Anak Umi

264 39 5
                                    

Tidak terlalu suka, tapi teringat. Cerita Pak Juanda masih melayang-layang di pikiran Datu.

"Saya tidak begitu tahu pasti kisah orang tua Nak Datu, yang saya ceritakan adalah cerita dari Kakek anda. Apa Nak Datu tetap mau mendengarkan meski... mungkin ada beberapa hal yang tidak enak di dengar?"

Datu berusaha santai dengan melonggarkan eratan kepalan tangannya. Rasa takut yang tiba-tiba membuatnya gugup sedikit-sedikit berkecamuk. Seumur hidup, setelah sekian umurnya sekarang, akhirnya ada seorang saksi yang bisa memberi informasi sejarah hidupnya.

"Nggak apa-apa, Pak. Saya siap mendengarkan."

Tidak mampu membuka kepalan tangannya sendiri, sebuah tangan lain meraba halus tangannya. Membuat tangan Datu lemas dan terurai. Ah, dia hampir melupakan Kamal di sampingnya yang sedang membaca beberapa dokumen yang harus Datu tanda tangani.

Ini peristiwa langka tidak terduga. Tentu tidak akan di sia-siakan.

"Kakek anda memiliki 3 orang anak; dua perempuan, dan satu laki-laki. Ayah anda adalah anak laki-laki satu-satunya yang Kakek anda banggakan keberadaannya. Semua anak-anaknya mendapat fasilitas terbaik, tapi tentu saja ayah anda mendapat fasilitas yang lebih terbaik lagi. Tidak seperti dua bibi anda yang tidak boleh bersekolah di luar daerah, ayah anda diperbolehkan memilih sekolah terbaik yang dia mau.

Ayah anda memilih keluar dari kekangan Kakek anda yang dikenal banyak aturan. Dan saat itulah Ayah anda bertemu dengan Ibu anda, di tengah masa pendidikan beliau.

Dari poin yang Kakek anda tahu, bahwa Ibu anda adalah pelac*r yang sengaja ayah anda sewa untuk menemaninya ternyata salah." Di poin ini Datu terkejut luar biasa. Benarkah ibunya menjalani pekerjaan kotor itu? Alih-alih bertanya, satu kata saja tidak sanggup Datu keluarkan untuk membantah karena memang dia tidak tahu apa pun tentang masa itu.

"Belakangan setelah saya selidiki, baru saya ketahui bahwa Ibu anda di jebak dan tidak sengaja berada di lingkungan itu bertepatan dengan saat ayah anda di ajak oleh teman-temannya untuk melakukan... yaaah bisa dibilang kenakalan masa remaja."

Rasa antusias Datu naik-turun. Sedikit takut mendengar lanjutan cerita Pak Juanda.

"Kata seorang saksi yang saya temui, Ibu anda sedang menemani seorang temannya yang menjajakan diri di pinggir jalan, sesuatu terjadi... entah apa hingga membuat Ibu anda berbaur, bergabung dengah pelac*r lain. Dan akhirnya Ibu anda berakhir di mobil yang ayah anda kendarai. Bisa dibilang... sebenarnya ayah anda menyelamatkan Ibu anda dari lingkungan buruk itu karena memang sebenarnya ayah anda tidak punya niat melakukannya. Dari pertemuan pertama itu sepertinya terjadi pertemuan-pertemuan berikutnya, terjadi ketertarikan, ayah anda mengeluarkan ibu anda dari lingkaran teman yang tidak benar, saling jatuh cinta, menikah, hingga anda lahir."

Di bagian ini ada rasa lega yang datang di dada. Orang tuanya menikah, dia bukan anak haram seperti yang dia bayangkan selama ini.

"Namun begitu, Kakek anda tidak menyetujui hubungan mereka. Beliau mengeluarkan ayah anda dari rumah, mencabut semua fasilitas hingga orang tua anda tertatih-tatih, berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Kakek anda tetap pada pendirian bahwa Ibu anda..."

"Stop!" Tiba-tiba saja adrenalin terpacu lagi dibarengi rasa panas dan sakit. Dari perlakuan yang dia terima Tuan Besar; bagaimana dia diasingkan padahal keluarga, tinggal di gubug Mbah Ndut, tidak boleh menginjakkan kaki di rumah utama, bagaimana sepupu-sepupunya dulu bisa dengan mudah mendapat pelukan dan ciuman Kakeknya sedangkan dia untuk melihatnya pun dilarang. Datu bisa menyimpulkan sendiri sebesar apa rasa tidak suka kakeknya sendiri akan keberadaannya.

Memori-memori yang sudah pudar kini  tergambar jelas. Bahkan sangat jelas. Beberapa pertanyaan terjawab. Sayangnya, jawaban itu tidak menyenangkan untuk Datu.

HETEROCHROMIA (Koplonya Hidup)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang