Bahaya Lo

175 40 5
                                    

Di antara banyaknya talenta yang di miliki Siro, salah satunya adalah analisa. Di samping bakatnya yang lain yang juga mendukung; penyelidikan, insting kuat, ahli strategi, ahli perencanaan, IT, dan berisik. Berisiknya pernah membuat dia menjadi penyiar radio terkemuka ibu kota. Siro selalu punya cara mencari informasi paling kecil dan rahasia, tidak pernah kehilangan topik dan ide saat berkumpul, tahu bagaimana akrab dengan cepat dengan orang asing sekali pun. Kebalikan dari Kamal yang minim aksi-reaksi, Siro adalah si hiperaktif, jarang diam kecuali saat ini, ketika matanya sibuk dan lincah menandai setiap angka di setiap lembar yang dia kumpulkan.

Dengan mudah Siro bisa menemukan segala kecurangan mantan kekasih Kamal setelah Kamal mengatakan segala perubahan pada kekasihnya. Siro juga yang menemukan keberadaan kekasih Kamal di parkiran tidak terpakai sebuah mall, sesaat sebelum peristiwa mobil goyang. Dan sekarang Siro sepertinya membantu Kamal kembali dengan penemuannya, perbedaan angka signifikan sekaligus luar biasa dalam laporan satu dengan yang lain. Anatra laporan resmi di arsip kantor dan dokumen mandiri yang di buat Datu.

"Gue penasaran dengan cara Datu menjual produk sebanyak ini dalam sebulan," ungkap Siro.

"Gue lebih penasaran orang sekelas Raden Canggih di tolak sama dia."

Leher Siro rasanya tersengat listrik hingga berputar cepat pada Kamal di sebelahnya, yang sama sekali tidak berkontribusi dalam pemecahan masalah perusahaan. Sudah hampir tengah malam dan dia baru menemukan setengah dari banyaknya lembar yang belum di teliti.

"Bung, kita sepertinya ga di jalur yang sama. Ngomong ape lu bingsid?" Siro emosi. Matanya hampir juling melihat angka yang di tulis kecil-kecil. Ingatkan dia untuk mengingatkan para pegawai agar mengubah font laporan yang akan di simpan di arsip.

"Lo tahu kan Raden Canggih?" Kamal meneruskan topiknya.

Tentu Siro tahu siapa pria yang di tolak Datu itu. Mereka tidak di satu lingkar pertemanan, tapi di kalangan borju eksistensi seseorang kadang bisa dengan mudah di ketahui dari obrolan di kelab. Kelab apa yang di kunjungi, kendaraan apa yang di pakai, properti apa yang di beli minggu ini, outfit, semuanya akan dikoreksi. Terlebih jika dia orang yang tidak terlalu di terima di sebuah circle, dia akan menjadi topik teratas tiap malam.

Raden Canggih dan latar belakang keluarga cukup tenar di kalangan atas. Tidak hanya menjadi perbincangan di kelab, mereka juga memiliki pengaruh di dunia usaha meski tidak sekeras keluarga Kamal. Kasta mereka tinggi, tapi masih di bawah keluarga Kamal.

"Kenapa Raden Canggih?"
"Dia di tolak Datu."

Siro melempar kertas ke atas tumpukan yang lain. Tidak keras tapi cukup membuat suara hingga sedikit berserakan. Dia bergerak ke dapur mengambil dua minuman dingin untuknya dan Kamal.

"Ingin pasangan anak tunggal yatim piatu, menolak seorang Raden Canggih, terus apalagi? Apalagi tentang Datu yang mengguncang pikiran lo?" Tanya Siro setengah jengkel.

"Nyambi membuat kue, punya motor tapi tidak di pakai, pernak-pernik hadiah dari restoran siap saji yang dia koleksi dan di pajang di sebuah meja, berteman dengan beberapa pria dan anak jalanan dan akan mengadakan pesta, menaklukkan Kelly, menguasai bahasa isyarat, dan lensa matanya yang berbeda."

Tentu saja yang terakhir tidak akan di buka terang-terangan oleh Kamal di depan Siro. Kamal cukup mengerti Datu tidak mau orang baru yang dia kenal mengetahui bola matanya yang berbeda warna. Dia menutupnya dengan softlense setiap saat. Heterochromia bukan cacat atau aib yang membuat seseorang terhina, hanya saja kelainan itu dimiliki sedikit orang bahkan tidak dimiliki penduduk kota. Ada suku tertentu yang mewarisi kelainan itu, Kamal akan mencari tahu tanpa melibatkan Siro.

"Dia seperti buku sastra kuno yang memiliki cerita berbeda di setiap babnya tapi punya keterkaitan. Dia penuhbwarna tapi kelabu di banyak sisi, dia..."

"Kelly?" Siro bertanya takjub pada salah satu alasan yang di ungkap Kamal, mengabaikan ungkapan lain yang lebih penting, "Datu menaklukkan Kelly?" Nadanya tidak percaya.

Beberapa bulan lalu Siro membantu Kimmy---adik Kamal--- mencari pelatih kuda pro untuk melatih kuda barunya. Kimmy akan mengikuti perlombaan besar. Kuda yang sebelumnya sudah tidak mumpuni untuk di lombakan. Pelatih Kimmy yang dahulu menyerah karena Kelly tidak menunjukkan kemajuan di tangannya, pun pelatih yang di bawa Siro. Dan sekarang kabar menakjubkan itu diceritakan Kamal dengan entengnya seolah itu kabar sepele. Kamal tidak tahu betapa Siro juga merasakan putus asa dan merasa gagal membantu Kimmy.

"Wow, big wow!" Imbuh Siro lagi.

Kelly melompat di tangan Datu. Sungguh luar biasa bagi Siro yang putus asa.

"Kalau lo lihat bagaimana dia bikin Kelly melompat, lo bakal lebih ga percaya lagi."

Siro bergerak antusias memegang, mengguncang bahu Kamal.

"Lo ada videonya?"

"Enggak. Mana sempat, kejadiannya mendadak, gue waktu itu di ruang kerja Kakek dan bahas masalah kantor. Orang rumah kayaknya juga cuma lihat dari dalam. Lo tahu sendiri Kimmy bakal marah kalau kita nimbrung di pacuan dan bikin kuda barunya gelisah."

Siro mengempas tubuh ke sofa.

"Datu... dia... gue ga tahu gimana menjelaskan cewek itu," desis Kamal dengan selipan nada gelisah.

Dahi Siro mengkerut. "Tunggu! Jangan bilang lo tertarik sama... oh man! Ini ga bakal berhasil."

"Maksud lo?"

Siro membuka macbook dan menunjukkannya pada Kamal.

"Dari latar belakang dia, dia bukan tipe yang bakal di setujui oleh keluarga lo yang punya garis keras masalah bibebot."

Kamal membaca dengan serius setiap file yang dia lihat, lebih serius dari dokumen penting perusahaan.

Di setiap lembar yang bergulir, tertulis profil Datu dan latar belakangnya. Tentu saja Siro sudah memilikinya sebelum Datu satu ruangan dengannya. Hanya saja Siro cukup dewasa tidak mengumbar semua itu dan bersikap alami di depan semua orang.

"Persetan dengan kriteria, kalau gue yang mau merrka bisa apa memang?" Kamal memyalin file datu dan mengirim ke emailnya, "besok gue mau introgasi dia di ruangan lo, bikin suasana santai seolah kita hanya ngobrol biasa. Paham?"

Kamal meninggalkan Siro ke kamar.

HETEROCHROMIA (Koplonya Hidup)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang