e m p a t

6.9K 260 0
                                    

Happy reading!

Author POV

Dua hari ini Caryn merasa menjadi bahan perbincangan hampir seluruh penduduk MSHS. Insiden di koridor dua hari lalu membuat Caryn mendadak menjadi pusat perhatian.

Keberaniannya melawan Abrisam menimbulkan beberapa kecaman dari penggemar cowok itu. Banyak yang menganggap jika Caryn hanya ingin mencari perhatian dengan Abrisam, mengingat cowok itu bisa dikatakan nyaris sempurna. Kekayaan, ketampanan dan kekuasaan menjadikan cowok itu digilai para siswi di MSHS, kecuali dirinya.

Tapi Caryn berusaha menulikan semua ocehan buruk tentangnya. Toh apa yang ia lakukan dua hari lalu demi Gavin, kekasihnya.

"Hey, kenapa bengong?"

Caryn tersentak, ia terkejut saat Gavin menggoyangkan bahunya. Ia terlalu tenggelam dengan segala pemikirannya. Sampai-sampai ia lupa jika sedang bersama dengan Gavin.

Gavin meraih tangan Caryn, lalu mengusapnya dengan lembut. Tatapan matanya lurus ke depan. "Maaf ya, Car. Gara-gara aku, kamu jadi bahan rumpi hampir satu sekolah."

Caryn mengernyit heran, entah mengapa ia tak terlalu suka dengan ucapan Gavin. "Kenapa Kak Gavin bilang gitu? Kak Gavin sama sekali nggak bersalah. Aku percaya kalau Kak Gavin nggak lapor masalah Abrisam ke guru."

"Aku takut kalau kamu diapa-apain sama Abrisam, Car," ucap Gavin. Mata teduhnya menatap dalam ke arah sang kekasih.

"Malah aku yang takut, Kak. Kemarin aja Kak Gavin dipukul sama Abrisam, sampai ungu semua," ucap Caryn seraya menunjuk muka Gavin yang terdapat beberapa bekas keunguan.

"Mungkin aja setelah kejadian dua hari lalu Abrisam nggak bakal berulah lagi," ucap Gavin berusaha menenangkan gadisnya.

"Semoga aja, Kak."

"Caryn! Lo gimana, sih? Lo itu disuruh ambil buku paket, bukan pacaran sama Kak Gavin!"

Caryn mengerjapkan matanya beberapa kali, bagaimana ia bisa lupa jika harus mengambil buku paket? Gadis itu melirik jam di pergelangan tangannya, sudah dua puluh menit ia meninggalkan kelas.

"Aduh! Gimana nih? Gue takut kalau kena semprot sama Bu Mirna," ucap Caryn. Raut wajahnya menyiratkan kepanikan. Maklum, Bu Mirna memiliki mulut sepedas bon cabe.

"Bilang aja kalau lo habis bantuin petugas perpus tata buku," ucap Vela enteng.

"Kak Gavin kok ada di sini?" tanya Alice.

"Gue mau numpang tidur di sini," balas Gavin.

"Jam kosong?" tanya Alice lagi.

"Alice! Kok lo malah ngobrol, sih? Kita ke sini buat jemput Caryn, bukan mau ngobrol. Lo mau kena semprot sama Bu Mirna?" ucap Vela.

"Maaf, Vel. Gue lupa," ucap Alice diakhiri pukulan ringan di dahinya.

"Ayo Lice, Car, kita ambil bukunya," ucap Vela.

Caryn bangkit dari bangku yang didudukinya. Dengan langkah lebar ia berjalan menuju rak buku yang berada di ujung perpustakaan, lalu mengambil setumpuk buku paket dengan judul 'sejarah'.

***

Di sini lah Caryn sekarang, di depan kelas dengan buku berada di pangkuannya. Sekembalinya ia dari perpustakaan, Bu Mirna memberikan ceramah dadakan kepadanya. Semua alasan yang ia siapkan sebelumnya seketika lenyap saat melihat wajah garang Bu Mirna.

