48. Dia Datang

49 10 1
                                    

Happy Reading


"Kamu, bintang ku. Jangan pernah mengeluh saat diri kamu jatuh. Jangan pernah menyesali apa yang pernah kamu lakukan, jadikan penyesalan itu sebagai pelajaran untuk bisa maju."

~David


Prilly memasuki kamar Acha dengan membawa sepiring bubur dan segelas susu yang ia taruh dinampan. Ia mengulas senyuman saat melihat Acha yang tengah bersandar dikepala kasur.

Acha yang merasa ada seseorang yang masuk kedalam kamarnya, pun menoleh.

"Lo ngapain disini?" Tanya Acha seraya membuang muka, tak ingin menatap Prilly.

Masih dengan senyumannya, Prilly menghampiri Acha. Ia duduk dipinggiran kasur. "Gue bawa makanan buat lo. Lo pasti laper."

"Gak." Balas Acha tanpa mau menatap Prilly.

"Makan gak!" Prilly menyodorkan sendok yang berisi bubur, dimulut Acha.

"Maksa banget sih lo." Ketus Acha seraya menjauhkan sendok itu.

"Lo makan. Ntar sakit anjir."

"Gue yang sakit bukan lo!"

"Dan gue yang repot ngurusin." Tambah Prilly.

Acha mengambil ahli sepiring bubur yang dipegang Prilly. Memakan dengan sendirinya bubur itu. Rasanya lumayan enak, tapi moodnya lagi tidak baik jadi rasanya hambar.

"Lo itu lapar, tapi malu aje." Celetuk Prilly diselingi tawa.

Acha melirik Prilly dan kembali melanjutkan makannya. Setelah selesai, Acha kemudian meminum obat yang diberi Prilly.

"Sekarang lo istirahat lagi gih. Gue mau beberes dulu." Ucap Prilly.

Acha mencekal tangan Prilly. Saat sahabatnya itu hendak pergi. "Lo mau panggilin Mama gue? Gue pengen ketemu sebentar saja."

"Lo yakin? Gimana kalau dia gak mau?" Tanya Prilly.

"Plis, kali ini aja. Gue pengen ketemu sebelum gue dioperasi besok." Pinta Acha dengan sorot mata sendu.

Prilly mengangguk. "Baik, gue bakal kerumah lo buat kasih tau keinginan lo."

"Makasih."

****

Prilly sampai didepan rumah Acha. Suasana rumah itu terasa sunyi dan mencekam. Ntahlah, mungkin hanya perasaannya saja.

Perlahan Prilly mengetuk pintu rumah itu. Tak berselang lama, seorang asisten rumah tangga datang membukakan pintu. Dengan senyuman ramahnya asisten itu mempersilahkan Prilly masuk. Lalu mengantarnya menemui Dinda diruang kerja.

Setelah sampai didepan ruang kerja Dinda, asisten itu izin untuk meninggalkan Prilly.

Dengan mental baja yang ia punya, Prilly mengetuk pintu ruangan Dinda. Setelah mendapat izin dari pemilik ruangan, Prilly pun masuk.

Pandangan Dinda naik menatap gadis berambut panjang itu. Dinda menyunggingkan senyuman.

"Prilly Mirdad. Anaknya Kelvin Sanjaya Mirdad. Mau ngapain kamu kesini? Mau minjem uang?" Ucap Dinda.

Prilly mencoba untuk tidak terpancing oleh ucapan Dinda. "Saya kesini, atas perintah Acha. Dia ingin anda menemuinya diapartemen milik saya. Sebelum dia melaksanakan operasi besok."

"Apakah raut wajah saya terlihat peduli dengan anak itu?" Tanya Dinda seraya menunjuk wajahnya yang terlihat menyebalkan.

"Anda memang tidak memiliki sedikit pun rasa kasih sayang untuk Acha. Cuih. Orang seperti anda ingin disebut Mama, tapi sikap anda sendiri tidak mencerminkan sikap seorang ibu." Ujar Prilly.

ACHA [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang