Tan Ge pernah melihat Aksara Lan sebelumnya. Aku pernah mencoba melatihnya dulu, tetapi itu begitu sulit hingga aku menyerah. Akan tetapi, Su Xi-er sanggup menirunya dengan sangat baik sampai-sampai aku tidak bisa membedakannya dengan yang asli.
Aku benar-benar mengakui kekalahanku. Pria macam apa yang tidak akan menyukai seseorang seperti ini; seorang wanita yang cantik sekaligus berotak? Pantas saja, Pangeran Hao menyukainya. Bagaimana bisa aku bersaing dengan Su Xi-er?
Harapan 'Kediaman Tan' yang disebut-sebut itu? Lucu sekali. Tatapan Tan Ge memperlihatkan kekagumannya pada Su Xi-er selagi ia tertawa kecil. "Aku sudah kalah. Aku merasakan penyesalan yang sama seperti Guru Agung Kong; bakatmu telah terkubur untuk waktu yang sangat lama."
Tetapi, di saat ini, seorang kasim dari Perpustakaan Kekaisaran masuk. "Guru Agung Kong, Commandery Prince Xie sudah sampai, dan sedang menanti Anda di aula utama."
Guru Agung Kong menjawab mengiyakan sebelum menoleh untuk menatap Su Xi-er dan Tan Ge. "Kalian berdua, ikuti aku ke aula utama."
Su Xi-er dan Tan Ge segera mengikuti. Tan Ge tahu bahwa ia mungkin harus kembali ke Kediaman Tan sekali lagi. Saat itu, Ayah pasti akan semakin memandang rendah diriku, dan bahkan membiarkan adik perempuanku merebut kamarku lagi.
Xie Yun sedang menunggu di aula utama, berdiri tegak lurus hingga ia melihat Guru Agung Kong dan menyapa dengan lembut, "Kau sudah bekerja keras, Guru Agung Kong."
Guru Agung Kong membungkuk sebagai tanggapannya. "Pejabat rendahan ini memberikan hormatku pada Commandery Prince Xie. Hanya saja, Perpustakaan Kekaisaraan hanya bisa memilih satu court lady. Su Xi-er telah memenangkan pertandingannya, sehingga Nona Muda Tan hanya bisa ...." Saat ini, Guru Agung Kong berhenti dan menatap Commandery Prince Xie.
Xie Yun menatap Su Xi-er. "Aku tidak tahu bahwa seorang dayang dari Istana Samping bisa sangat berbakat. Sulit dipercaya bahwa putri resmi pertama dari Kediaman Tan, suatu keluarga sastrawan, akan kalah melawanmu."
Su Xi-er membungkuk untuk menyampaikan hormatnya dan perlahan-lahan menjawab, "Itu hanyalah keberuntungan saja, makanya hamba menang. Nona Muda Tan sangat berbakat, dan hamba terkesan olehnya."
"Oh?" Nada bicara Xie Yun jadi lebih tinggi selagi ia maju beberapa langkah, mengamati Su Xi-er dengan cepat. "Kau baru saja mengatakan bahwa Nona Muda Tan berbakat, tetapi ia kalah darimu. Bukankah itu berarti bahwa kau bahkan jauh lebih berbakat darinya?"
"Hamba berharap agar Anda tidak terus membelah rambut dan kecapi tentang sesuatu yang tidak ada artinya seperti ini, Commandery Prince Xie."
(T/N : membelah rambut : membuat perbedaan kecil dan berlebihan tentang suatu pernyataan.)
Guru Agung Kong dan Tan Ge, keduanya tertegun. Commandery Prince Xie memiliki pengaruh militer yang signifikan, dan telah ikut campur ke dalam mahkamah politik belum lama ini. Otoritasnya mirip dengan milik Pangeran Hao, tetapi Su Xi-er berani untuk menyuruhnya agar tidak membelah rambut!
Xie Yun tertawa, suaranya jelas dan lembut. "Seorang wanita yang cantik dan berbakat sepertimu telah meninggalkan kesan yang besar pada Pangeran ini." Lalu, ia berbalik dan menatap Guru Agung Kong. "Pangeran ini tidak masalah dengan kau memilih Su Xi-er, tetapi Nona Muda Tan tidak boleh meninggalkan istana."
Guru Agung Kong tidak mengerti tujuannya. Perpustakaan Kekaisaran hanya membutuhkan satu court lady. Aku sudah memilih Su Xi-er, sehingga aku tidak bisa mempertahankan Tan Ge. Apa maksud Commandery Prince Xie?
"Hanya satu dayang istana yang dibutuhkan untuk menata buku-buku di Perpustakaan Kekaisaran, tetapi Pangeran ini melihat banyak dedaunan di jalur menuju kemari. Menyuruh Nona Muda Tan di sini sebagai seorang dayang istana untuk menyapu tempat itu, ia bahkan dapat membantu Su Xi-er di waktu senggangnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Consort of A Thousand Faces 2 [Terjemahan Indonesia]
De Todo[Novel Terjemahan] [END] Author : Qian Duo Duo Jumlah total chapter : 770 Sinopsis : Su Xi-er, yang berpergian ke Nan Zhao bersama Pangeran Hao, mengalami banyak lika-liku, menari sebagai pengganti di perjamuan kerajaan Nan Zhao, menjadi pusat perha...