16

80 9 5
                                    

Seisi kelas Karina sedang fokus pada Ibu Kim yang sedang menjelaskan materi di depan kelas. Akan tetapi tidak untuk Karina.

Karina belum siap untuk melaksanakan kegiatan belajar pagi ini, di karenakan seseorang yang duduk di sampingnya setiap hari di sekolah belum juga datang.

Bahkan setelah 30 menit berlalu, Karina masih memikirkan Jeno yang belum datang juga. Awalnya Karina memikirkan kalau Jeno akan terlambat, tapi jika sudah selama ini pasti ada sesuatu yang terjadi sehingga Jeno tidak masuk sekolah.

Karina tersentak saat indera pendengarannya berhasil menangkap suara Ibu Kim yang memanggilnya dari depan kelas.

"Karina ada apa? Kenapa kau tidak fokus pada pelajaran?" omel ibu Kim.

Ibu Kim adalah sosok yang baik. Tapi dalam hal belajar, ibu Kim sangat menjunjung tinggi yang namanya ketegasan dan disiplin.

"Kau tidak memperhatikan apa yang ibu ajar kan?" kata Ibu Kim.

"Biasanya kau sangat antusias di dalam bidang studi ini. Jika seperti ini kau harus di hukum. Tapi jika kau berhasil menjawab pertanyaan ini dengan benar, maka ibu akan memaafkanmu. Sekarang maju ke depan dan jawab soal ini." Kata ibu Kim.

"Bu! Haruskah ibu melakukan itu? Siapa pun pasti tahu kalau Karina pasti bisa menjawabnya. Dia kan ranking 1 sekolah kita." Kata Haechan.

"Berhenti memberikan pujian pada temanmu, kau harusnya lebih berusaha supaya tidak hanya memberikan pujian tapi harus menerima pujian juga." Kata Ibu Kim.

"Aku tidak membutuhkan itu bu, aku hanya memerlukan pujian dari pacarku saja." Kata Haechan dengan senyum malunya.

Seisi kelas melihat Haechan dengan senyum ledek pada bibir mereka masing-masing, sedangkan ibu Kim menatap Haechan jengkel.

"Baiklah, kita akan lihat apakah pacarmu akan memujimu atau tidak setelah kita lihat bagaimana caramu menyelesaikan soal nomor 2 ini. Maju ke depan." Kata ibu Kim.

Haechan pun membelalak matanya di ikuti oleh gelak tawa seluruh isi kelas. Beberapa kali Haechan menolak dan meminta maaf agar ibu Kim tidak menyuruhnya untuk mengerjakan soal yang tidak di pahaminya sedikit pun. Yang pastinya Haechan akan mendapatkan hukuman karena itu.

"Kau ternyata tidak bisa mendapatkan pujian dari pacarmu." Kata Ibu kim menggelengkan kepalanya.

"Tentu saja dia tidak mendapatkan pujian dari pacarnya bu, karena dia tidak memiliki pacar." Kata Mark mengundang tawa seluruh isi kelas, Haechan berdecak kesal.

"Aku sedang berusaha! Dia adalah perempuan yang sulit untuk ditaklukkan, tapi itulah pesonanya." kata Haechan dengan senyuman diakhir kalimatnya.

"Baiklah, kalau begitu untuk saat ini kau mendapat hukuman dari ibu dulu. Lari keliling lapangan 10 kali." Kata Ibu Kim tegas.

Jika ibu Kim sudah berkata seperti itu, maka mau sepintar apapun mereka membujuk, hal itu tidak berlaku untuk Ibu Kim. Dengan berat hati Haechan pun segera keluar dari kelas lalu melaksanakan hukumannya.

"Bagaimana Karina?" tanya Ibu Kim pada Karina selepas kepergian Haechan.

Karina pun bangkit dari tempat duduknya lalu maju ke depan. Karina mengambil spidol hitam yang akan digunakannya untuk menjawab soal. Akan tetapi Karina hanya diam saja di depan kelas tanpa menuliskan apapun di karenakan pikirannya sangat terganggu saat ini.

"Ada apa Karina? Cepat kerjakan soalnya." Kata Ibu Kim kepada Karina, Karina menoleh lalu kembali menatap papan tulis.

"... saya tidak bisa menjawabnya bu." Kata Karina membuat seisi kelas melihat Karina terkejut.

From Message To RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang