal oleh Abrisam.
Tanpa berpikir panjang Caryn keluar dari kelas, ia ingin menghentikan perkelahian itu. Ia mengabaikan sorakan para temannya yang menyuruhnya berhenti. Saat ini yang ia pikiran adalah Gavin.
"Abrisam! Berhenti!"
Teriakan Caryn tak dihiraukan oleh cowok itu, bahkan Abrisam memukuli Gavin semakin membabi buta. Caryn membulatkan matanya, melihat sang kekekasih tak berdaya membuatnya naik darah.
Tanpa pikir panjang Caryn menghampiri Abrisam, lalu dengan sekuat tenaga ia menarik seragam cowok itu, berusaha menjauhkannya dari Gavin yang telah babak belur.
Dan berhasil, Abrisam bisa lepas dari Gavin. Seketika nyali Caryn menciut saat melihat mata Abrisam yang menatapnya dengan tatapan tak bersahabat.
Bugh
Caryn langsung tersungkur bersama teriakan histeris orang-orang yang berada di sana. Bagaimana tidak? Tanpa perasaan Abrisam melayangkan bogem mentah ke pipi Caryn. Hal itu membuat Caryn tersungkur.
Caryn berusaha bangkit dari lantai dengan sesekali meringis, tak menyangka jika Abrisam membogem dirinya yang notabennya seorang perempuan.
"Pasti kalian sengaja kan?!"
Teriakan Abrisam menggema, aura ketegangan semakin terasa di koridor itu. Dalam hati ia merutuki ke mana Bu Sarah pergi.
"S-sengaja?" beo Caryn. Ia tak mengerti apa yang dimaksud cowok itu.
"Kalian sengaja lapor ke guru kalau gue nggak mau jalanin hukuman kan?" ucap Abrisam. Mata elangnya menatap tajam ke arah Caryn dan Gavin bergantian.
"Tapi kami nggak lapor!" ucap Caryn dengan nada tinggi.
Abrisam mendekat ke arah Caryn dengan wajah garangnya. Tangan Abrisam terkepal, sedetik selanjutnya suara tamparan menggema.
"Lo berani sama gue? Mau gue bikin babak belur juga?" ucap Abrisam dengan disertai geraman.
Semua yang menyaksikan itu hanya bisa bergidik ngeri mendengar suara Abrisam yang menyeramkan. Begitu pun Alice dan Vela, sahabat Caryn itu hanya bisa merutuki kenekatan yang dilakukan oleh sahabatnya.
Kali ini Caryn hanya diam, pipinya terasa terbakar saat menerima tamparan yang dilakukan oleh Abrisam. Ia tak menyangka jika cowok itu berani menamparnya, hal yang tidak pernah orang tua Caryn lakukan.
"Abrisam! Ikut bapak ke ruang kepala sekolah!"
Cowok itu menoleh sekilas ke arah Pak Rahmat, guru BK di MSHS. Lalu merapikan seragamnya yang berantakan akibat perkelahian tadi.
"Tunggu pembalasan gue di hari berikutnya," ucap Abrisam pada Caryn dan Gavin sebelum beranjak dari koridor itu.
Vela dan Alice langsung menghampiri Caryn saat Abrisam telah pergi. Tak hanya mereka, beberapa orang juga membantu Gavin yang terkapar tak berdaya di lantai.
Caryn menoleh sekilas ke arah Gavin. Melihat lebam yang ada di wajah kekasihnya membuat Caryn merinding. Ia memang merasakan perih di pipi dan sudut bibirnya, tapi lukanya itu tak seberapa jika dibanding dengan Gavin.
"Ya ampun, Car. Pipi lo merah banget," ucap Alice.
"Makanya jangan berani sama Abrisam, Car. Gini kan jadinya," ucap Vela.
"Gue mau nolongin Kak Gavin. Gue nggak bisa cuma diam saat Kk Gavin dipukul," ucap Caryn sambil sesekali meringis.
"Tapi nggak gini, lo malah ngelukai diri sendiri," ucap Vela.
"Kok kalian malah ngobrol sih, ayo kita ke UKS," ucap Alice menengahi.
Dengan kompak mereka berpindah di sisi kiri dan kanan Caryn. Lalu memapah Caryn menuju UKS yang berada di lantai dasar.
"Kenapa Kak Gavin bisa berurusan sama Abrisam, Car? Yang gue tahu mereka nggak punya masalah sebelumnya," tanya Alice dengan suara kecil.
"Kayaknya sih gara-gara masalah telat tadi, deh. Si Abrisam nggak mau ngejalani hukumannya. Tapi gue nggak tahu siapa yang lapor ke guru," balas Caryn.
"Mungkin ada seseorang yang nggak suka sama lo dan Kak Gavin. Makanya dia sengaja ngelakuin itu supaya lo terjebak sama Abrisam," ucap Vela.
"Masuk akal juga. Atau mungkin ada orang yang mau jatuhin kalian, secara nggak pernah ada desas-desus buruk tentang kalian," balas Alice.
"Tapi siapa yang tega ngelakuin itu?" ucap Caryn.
"Nggak tahu," balas Vela dan Alice bersamaan. Mereka bertiga berpandangan sebelum tertawa bersama.
"Awh," ringis Caryn disela tawanya.
Tawa mereka terhenti saat telah berada di depan UKS. Tanpa mengetuk pintu mereka masuk. Seketika orang yang di dalam menoleh ke arah mereka. Ada beberapa anak PMR, Gavin, dan beberapa teman cowok itu.
Caryn hanya menurut saat ia didudukkan di brankar sebelah Gavin. Tatapannya mengarah pada sosok Gavin yang tengah meringis karena lebam di wajahnya diberi salep oleh petugas PMR.
"Car, kita ke kelas duluan ya," ucap Vela.
Caryn membalas ucapan Vela dengan anggukan. Ia tak mungkin menahan sahabatnya, mengingat di kelasnya sedang diadakan ulangan.
Caryn hanya bisa meringis saat sesuatu yang mirip salep dioleskan ke pipinya. Bekas luka di pipinya mengingatkan perbuatan Abrisam, mengingat hal itu membuat kebenciannya pada cowok itu bertambah berkali lipat.
"Car, kita mau ke kelas dulu. Tolong jaga Gavin, ya. Kalau ada apa-apa telepon gue atau yang lain," ucap Arkan, cowok asli sunda dengan kumis tipis.
"Iya, Kak," balas Caryn.
"Kita duluan, Car," ucap Kelvin, sahabat Gavin.
Caryn hanya mengangguk sekilas. Selanjutnya dua cowok tampan itu meninggalkan UKS, di belakangnya ada beberapa petugas PMR yang ikut meninggalkan UKS.
Setelah dirasa mereka keluar dari UKS, Caryn turun dari brankar dan berjalan mendekat ke brankar Gavin. Ia meraih bangku yang tak jauh dari sana, lalu duduk di bangku itu. Matanya menatap wajah Gavin yang terdapat beberapa bekas keunguan.
________________________________________
Setelah sekian lama menghilang, akhirnya muncul lagi. Kalau kalian lupa sama alurnya, jangan ragu buat baca ulang yaaa!
Purwodadi, 16 September 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard Boyfriend
Genç Kurgu[Update Setiap Sabtu] Disarankan follow sebelum membaca⚠️ 16+ Hidup Caryna Jasmine yang semula baik-baik saja seketika berubah saat ia tak sengaja mengintip kegiatan Abrisam Chandra, ketua CRUELBOYS. Hanya karena ketidaksengajaan yang Caryn lakukan...