Ini bukan pertama kalinya Caryn di hukum oleh Bu Mirna, sepertinya ini ketiga kalinya. Tak seperti biasanya, kali ini Bu Mirna tidak memberikan toleransi padanya. Dan akhirnya ia berada di sini, di depan kelas yang digunakan jalur lalu lalang oleh siswa-siswi.

Caryn membuang napas kasar, ia tak menyangka jika kejadian dua hari lalu berakhir seperti ini. Ia kira semua akan selesai begitu saja, nyatanya hampir seluruh penduduk MSHS membencinya, seakan apa yang ia lakukan adalah hal yang salah. Padahal menurut Caryn, apa yang ia lakukan adalah hal yang wajar.

Bukan hanya di sekolah, di instagramnya dm dan hate comment membanjiri akunnya. Dalam waktu dua hari, followers Caryn bertambah banyak. Caryn menjadi bingung, ia harus bahagia atau kesal?

Raut kesal Caryn berubah sumringah saat mendengar suara bel istirahat berbunyi. Dengan semangat ia menutup buku dan membereskan beberapa peralatan tulisnya.

Caryn menegakkan posisi duduknya saat mendengar decitan pintu yang ada di sebelahnya. Tak berselang lama sosok guru wanita keluar dari ruang kelasnya. Dia adalah Bu Mirna, guru sejarah yang terkenal dengan mulut merconnya.

"Bu," ucap Caryn seraya mengangguk sekilas.

"Besok ulangi lagi, ya. Biar nggak ikut pelajaran saya."

Caryn hanya meringis, ucapan Bu Mirna sangat menusuknya. Untung saja ia mempunyai kesabaran yang lebih, jika tidak semua umpatan yang ia tahan keluar begitu saja.

Gadis itu bangkit dari lantai saat Bu Mirna sudah berjalan menjauh darinya. Tak berselang lama Alice dan Vela keluar dari dalam kelas.

"Kantin, yuk," ajak Alice.

"Gue mau balikin buku dulu," ucap Caryn seraya menunjukkan buku yang dibawanya.

"Kita tunggu di sini, Car," ucap Vela.

Caryn membalas ucapan Vela dengan menyatukan ibu jari dan telunjuknya. Setelahnya Caryn berjalan masuk ke dalam kelas.

"Eh ada Kakak Seleb. "

Caryn menghentikan langkahnya. Tubuhnya berputar seratus delapan puluh derajat, tatapannya mengarah pada sosok Chelsea, cewek cantik yang menjadi primadona di sekolah. Tak memungkiri jika Chelsea memiliki wajah dan tubuh nyaris sempurna, bulu mata melengking dengan mata bulatnya menjadi daya tarik tersendiri, juga bibir mungil berwarna pink yang begitu menggoda. Tinggi semampai bakal model menambah nilai plus gadis itu. Tapi sayang, tingkah gadis itu tidak secantik wajahnya.

"Lo nyindir gue?" ucap Caryn seraya menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, lah. Siapa lagi kalau bukan lo? Pansos sama Abrisam biar jumlah followers-nya nambah," ucap Chelsea sinis.

Sedangkan dua teman Chelsea yang lain hanya diam. Tapi tatapan mereka sangat tidak bersahabat. Mereka adalah Fransisca dan Melisa, dua gadis yang menjadi antek-antek Chelsea sejak SMP dulu.

"Terserah."

Caryn memilih untuk tidak menanggapi ocehan Chelsea, karena jika diteruskan pasti tidak akan pernah usai. Ke kantin lebih penting daripada meladeni ocehan Chelsea yang tidak bermutu sama sekali.

Setelah meletakkan bukunya di atas meja, Caryn bergegas keluar, lalu menghampiri Alice dan Vela yang menunggunya di luar kelas.

_____________________________________________

Setelah sekian lama ngilang, akhirnya muncul lagi. Masih ada yang nungguin nggak sih? Kalau ada aku seneng banget.

Purwodadi, 8 Oktober 2020

Bastard BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang