Setelah melihat seprai yang ternoda darah, Su Xi-er mengabaikan rasa sakitnya sewaktu ia buru-buru bangun. Selimut yang ada di pinggir ranjangnya sudah ternoda oleh darah.
Sejejak kecemasan dan rasa bersalah melintas di manik mata Pei Qian Hao yang sebaliknya tenang. Ia langsung mengangkat selimutnya dan menarik bahu Su Xi-er, memindahkannya ke tempat tidur.
"Anda terluka; Anda tidak boleh terlalu banyak bergerak. Pendarahan ini mungkin disebabkan oleh menstruasiku." Su Xi-er meletakkan tangannya di kepala ranjang, bersiap untuk membangunkan dirinya sebelum didorong lagi oleh Pei Qian Hao.
"Cedera kecil ini hanya membuat gatal Pangeran ini. Berbaring di sana dan jangan bergerak!" Pei Qian Hao dengan cepat membangunkan dirinya dengan satu tangan, sementara tangan yang lainnya meraih pinggang Su Xi-er.
Tak lama kemudian, ia sudah melepaskan celana luaran dan dalaman Su Xi-er.
Su Xi-er tahu bahwa pendarahan itu bukan karena menstruasinya, tetapi karena tempat itu sudah koyak. Ia bahkan bertukar jurus dengan si pria berbaju hitam setelahnya, yang mana memperburuk kondisinya.
"Su Xi-er, maafkan aku." Mata Pei Qian Hao yang biasanya arogan, kini diliputi rasa bersalah. Faktanya, ini adalah pertama kalinya ia meminta maaf dalam hidupnya.
"Sekarang aku kedinginan karena Anda melepaskan celanaku." Su Xi-er mengulurkan tangannya, berniat mengambil celananya kembali.
Namun, Pei Qian Hao membungkusnya di dalam selimut begitu saja. Kemudian, ia merobek kain dari seprai sebelum berusaha membantu Su Xi-er membalut luka itu.
Akan tetapi, ia tetaplah seorang pria. Tindakannya yang canggung ternyata membuktikan bahwa ia tidak tahu bagamana seharusnya membalut bagian wanita yang itu.
Su Xi-er mengambil potongan kain dari tangannya. "Menghadap ke sisi lain. Anda tidak boleh mengintip." Berusaha untuk mengurangi rasa bersalah yang dirasakan Pei Qian Hao, Su Xi-er melembutkan nada bicaranya dan berupaya bertingkah seolah itu bukanlah masalah yang besar.
Pei Qian Hao tidak pergi, malahan menonton bagaimana ia menggunakan kain itu untuk membebat kakinya satu kali, sebelum mengikatnya jadi satu simpul.
"Aku akan pergi dan ambilkan beberapa ramuan obat." Pei Qian Hao langsung bersiap untuk pergi.
Sebelum ia bisa keluar, Su Xi-er menangkapnya. "Aku tidak butuh ramuan obat. Cukup membalutnya akan menghentikan pendarahannya. Yang lebih penting, Anda tidak boleh membuat diri Anda terkena angin dingin di luar sana sementara sedang terluka." Tegur Su Xi-er selagi ia menariknya ke ranjang.
"Pangeran ini tidak selemah itu. Luka panah hanyalah sebuah cedera kecil." Pei Qian Hao meremas tangannya dan memasukkannya ke dalam selimut.
Saat ini, suara jelas dari bocah lelaki dapat terdengar. "Paman Kekaisaran."
Situ Lin berdiri di luar cukup lama sebelum ia mengumpulkan keberaniannya untuk memasuki kamar bagian dalam dari aula samping. Pemandangan yang menyambutnya cukup untuk membuatnya tercengang.
Bukankah Paman Kekaisaran yang terluka? Mengapa Paman Kekaisaran berdiri di sebelah ranjang sementara Su Xi-er yang berbaring? Apa yang sebenarnya sedang terjadi?!
Pei Qian Hao berbalik dan dengan dingin menatap Situ Lin. "Keluarlah."
Situ Lin merasa merinding ketika ia mendengar kata yang dingin itu. "Paman Kekaisaran, Ibu Suri bersikeras masuk ke dalam. Aku sudah menginstruksikan pengawal kekaisaran untuk menghadangnya, tetapi ekspresinya buruk, dan barangkali mereka tidak akan sanggup menahannya terlalu lama."
"Coba hadang dia untuk sekarang. Pangeran ini akan keluar nanti."
Situ Lin mengangguk. "Aku akan pergi dan menginstruksikan juru masak agar menyiapkan sup kacang merah untuk menutrisi darahmu, Paman Kekaisaran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Consort of A Thousand Faces 2 [Terjemahan Indonesia]
De Todo[Novel Terjemahan] [END] Author : Qian Duo Duo Jumlah total chapter : 770 Sinopsis : Su Xi-er, yang berpergian ke Nan Zhao bersama Pangeran Hao, mengalami banyak lika-liku, menari sebagai pengganti di perjamuan kerajaan Nan Zhao, menjadi pusat perha...