Chapter 228 : Keputusan

393 62 2
                                    

Untuk mengatakan bahwa ia akan meninggalkan tandanya lagi jika cupang ini menghilang ... ini bukan 'hanya tidur sekali dengannya', ia jelas-jelas mau aku tidur bersamanya, lagi dan lagi. Su Xi-er meliriknya dan mengangkat tangannya untuk mencoba menarik baju dalamannya yang berantakan, tetapi dihentikan di tengah-tengah.

"Biarkan Pangeran ini melihatnya lagi." Pei Qian Hao berbicara selagi ia menatap cupang di bahu Su Xi-er. Ia tidak tahan untuk tidak meletakkan tangannya di atas sana. "Bagaimana kalau aku mencetakkan satu lagi padamu?"

Su Xi-er menggeser tubuhnya. "Tidak, dengan seberapa banyaknya Anda terus saja bermain-main dengan hamba, aku merasa lelah." Kemudian, ia berbalik ke samping untuk menghadap ke dinding dalam.

"Kau sebut ini dengan bermain-main? Jika aku sungguh bermain-main denganmu, kau bahkan tidak akan punya tenaga untuk bicara." Pei Qian Hao terkekeh, tetapi ia tidak menghentikan Su Xi-er yang berbalik.

Melihat ke punggung rampingnya, mata Pei Qian Hao menggelap sementara jakunnya bergerak naik turun. Lalu, ia bangkit berdiri dan mengenakan pakaiannya, mengetahui bahwa ia tidak akan sanggup melawan untuk menginginkan Su Xi-er bila ia di sana lebih lama.

Su Xi-er mendengar bunyi gemerisik pakaian di belakangnya, tetapi saat ia memutar kepalanya, Pei Qian Hao sudah meninggalkan kamar.

Ada bunyi derak, dan kamarnya jadi sunyi senyap kecuali bunyi angin di sungainya.

Mata Su Xi-er menggelap; ia tidak bodoh, dan tahu dengan pasti mengapa Pei Qian Hao meninggalkan kamar. Ia sudah menyadari tadi, saat pria itu menciumnya. Tubuhnya bukannya terasa hangat, tetapi terbakar penuh gairah. Apabila ia tidak menghentikan mereka, tidak akan mengejutkan apabila sesuatu terjadi.

Su Xi-er menarik selimut di sebelahnya dan mencengkeramnya dengan erat. Pei Qian Hao, kau tidak tahu siapa aku. Kau tidak menyukai wanita yang kuat. Kau menginginkan seorang wanita yang bisa berbudi luhur dan lembut, berdiri di sisimu dan mendukungmu dari belakang sambil membesarkan anak-anakmu. Bagi seseorang sekuat dan sekeras kepala diriku, itu mustahil.

***

Setelah meninggalkan kamar, alis Pei Qian Hao mengerut sementara ia menatap ke dalam danau yang tenang, memberikan rasa kesepian. Para dayang dan kasim, semuanya akan cepat-cepat mundur saat mereka melihatnya dalam keadaan begini, ngeri dengan aura mengintimidasinya.

Mata Pei Qian Hao jadi tampak lebih gelap lagi saat ketegangan yang tak terlihat itu memuncak, tangannya terkepal dengan erat di bawah lengan jubahnya. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba saja ia rileks, stres sepertinya sudah menghilang dari pundak dan tangannya, sewaktu cerah kembali ke matanya. Sudut bibirnya terangkat seolah ia sedang mendeklarasikan, ia sudah membuat suatu keputusan.

Su Xi-er, selama sisa hidupmu, kau adalah milik Pangeran ini.

Kenangan akan Su Xi-er dan dirinya terus muncul di dalam benaknya. Pertama kali kita bertemu, pertama kali ia menarik perhatianku, caranya menahannya dalam diam saat aku menghukumnya, tatapan nakalnya saat ia sedang mabuk. Aku akan kesal, tetapi kadang-kadang masih tidak berdaya untuk menghentikannya.

Setelah membuat keputusannya, aura dingin di sekitar Pei Qian Hao pun lenyap. Selagi tatapannya mendarat ke pintu kamar di belakangnya, ada garis-garis kelembutan yang tidak terlalu mencolok di dalam ceruk matanya. Su Xi-er, Pangeran ini akan membuatmu melupakan tentang penderitaanmu dan membiarkanmu bebas secara perlahan-lahan dari rasa takutmu akan lelaki. Namun, kau hanya boleh seperti itu terhadapku. Kau masih harus merasa kalau pria lain itu menjijikkan!

Pei Qian Hao yang sekarang, mengira bahwa alasan Su Xi-er membenci pria adalah dikarenakan kemalangannya saat ia masih kecil.

***

Consort of A Thousand Faces 2 [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang