t i g a p u l u h e n a m

5.1K 233 45
                                    

Tinggalin jejak banyak-banyak!

Tak terasa libur akhir semester telah usai, kini para siswa kembali ke aktivitas sebelumnya, berkegiatan di sekolah. Tidak ada yang berubah, suasana sekolah masih sama seperti dua minggu yang lalu. Namun hari ini ada yang menyita perhatian para siswa Moonlight Senior High School, kedatangan Caryn bersama Abrisam dengan posisi berboncengan.

Hal itu tentu saja membuat para siswa heboh, bagaimana bisa Caryn berboncengan dengan Abrisam? Padahal yang mereka tahu akhir-akhir ini Caryn menjadi korban bully cowok itu, hal yang sangat aneh jika mereka berdua terlihat begitu akur. Lagipula bukan kah Caryn masih berstatus menjadi kekasihnya Gavin? Kira-kira seperti itu lah pertanyaan para siswa yang melihat kejadian itu secara langsung.

Caryn turun dari motor Abrisam dengan wajah tertunduk. Ia sudah memprediksi hal ini akan terjadi, menjadi bahan gunjingan para penduduk sekolah. Namun bukan hal itu yang menjadi beban pikirannya, melainkan bagaimana dengan reaksi Gavin saat mengetahui bahwa ia dan Abrisam berangkat bersama dengan posisi berboncengan.

Gadis itu memilih diam di tempat selama beberapa saat, tujuannya untuk memberi jarak antara ia dan Abrisam agar tidak terlalu berdekatan. Untung saja cowok itu tidak menyadari jika Caryn masih tinggal di parkiran.

Setelah dirasa jarak mereka cukup jauh, baru lah Caryn mulai melangkahkan kakinya. Kala kakinya menginjak koridor, bersamaan dengan itu telinganya mulai mendengar suara yang tidak mengenakkan, sindiran, cacian, dan hujatan tak luput dari pendengarannya. Bahkan tak jarang ada yang terang-terangan membicarakannya saat ia melintas.

Sebenarnya telinga Caryn cukup panas mendengar ocehan mereka. Namun ia tetap bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, Caryn tetap mempertahankan wajah cuek dengan dagu terangkat, bertingkah seakan ucapan mereka tidak berarti bagi Caryn.

Langkahnya memelan ketika netranya tak sengaja melihat sosok Gavin yang tengah berjalan dari arah berlawanan dengannya. Seketika itu Caryn dapat merasakan jika jantungnya bekerja dua kali lebih cepat, bahkan saat mereka tidak berkomunikasi selama dua minggu debaran itu masih terasa. Andai saja Abrisam tidak datang di kehidupannya, mungkin saat ini ia masih bisa tersenyum bahagia bersama Gavin.

"Kak Gavin," sapa Caryn ketika keduanya berpapasan.

Gavin menghentikan langkahnya. Senyum lebar terlukis di bibirnya, "Hai, Caryn."

Selama sepersekian detik Caryn terpaku dengan senyuman yang sangat ia rindukan. Hatinya seakan berbisik menyuruh Caryn untuk memeluk cowok di hadapannya, tetapi pikirannya menolak.

"Kak Gavin habis ngapain di sini?" tanya Caryn. Pasalnya kelas Gavin berada di gedung seberang.

"Oh, tadi aku habis ngurus pendaftaran beasiswa buat kuliah nanti," balas Gavin sembari menunjukkan dokumen yang terbungkus dengan map.

'Syukurlah Abrisam nepatin janjinya, jadi pengorbanan gue nggak sia-sia.'

"Semoga lancar dan nggak ada kendala apapun."

"Aamiin. Terima kasih, Car. Oh iya, hari ini kamu berangkat sekolah naik apa?" tanya Gavin.

Caryn mematung, apa yang harus ia katakan pada Gavin jika sudah seperti ini. Tidak mungkin ia mengatakan secara terang-terangan jika ia berangkat ke sekolah bersama Abrisam, yang ada Gavin malah menuduh Caryn yang tidak-tidak. Ya meskipun sebenarnya ia dan Abrisam melakukan hal curang di belakang Gavin.

"Aku berangkat sa—"

"CARYN!"

Perkataannya terpotong kala Vela dan Alice memanggil namanya dengan suara yang cukup keras. Keduanya lantas berlari mendekat ke arah Caryn dan Gavin.

Bastard BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang