12.Kenangan

33 19 0
                                    

~Happy Reading~

Monokrom ~ Andmesh


Sudah 3 hari Acha tak masuk sekolah. Sedang olimpiade tidak jadi ia ikuti, dan yang menggantikannya Sania. Dokter sehari dua kali datang untuk mengecek kondisi Acha, karena Acha tidak mau dirawat dirumah sakit jadi ia rawat jalan saja.

Bosan. Itu yang saat ini Acha rasakan. Seharusnya saat ini, ia sedang belajar bersama teman-temannya, bercanda bersama. Tidak harusnya ia terbaring dikasur seperti orang lemah.

Acha menghembuskan napas kasar, sambil memijat pangkal hidungnya. Tangannya beranjak mengambil ponsel diatas nakas. "David lagi ngapain yak?"

Acha menelpon David, namun tidak diangkat. Acha lalu melihat jam, "pantesan gak aktif, orang sekarang lagi belajar. Uuuuhhh Acha tololll." Ucapnya sambil tertawa.

"Daripada tidur terus, mending cari kerjaan gitu, tapi ngapain yak." Acha mengetuk-ngetuk dagunya.

"Aha!!"

Acha perlahan turun dari kasurnya. Tubuhnya masih sedikit nyeri, tapi tak apa harus tetap semangat!!

Ia mulai membersihkan tempat tidurnya, menurunkan semua bantal dan boneka dari kasur lalu ia memasukkan tepi sudut sprei kesudut kasur agar terlihat rapi dan tak kusut. Setelah selesai ia kembali menyusun bantal dan bonekanya diatas kasurnya lagi. Lalu Acha mengambil sapu yang berada dibelakang pintu kamarnya dan mulai membersihkan setiap sudut kamarnya.

Setelah selesai membersihkan kamarnya, Acha lalu turun kebawah untuk mengambil kemoceng. Acha menuruni tangga secara perlahan agar rasa nyeri tak begitu ia rasakan.

"Shh...pelan-pelan," lirih Acha sambil menuruni tangga.

Acha melihat sekeliling, sepi. Lumayan ia bisa leluasa pergi mengambil barang yang ia butuhkan tanpa takut.

Acha lalu pergi ke ruang perabot tempat menaruh semua peralatan rumah termasuk alat kebersihan. Acha melihat ada kemoceng yang tergantung, senyumannya terukir. Itu dia alat yang ia butuhkan. Lalu ia mengambil kemoceng tersebut, dan pergi melenggang keluar dari ruangan itu.

Acha kembali ke kamarnya tanpa ada yang melihatnya dibawah tadi, jika ada..bisa diintrogasi dia sama bi Inah.

Dengan kemoceng dan sapu ditangannya, Acha langsung bergegas menuju kamar Dinda.

Saat membuka pintu kamar itu, air mata Acha jatuh membasahi pipinya. Kamar yang penuh dengan kenangan ketika ia dan kedua orang tuanya bersama disini. Semua kenangan itu seperti kembali terputar dipikirannya. Semuanya begitu jelas, begitu sesak jika kembali diingat.

Acha berjalan masuk, melihat setiap sudut kamar Dinda yang berwarna dominan elegan, warna abu-abu putih. Tak seperti kamar Acha yang lebih ke aestatic karena banyaknya sentuhan kerajinan tangan buatannya dan beberapa poster NCT yang tersusun rapi, tidak lupa ada juga beberapa tanaman hijau yang ia sengaja taruh dikamarnya.

"Masih sama," ucap Acha sambil mendudukkan dirinya dikasur Dinda. Acha melihat sebuah foto dinakas, foto keluarganya. Dinda masih menyimpannya? Malah ia taruh diatas nakas, yang berarti tiap hari Dinda akan melihat foto ini.

Acha beranjak dari duduknya, lalu mengambil sapu seperti tujuannya tadi untuk membersihkan kamar Dinda.

Saat menyapu dibagian meja kerja, tepat dibawah meja tersebut Acha menemukan sebuah kunci. Yang kemungkinan jatuh dari tas Dinda saat sebelum ia pergi.

ACHA [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang