20. Kemo Pertama

41 15 0
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN.

ABSEN SESUAI MOOD KALIAN LEWAT EMOJI INI : 😭😘😎🤣😋😣😪😳😱🤮🤧😈

~HAPPY READING~

Semilir angin sore begitu sejuk. Tidak ada tandingan jika kita menikmatinya dibalkon kamar. Acha menghirup udara dengan tenang, mencoba untuk menikmati setiap detik nafasnya yang begitu berharga. Tak lupa untuk bersyukur karena detik ini ia masih diberi umur yang panjang.

Senyuman Acha terukir. Dia sungguh menikmati kesendiriannya kini. Suasana hangat sebuah keluarga sudah tak dapat ia rasakan, hanya kesunyian kesendirian yang ia dapatkan. Walau begitu, Acha masih bersyukur karena orang tuanya sering datang menemuinya walau sebentar.

Drrttt..
Drrttt...
Drrttt...

Ditengah lamunannya. Ponsel Acha berbunyi. Acha terkejut, ia menoleh kesumber suara tersebut. Dia berdecak kesal lalu mengangkat telpon dari seseorang.

"Hallo,"

"Hallo Acha, ini dokter Raisa. Saya cuma mau kasih tau kamu, esok pagi jadwal kamu kemo. Kamu siap kan?"

Acha membulatkan matanya. Ia hampir lupa dengan jadwalnya esok pagi, berarti esok ia tak masuk sekolah.

"I-iya dok, saya siap kok."

"Ya sudah, besok kita ketemu dirumah sakit ya?"

"Iya dok."

Acha mematikan sambungan telponnya dengan Dokter Raisa. Jantungnya berdebar kencang, tak beraturan. Ia sungguh takut jika ia harus melakukan kemo setiap 2 kali seminggu.

Keringat Acha bercucuran. Tangan dan kakinya mulai kejang. Ia belum pernah merasakan gejala ini, biasanya hanya sakit kepala. Acha berdiri dari duduknya. Ia berjalan menuju kasurnya dengan berpegangan ditepi dinding.

Sesampainya dikasur Acha mendudukkan dirinya. Mengatur napas secara beraturan. Ia merasa sesak selama berjalan tadi. Sungguh penyakit ini sangat membuat Acha menderita.

****

Acha sampai dirumah sakit. Rasa ketakutannya semakin memuncak, tubuhnya bergetar. "Okey, jangan takut Cha. Ini cuman sebentar kok."

Dia mulai berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Sesampainya didepan ruang kemo, Acha melihat beberapa orang duduk  dikursi tunggu. Dia sedikit kebingungan, mencoba mengintip dibalik jendela namun, pandangannya terhalang kain gorden.

Acha memilih untuk ikut duduk dikursi tunggu bersama pasien lainnya. Ia melihat ada satu pasien anak-anak. Awalnya Acha mengira bahwa anak tersebut hanya menemani orang tuanya ternyata salah. Setelah melihat gelang pasien yang digunakan anak tersebut, Acha dapat menyimpulkan bahwa gadis kecil itu seorang pasien juga.

Acha duduk disamping anak tersebut. Dengan senyuman hangatnya, Acha menyapa anak itu.

"Hai, dek" sapa Acha. Anak tersebut hanya melambai-lambai kan tangannya sambil tersenyum ramah.

"Kamu mau kemo juga?" tanya Acha. Anak itu mengangguk.

Acha melihat sekitar. "Orang tua kamu kemana?"

ACHA [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang