(T/N : Judul chapter ini juga membuat pelesetan dari nama Chao Mu, karena frasa yang tadinya digunakan di judulnya terdiri dari huruf nama Chao Mu.)
•
•
•
"Tan Ge, kau harus berbahagia. Pukul sembilan malam ini, kau bisa mengambil pangsit dari Dapur Kekaisaran. Selama Titik Balik Matahari Musim Dingin ... kau harus makan pangsit, sehingga akan ada keberuntungan tahun depan." Wajah Chao Mu menjadi sangat merah, dan ia merasa sekujur tubuhnya terbakar.
Napasnya menjadi cepat dan tidak stabil, sewaktu ia berusaha untuk meraih sesuatu dengan satu tangan yang terangkat, pada akhirnya jatuh ke dalam keheningan yang mematikan.
Tan Ge menyaksikan tak berdaya selagi Chao Mu yang tadinya hidup dan ceria berbaring dalam diam di tangannya. Ia tidak sanggup menghentikan air matanya berhamburan menuruni wajahnya selagi ia membungkuk untuk berbisik pelan, "Chao Mu, jangan mati. Kumohon, jangan mati."
Ratapan sedihnya menggema di sekelilingnya, dan ia bahkan tidak mengetahui berapa lama waktu berlalu sebelum ia berhenti menangis. Baru ketika itulah, ia bisa merasakan angin dingin meniup tubuhnya, membekukan hatinya seiring dengan itu.
Tiba-tiba saja, suara jelas seorang pria dapat terdengar. "Tan Ge, apa yang kau lakukan di kamar Su Xi-er?"
Itu tak lain adalah Shu Xian. Ia baru saja kembali dari Akademi Kekaisaran, dan sedang memegang sekeranjang pangsit yang didapatkannya dari juru masak di sana.
Tan Ge menoleh, menatapnya dengan mata yang membengkak. "Shu Xian ...." Suaranya masih terdengar seperti terisak.
Shu Xian melihat ke arah Tan Ge, hanya untuk melihat Chao Mu yang tak bergerak, berbaring di tangannya dengan pipi yang memerah.
Ia langsung merasa jantungnya tenggelam. Keranjang yang sedang dipegangnya pun terjatuh ke lantai, pangsit-pangsit putih besar berguling di lantai yang berdebu dan jadi berselimut kotoran.
Shu Xian berjongkok dengan mata yang terbelalak. Ia dengan hati-hati mengulurkan tangannya guna memeriksa pernapasan Chao Mu sewaktu ia mempertanyakan. "Ini ... apa yang terjadi? Mengapa Chao Mu ...."
Suaranya menghilang karena tidak percaya, dan ia pun jatuh ke tanah dengan tatapan kosong di matanya. Seolah-olah jiwanya telah meninggalkan tubuhnya. Aku hanya pergi ke Akademi Kekaisaran selama beberapa hari, tetapi kini, Chao Mu ....
Tan Ge merasa hatinya tersiksa oleh rasa sakit. "Sebelum Chao Mu meninggal, ia memberitahuku bahwa ada racun di dalam tekonya, dan bahwa seseorang ingin mencelakai Su Xi-er."
(T/N : ya elu itu Tan Ge. Greget bener sama nih cewe sebiji.)
Shu Xian dilanda emosi. Akhirnya, ia merebut Chao Mu dari Tan Ge dan memeluknya. Tubuhnya masih hangat, seolah ia hanya tertidur diam-diam.
"Chao Mu, bangunlah. Kau bisa memarahiku sesukamu dan aku tidak akan melawan. Jangan tidur setenang ini. Aku tidak terbiasa." Shu Xian terus bergumam selagi ia mengelus rambutnya. Namun, tak peduli bagaimana ia memanggilnya, satu-satunya tanggapan yang didapatinya adalah keheningan, dan rasa dari tubuh Chao Mu yang menjadi semakin dingin.
Tiba-tiba saja Shu Xian tertawa, membawa Chao Mu dalam pelukannya sementara ia berjalan pergi. Tan Ge masih mengakar di tempat selagi ia memerhatikan Shu Xian dengan mata merah dan membengkaknya, tidak pernah berpaling hingga ia menghilang di dalam malam. Aku ingin tahu, kemana ia akan pergi.
Beberapa saat setelahnya, hati Tan Ge melonjak. Ada sesuatu yang sangat aneh dengan ekspresi Shu Xian. Jangan katakan padaku bahwa ia berencana untuk mengikuti Chao Mu setelah melihat kalau ia sudah meninggal?
KAMU SEDANG MEMBACA
Consort of A Thousand Faces 2 [Terjemahan Indonesia]
Aléatoire[Novel Terjemahan] [END] Author : Qian Duo Duo Jumlah total chapter : 770 Sinopsis : Su Xi-er, yang berpergian ke Nan Zhao bersama Pangeran Hao, mengalami banyak lika-liku, menari sebagai pengganti di perjamuan kerajaan Nan Zhao, menjadi pusat perha...