50. Maaf

57 10 0
                                    

Happy reading.




"Aku yakin kamu kuat jalanin semua ini. Jangan takut, aku ada disamping mu. Selalu."

Hari berganti. Sudah seminggu Acha masih setia dalam tidurnya. Tak ada tanda-tanda kesadaran. Alat monitor yang berada disamping brankarnya masih terus bekerja. Memperlihatkan grafik garis naik turun yang artinya kondisi detak jantungnya normal.

Dalam seminggu pula, sahabat-sahabat Acha tak pernah absen untuk datang kerumah sakit. Setiap ada waktu pasti mereka menyempatkan diri untuk datang.

Dua hari yang lalu, Dinda datang bersama suami dan juga anaknya. Mereka datang dengan wajah yang nampak sedih.

Bagi teman-teman Acha, Dinda dan keluarganya sedang berakting. Tapi siapa yang tau mereka akting atau enggak.

Setelah selesai menjenguk putrinya yang tengah terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit, Dinda menemui teman-teman Acha yang berkumpul didepan ruangan ICU, tempat Acha.

"Saya titip Acha. Maaf jika saya merepotkan kalian. Saya harus kembali ke Kanada, saya harap kalian bisa menemani Acha disini. Soal biaya rumah sakit, sudah saya bayar semua. Dan ini sedikit uang untuk kalian makan." ucap Dinda seraya memberikan segepok uang didalam amplop coklat.

"Saya permisi dulu." lanjutnya.

Ke-tujuh remaja itu nampak kebingungan. Mereka saling bertatapan secara bergantian. Tersisip dibenak mereka 'Acha menjadi tanggung jawab mereka semua'.

"Gue gak nyangka tante Dinda malah pergi gitu aja. Padahal anaknya lagi koma." ucap Haikal seraya menggeleng tak percaya.

"Tanpa dia minta buat jagain Acha, kita juga sudah pasti jagain Acha." ujar Vino.

"Ternyata ada ya orang tua kayak tante Dinda. Lebih mementingkan keluarga barunya, daripada anaknya sendiri." ucap Lesti.

*****

David terduduk disebuah kursi yang berada dekat dengan brankar. Sorot matanya tak lepas dari wajah Acha. Memperhatikan dengan baik setiap inci wajah mungil itu. Tangannya naik mengusap lembut rambut gadis yang tengah tertidur.

"Cha, bangun yuk." ucap David.

Tak terasa air matanya jatuh begitu saja. Bukan keinginannya melihat Acha terbaring dirumah sakit, dengan banyaknya peralatan yang melekat ditubuh gadis itu. Andai saja takdir dapat diubah, David ingin menggantikan posisi Acha.

"Cha, ayo bangun. Katanya mau lulus bareng-bareng, tapi kok kamu tidurnya lama banget sih."

Lagi. David terus mengajak Acha berbicara. Walau Acha tak menjawabnya sama sekali. Sesak. Hati David semakin sesak. Ini bukan pertama bagi nya melihat Acha menderita. Ingin menolong dan bisa berada 24jam didekat Acha itu susah.

Mengingat Dinda sudah mengetahui hubungan David dengan Acha. Yang membuat wanita paruh baya itu melarang David untuk mendekati anaknya. Beberapa minggu yang lalu, David dikeroyok oleh 5 orang bertubuh tinggi dan besar. David tak bisa menghindar, tidak ada cara lain selain melawan. Walau pada akhirnya ia bonyok.

Dinda memang tak segan-segan memberi pelajaran kepada siapapun yang berani dekat dengan anaknya. Apalagi David yang notabennya orang yang baru ia kenal. Dan setelah ia tau jika Acha dan David memiliki hubungan lebih dari teman.

ACHA [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang