04

221 22 9
                                    

Winter menekan bel sebuah rumah berlantai dua yang disekitarnya menampakkan taman yang dihiasi oleh tanaman hijau dan beberapa bunga berwarna-warni.

Pintu terbuka menampakkan sosok wanita berumur 40 tahunan.

“selamat siang bibi.” Kata Winter dengan senyuman di bibirnya.

“ternyata Winter, kenapa baru datang sekarang?” kata bibi ramah.

“iya bibi, tugas dari sekolah cukup banyak karena itu aku tidak bisa sering berkunjung.” Kata Winter, bibi mengangguk.

“kalau begitu masuklah, Karina ada di dalam kamarnya.” Kata bibi mempersilahkan Winter untuk masuk.

Dengan senyuman Winter masuk ke dalam rumah Karina. Semalam Karina menelepon Winter agar mengganti tempat belajar mereka menjadi di rumah Karina saja. Karina berkata kalau dia sedang memerlukan teman untuk bertukar pikiran, ditambah suara lesu dari Karina membuat Winter benar-benar penasaran tentang apa yang terjadi kepada sahabatnya itu.

Dengan mengetuk pintu terlebih dahulu, Winter masuk kedalam kamar Karina. Dapat Winter lihat Karina berbaring diatas kasur dengan keadaan berserakan di sekitarnya.

“ya… kau baik-baik saja?” Tanya Winter sambil mengguncang tubuh Karina pelan.

Karina diam tidak menanggapi pertanyaan Winter. Pikiran Karina saat ini sedang penuh dengan perkataan ayah dan ibunya tadi malam.

Flashback.

“apa? ini gila?” kata Karina terkejut.

“aku setuju.” Kata Jisung tak kalah terkejut.

“tidak perlu khawatir, dia adalah anak yang baik.” kata ibu.

“iya, kami bahkan sudah bertemu dengannya tadi. Dia juga sangat tampan.” Tambah ayah.

“tunggu dulu.” Kata Karina menenangkan dirinya.

“pernikahan? Kalian bilang pernikahan? Lalu… aku?” kata Karina tidak percaya, ayah dan ibu mengangguk.

“ini gila. Ini gila. Ini gila!” kata Jisung terkejut.

“kenapa kau begitu terkejut? Bukankah kau sudah menyetujuinya?” Tanya ibu.

“iya benar, ayah bahkan sangat terkejut mendengar dari dia kalau kau sudah setuju dengan pernikahan ini.” Kata ayah.

“aku setuju? Bagaimana aku bisa setuju? Aku bahkan belum pernah mendengar tentang hal ini dan bahkan belum pernah bertemu dengannya.” Kata Karina kesal.

“dia sendiri yang mengatakan kalau kau sudah setuju.” Kata ibu.

“ibu, ayah, ini gila. Aku masih kelas 3 SMA! Bagaimana aku bisa menikah diusia semuda ini? Aku tidak mau!” kata Karina kesal.

“tidak bisa. Karena kau sudah menyetujuinya, maka kami sudah menentukan tanggalnya.” Kata ibu.

“apa? ibu! Aku tidak pernah menyetujuinya!” kata Karina kesal.

“apakah kalian yakin? Kakak bilang kalau dia belum pernah menyetujuinya.” Kata Jisung membela.

“tidak mungkin dia berbohong kepada kami.” Kata ibu.

“kalau begitu apakah kalian pikir aku yang berbohong?” kata Karina.

“Karina… mau itu cepat atau lambat, pada akhirnya kau akan menikah… karena itu…” kata ayah tertahan.

“diumur semuda ini?” kata Karina tidak terima.

“iya. Ibu juga menikah diumur yang masih muda. 20 tahun.” Kata ibu.

From Message To RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang