Jam berapa kalian baca bab ini? Boleh komen dong!
"Kenalkan, Kamal Abeerham, mantan atlet panah tingkat universitas, partner kamu hari ini."
Itu jawaban Kamal waktu aku tanya masalah baju kami yang kembar. Aku sebenarnya mengharap jawaban lain seperti ini baju sisa atau cuma seragam biasa yang akan jadi seragam harian kantor. Setidaknya kalau jawaban seperti itu tidak akan menjadi beban pikiranku sekarang.
Kenapa dia? Kenapa harus Kamal? Kenapa tidak di publish saja kalau kami yang akan mewakili kantor? Kenapa Kamal harus dirahasiakan?
Kamal juga sedang bertarung sekarang di sisi lain stable yang telah di sulap menjadi spot panahan. Ada rasa penasaran yang aku rasakan pada hasil yang dia torehkan. Benar tidaknya dia dulu seorang atlet panah semasa kuliah. Sekilas tadi aku melihatnya mengenakan atribut lengkap. Dari topi, kaca mata, pelindung lengan, busur, dan anak panah. Memang tampak meyakinkan, tapi mana tahu kemampuannya masih sama dengan yang dulu.
"Keberadaan kamu di sini dan perlengkapan premium yang saya pakai sekarang saja sudah bikin ovthink, jadi sekarang kita sepakat lakukan yang harus dilakukan dengan benar. Paham?" Bisikku ke Kelly, kuda yang akan kupakai di turnamen launching produk kantor yang mulai terasa konyol ini.
Pertama kali aku di hampiri Bu Dena saat kumpul tadi. Bu Dena memintaku ikut ke kandang untuk melihat kuda yang akan aku pakai. Sebenarnya aku galau berat karena masalah kuda. Umumnya joki harus latihan dulu jauh-jauh hari dengan kudanya untuk sebuah ajang turnamen. Aku. Jangankan latihan, bertemu kudanya saja baru sekarang. Jadi inget lagu qasidah;
baru sekarang oh aku rasakan, bertemu kuda yang jadi teman lomba...
"Kamu lihat kan tadi saingan kamu bagus-bagus banget. Mereka kekar, segar, bergairah, ambis. Jangan mau kalah, ngerti kamu? Mau seberapa tinggi halang rintangnya, lompati. Jangan bikin malu saya! Jangan bikin malu Kimmy... oh iya Tuan kamu mana? Kimmy datang nggak nontonin kamu?"
"Saya di sini."
Tanganku berhenti bergerak di kepala Kelly.
Aku menoleh belakang. Kimmy berdiri di ujung pintu. Ada senyum beku yang rasanya aku ciptakan di wajah.
"Hai!"
"Jangan khawatir! Setelah kamu bikin dia lompat waktu itu, setelahnya dia tidak pernah ragu lagi."
Aku cuma bisa mengangguk. Tidak tahu harus melanjutkan obrolan ini dengan pembahasan apa.
"Ayo siap-siap. Sebentar lagi giliran kalian."
Aku mengelus Kelly untuk yang terakhir dan menghidu dalam aroma khas kuda elit yang terpelihara baik sebelum aku menaiki kuda jantan ini. Kimmy pasti membayar mahal perawatan kudanya.
"Aku antar sampai depan, boleh?"
"Tentu. Atau kamu mau gantikan saya? Kelly pasti lebih akrab dengan tuannya."
Kimmy tertawa tanpa jawaban. Terus saja menarikku dan Kelly hingga kami sampai di ujung pintu arena.
"Kalau saya gantikan kamu, ada yang bakal marah besar." Ucap Kimmy tiba-tiba dengan senyum yang tidak bisa aku artikan. Dia mengelus Kelly kemudian pergi, menuju pintu tribun penonton VIP.
Aku masih diam memikirkan jawabannya hingga pengeras suara memanggil namaku dan Kelly. Aku menggeleng keras agar kembali fokus. Membuang sementara beban pikiran yang muncul seenaknya.
"Ayo Kelly, lakukan dengan benar!"
***
Tidak buruk. Kelly hanya menjatuhkan satu penghalang. Sisanya, mulus terlewati.
KAMU SEDANG MEMBACA
HETEROCHROMIA (Koplonya Hidup)
AcakUdah pernah ngerasain di turunin jabatan padahal pegawai andal? Pernah ngerasain di benci semua anggota keluarga? Pernah ngerasain tidak punya status sosial di mata masyarakat? Pernah ngerasain diludahin sama crush? Kalau belum, cobain deh. Rasanya...