29. Tulisan Takdir

34 14 2
                                    

~Happy Reading~

David sampai ditaman dekat sekolahnya. Ia melihat sekitar namun tak ada seorang pun disana. Ia lalu berjalan mendekati sebuah kursi yang berada dibawah pohon. David mendudukkan dirinya dikursi tersebut, pandangannya lurus menatap jembatan warna warni didepannya.

Tanpa ia sadari seseorang berdiri disampingnya sambil bersedekap. Orang tersebut duduk didekat David, tangannya naik menepuk pundak David, membuat sang empu terkejut.

Dengan cepat David menoleh, "PRILLY!?"

Prilly mengangguk. "Ya, seperti yang lo liat."

"Lo yang suruh gue kesini?" tanya David.

Prilly kembali mengangguk. "Gue mau bicara sesuatu sama lo."

"Apa?"

Prilly mengambil selembar kertas berwarna putih dari tasnya. Lalu memberikannya kepada David. David mengerutkan keningnya, tangannya terulur menerima kertas tersebut.

Ia segera membaca isi dari kertas tersebut. David membulatkan matanya sempurna ketika membaca tulisan itu.

"Hasil pemeriksaan? Acha mengalami kanker otak stadium akhir?" David tak menyangka jika Acha menderita penyakit tersebut.

"Gue ngambil surat itu waktu Acha tidur." ucap Prilly.

Flashback:

Prilly melepaskan genggaman tangannya. Pandangannya tertuju pada sebuah kertas yang terlihat sebagian keluar dari dalam tas Acha. Ia segera mengambil kertas tersebut, lalu membacanya.

Prilly kembali menatap Acha yang masih tidur, ia lalu memasukkan kertas berisi hasil pemeriksaan yang dilakukan Acha tadi kedalam tasnya.

"Gue bakal ngelakuin apa yang harusnya dilakukan, Cha. Maafin gue, gue gak bisa tinggal diam kayak gini. Ngeliat lo tersiksa sendirian."

Flashback off.

David menghembuskan napasnya secara kasar. Bahunya merosot, ia terlihat begitu lesu. Ia tak menyangka Acha bakal menyembunyikan rahasia besar ini sendirian.

Prilly menoleh kearah David. "Gue pengen lo jagain Acha. Hidup dia udah gak lama lagi. Kalo bisa lo bikin dia bahagia di sisa hidupnya."

"Senyumannya udah buat kita semua tertipu. Dia terlalu handal dalam mempermainkan kita semua."

"Gue belum siap kehilangan orang yang gue sayang." lirih David seraya menggenggam kuat ponsel ditangannya.

Prilly berdiri hendak pergi meninggalkan David, namun ia kembali menatap David yang masih menunduk. Ia mengusap punggung David upaya agar dirinya bisa kuat.

"Gue pulang dulu. Ingat kata-kata gue tadi. Lo jangan berbuat yang tidak-tidak, Acha butuh lo, jangan bikin dia kesepian."

Setelah Prilly pergi, David berjalan menuju jembatan. Ia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara kasar. Pandangannya turun menatap surat yang berisi keterangan pemeriksaan Acha. Air matanya jatuh, hatinya terasa sesak mengetahui semua ini.

ACHA [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang