31. Dikucilkan

38 15 0
                                    

Sebelum baca, follow dan vote ya gays🌷

Happy Reading!!

Tangan Acha naik mengucek matanya. Ia terkejut, ternyata dirinya masih dilantai kamar mandi. Dengan perlahan ia mulai bangkit, berjalan dengan hati-hati menuju kasurnya.

Tubuhnya terasa sangat sakit, akibat tidur dilantai. Kondisi Acha sangat memprihatinkan. Rambut berantakan, mata bengkak akibat menangis.

Acha duduk dipinggir kasur. Ia menoleh kearah nakas, sudah jam 05.58 tubuhnya masih terasa sakit, tapi ia harus pergi daripada tinggal dirumah melihat keharmonisan keluarga Mamanya.

Drtt...

Acha menoleh kearah ponselnya yang ia taruh diatas kasurnya. Nama David tertera diponselnya. Sebuah panggilan dari David. Acha meraih ponselnya, ia menggeser tombol hijau keatas untuk mengangkat panggilan tersebut.

"Assalamualaikum," ucap Acha.

"Waalaikumsalam, Cha." balas David dengan bersemangat.

"Ada apa?"

"Udah minum obat? Hari ini gak usah sekolah dulu ya? Nanti aku jengukin mau? Owh iya, nanti biar aku yang ngatet buat kamu. Kamu jangan banyak pikiran, jangan kangen juga. Walau aku kangen pake banget, tapi aku bisa tahan kok. Jangan pikirin aku udah makan apa blom, karena aku udah makan. Hehe" cerocos David tanpa jeda.

Acha menjauhkan ponselnya dari telinganya, menaruh ponsel tersebut diatas kasur lalu menyalakan spekeer panggilan.

"Hallo? Acha? Masih hidupkah? Astaga!! Cha?"

"Apa?"

"Dari mana aja sih? Jadi khawatir kan aku. Kan kamu tau aku lagi nahan rindu."

"Lebay!"

"Astaghfirullah, sayang!"

"Belom halal, Vid!!"

"Mau dihalalin? Kapan? Sekarang? Gass!!!"

"Ngelunjak buset, dah aku mau mandi."

"Gak usah kesekolah dulu yang, kan lagi sakit."

"Aku gak sakit! Jangan mentang-mentang sekarang kamu tau penyakit aku, kamu jadi ngelarang gini."

"Tap-"

Acha langsung mematikan sambungan telponnya. Tak memperdulikan ucapan David. Ia lalu beranjak dari duduk menuju kamar mandi.

Acha menuruni tangga dengan senyuman yang menghiasi wajah cantiknya. Langkahnya terhenti saat mendengar suara canda tawa dari ruang makan.

Ia menarik napas dalam lalu menghembuskan nafasnya perlahan. Ia memberanikan diri untuk bergabung dengan Dinda untuk ikut sarapan.

Saat sampai didepan meja makan, semua yang ada disana menoleh kearahnya. Dinda tersenyum smrik, lalu menarik salah satu kursi disampingnya.

"Duduk sini, Cha." ucap Dinda.

Dengan canggung Acha mendudukkan dirinya dikursi tersebut. Mereka mulai menikmati sarapan pagi itu dengan sesekali berbincang.

ACHA [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang