Idol

206 43 6
                                    

Definisi cari penyakit. Setelah drama mie benyek dimaklumi dan salah paham pemecatan diluruskan, Kamal kembali membuat jurang baru untuk ujian nyalinya. Mereka harus adu mekanik lagi tentang keikutsertaan Datu ke kantor bersamanya. Datu ingin tetap di rumah, beralasan sudah mengirim surat izin dan memang setiap bulan begini---izin sakit hari pertama datang bulan. Dan tentu saja Kamal harus berdiri di sisi berlawanan, mengharuskan Datu ikut dengannya ke kantor. Tapi sayang tidak bisa membuat alasan kuat seperti Datu.

Alasan terkuatnya tidak mau Datu tetap di rumah adalah keberadaan mobil hitam yang sudah dua hari ini mencurigakan. Oleh orang-orang yang dia sewa untuk berjaga di sekitar rumah Datu, mobil itu sudah beberapa kali melintas, berhenti sebentar di depan rumah, kemudian jalan lagi.

Siro yang ditugaskan mencaritahu siapa si pemilik mobil sudah melaporkan bahwa pemilik mobil hitam itu adalah seorang pengacara terkenal. Bisajadi mereka sudah saling tahu. Namun selama tujuan keberadaannya belum jelas, Kamal tidak mau Datu berada di situasi yang tidak diinginkan tanpa dia di sana. Mau mengatakan fakta, Kamal takut Datu ketakutan. Andai tidak ada pekerjaan penting yang harus dia lakukan, Kamal mungkin akan tetap tinggal juga.

Setelah memberi alasan bahwa dia ingin bicarakan konsep proyek mural yang akan diberikan pada Datu dan Adam, disertai permohonan hingga paksaan, akhirnya Datu menyerah dan mau ikut. Itupun tidak ikhlas-ikhlas banget. Datu masih cemberut dan misuh-misuh. Hari pertama baginya adalah mager day karena sedang banjir-banjirnya. Sebagai antisipasi, Kamal rela menyiapkan sendiri beberapa setelan cadangan ganti kalau sewaktu-waktu Datu bocor di kantor. Dan yang Datu lakukan selama Kamal membongkar lemarinya tentu saja guling-guling di lantai, bernyanyi sembarangan di selangi ngomel, juga berteriak tidak jelas di sertai suara tangis. Kamal sampai merinding kenapa Datu  ngereog seperti ini.

Untung sayang.

Bisa sampai kantor tepat waktu? Tentu saja tidak. Tidak semulus itu Pak Boss.

Tidak ada niat berulah, ini kenyataan aksi-reaksi alami tubuhnya di dalam sana. Antara mabuk dan nyeri haid. Di tengah perjalanan Datu meraung-raung ingin turun dari mobil.

"Aku mau turun, aku mau turun, aku naik ojek aja." Raungnya sambil menarik-narik lengan jas Kamal.

"Mau muntah? Muntah aja, gapapa." Kata Kamal berusaha menenangkan.

"Nggak bisa, huaaaa... nggak bisa keluar, aku turun aja di depan."

Kamal ingin tertawa tapi takut, prihatin tapi cewek di sebelahnya lucu. Dia mesem-mesem kanan menahan ledakan tawa agar Datu tidak tersinggung.

"Iya, iya kita turun di depan."

Akhirnya sebuah toko aksesoris yang belum buka menjadi tempat transit mereka. Datu turun dan ngemper karena lutut yang masih lemas.

"Aku udah bilang aku tuh ngerepotin kalo hari pertama. Kamu jalan aja, nanti aku naik ojek kalau udah baikan," serunya karena melihat Kamal yang ikut turun dan menemaninya duduk.

"Enak aja, tunggu bentar nanti di bawain motor."

"Dibawain motor? Siapa?"

"Ada lah."

Kurang sepuluh menit duduk, seseorang dengan motor Astrea keluaran tahun 90-an yang sudah dimodifikasi hingga tampak antik dan mahal menghampiri mereka.

Datu merasa tidak asing hingga dia refleks berteriak, "abang cilok di gardu ronda, kan?"

Si Abang cilok tersenyum maklum dan ramah.

"Iya, Bu."
"Kok bisa? Gerobaknya mana?"
"Di titip di posko."
"Kenapa dia yang bawa motor buat kita?" Tanyanya pada Kamal.

Kamal tidak memberi jawaban.

HETEROCHROMIA (Koplonya Hidup)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang