s e b e l a s

6.1K 254 0
                                    

Happy reading!

Author POV

Bel pulang telah berbunyi sejak tujuh menit yang lalu. Dengan tergesa Caryn berjalan meninggalkan ruang kelas. Ia baru saja menyelesaikan tugasnya untuk membersihkan kelas.

Ia harus cepat-cepat pergi ke taman belakang untuk menemui seseorang. Awalnya Caryn menolak, tapi orang itu terus memaksanya. Dengan terpaksa ia membatalkan janjinya untuk pulang bersama Gavin.

Dari kejauhan Caryn bisa melihat sosok cowok yang tengah menunggunya. Dengan ragu Caryn berjalan mendekat ke arah cowok berjaket denim itu. Perasaan tak nyaman langsung melingkupinya kala cowok itu menatapnya dengan tajam.

Caryn langsung menundukkan kepalanya saat Abrisam bangkit dari duduknya. Ia merasa tubuhnya hilang di hadapan cowok itu, pasalnya tubuh Abrisam lebih tinggi dari tubuhnya.

"Gue nyuruh lo datang ke sini tepat pulang sekolah. Dan dengan seenaknya lo datang telat, lo udah buang waktu gue selama tujuh menit," ucap Abrisam dengan nada rendah.

"Maaf gu—"

"Gue nggak butuh permintaan maaf lo, nggak guna."

Caryn berusaha menstabilkan emosinya, ucapan Abrisam benar-benar membuatnya kesal. Ia juga menahan diri untuk tidak melawan Abrisam, ia takut jika cowok main tangan.

"Ikut gue," ucap Abrisam seraya menarik tangan Caryn.

Gadis itu mulai panik, dengan gerakan cepat ia menghempaskan tangan Abrisam.

Mata cowok itu menatapnya nyalang. "Lo mau gue seret?"

Caryn meneguk ludahnya susah payah. "K-kita mau ke mana?"

"Gue nggak nyuruh lo buat tanya. Lo cukup ikut gue," ucap Abrisam.

Caryn tersentak saat Abrisam menarik tangannya dengan paksa, tak ada kelembutan sedikitpun.

"Sam, sakit," ringis Caryn.

Cowok itu hanya tersenyum sinis, bukannya melonggarkan cengkraman tangannya, Abrisam malah menariknya semakin kuat. Seakan ringisan Caryn adalah hal yang sangat menghibur untuk Abrisam.

Suasana sekolah sudah lumayan sepi, menyisakan beberapa siswa yang kebanyakan mengikuti ekstrakulikuler. Caryn hanya berharap, semoga tidak ada yang melihat mereka. Ia tak ingin menjadi bahan gosipan oleh mereka.

"Masuk!"

Tanpa membantah Caryn masuk ke dalam mobil Abrisam. Kepalanya menunduk, tatapannya terarah pada tangannya yang sibuk meremas rok yang ia kenakan.

Caryn memejamkan matanya, ia berharap tidak akan ada hal buruk yang menimpanya. Rasa penyesalan kembali hadir, mengapa ia melakukan hal bodoh waktu itu? Ia tak pernah menyangka jika kejadian itu bisa berbuntut panjang seperti ini.

***

Mobil Abrisam berhenti di basment sebuah apartemen. Entah siapa yang akan dikunjunginya di apartemen ini. Karena cowok itu tak mengatakan apapun padanya.

"Lo mau di sini sampai besok?"

Reflek Caryn segera membuka pintu mobil. Dengan cepat ia keluar dari mobil milik cowok itu. Ia tak ingin Abrisam marah kepadanya.

"Ikut gue," ucap Abrisam.

Tanpa diperintah dua kali Caryn membuntuti Abrisam. Ia tak peduli mereka akan ke mana, tapi ia berharap Abrisam tidak membawanya ke tempat yang aneh-aneh.

"Pokoknya lo harus turutin semua ucapan gue. Dan lo nggak boleh bilang ke siapapun tentang ini. Ngerti?"

"Gue ngerti," balas Caryn lirih.

"Bagus. Gue nggak mau semua yang kita lakuin ketahuan sama orang lain. Kalau sampai orang lain tahu, lo jadi orang pertama yang gue cari," ucap Abrisam mutlak.

Caryn meneguk ludahnya susah payah, nada bicara Abrisam benar-benar membuatnya merinding. Tapi tak urung ia membalas, "iya, Sam."

Obrolan mereka terhenti karena mereka masuk ke dalam lift, dan kebetulan dia dalamnya sudah ada beberapa orang yang ingin menggunakan besi kotak itu.

Sepuluh detik setelahnya lift itu berhenti di lantai empat. Setelah pintu lift terbuka, Abrisam berjalan keluar. Tak ketinggalan, Caryn juga ikut berjalan di belakang cowok itu.

Caryn menghentikan langkahnya saat cowok itu berhenti di depan pintu bernomor 54. Ia bisa melihat jika Abrisam membuka pintu itu dengan sebuah kartu.

Gadis itu menutup hidungnya saat pintu itu terbuka, jika tidak salah, apartemen itu memiliki bau seperti minuman beralkohol. Mata Caryn membulat tak percaya kala ia menyapukan pandangannya ke ruangan yang mirip ruang tamu itu. Apartemen mewah ini sangat penuh dengan sampah, kaleng dan botol bekas minuman berserakan di mana-mana, tak hanya itu, bungkus makanan juga tercecer sembarangan. Bahkan di antaranya ada yang tumpah di karpet.

"Tugas lo sekarang adalah bersihin apartemen gue."

Seketika Caryn langsung menoleh ke arah Abrisam. Apa katanya? Membersihkan apartemen?

"Gue?" ucap Caryn seraya menunjuk dirinya sendiri.

"Kurang jelas? Lo harus bersihin apartemen gue. Lo bisa pulang kalau apartemen ini udah bersih dan rapi," ucap Abrisam dengan nada memerintah.

"Tapi ini kotor banget," protes Caryn.

Caryn tersentak saat tubuhnya didorong oleh Abrisam hingga membentur dinding. Jantungnya kembali bereaksi saat merasakan dagunya dicengkeram oleh cowok itu dengan kuat.

"Ngelawan? Apa lo harus dikasari dulu biar paham?" ucap Abrisam disertai geraman. Matanya menatap tajam ke arah Caryn.

Gadis itu hanya mampu menggeleng lemah. Ia sangat takut dengan sosok Abrisam yang seperti ini. Seharusnya ia tak membantah ucapan cowok itu.

Dengan kejam Abrisam mendorong tubuh Caryn hingga tersungkur. "Cepet bersihin!"

Setelah berucap demikian, cowok itu pergi begitu saja dari apartemen itu. Dan sepertinya pintu apartemen dikunci oleh cowok itu.

Dengan mata berkaca-kaca, Caryn bangkit dari lantai. Selanjutnya ia mulai memunguti sampah yang berceceran di lantai. Kenapa ia disuruh membersihkan apartemen ini? Padahal ia tak memiliki keahlian untuk membersihkan rumah. Semoga saja Abrisam tak marah dengan hasil pekerjaannya.

______________________________________________

Up lagi, nggak tahu bisa selesai tepat waktu atau nggak.

Purwodadi, 1 Nov 2020

Bastard BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang