24

74 6 0
                                    

Karina dan Winter sedang duduk di sebuah bangku panjang di dekat lapangan sekolah. Sudah 30 menit berlalu sejak bel pulang sekolah berbunyi. Sekolah sudah hampir kosong, hanya beberapa siswa yang sedang piket dan para siswa yang ikut klub olahraga saja yang tersisa.

Winter meminum cola miliknya sampai habis setengahnya setelah mendengar perkataan Karina tentang hubungannya dengan Jeno.

"Dasar orang gila. Bagaimana dia bisa memperlakukanmu seperti itu setelah kau mengungkapkan perasaanmu kepadanya? Tidak bisa dipercaya." Kata Winter kesal.

"Seharusnya aku tidak memberikan buku itu padanya tadi." Kata Winter lagi.

"Benar juga, dia yang terburuk." Kata Karina lebih kesal.

"Tapi... selanjutnya apa yang akan aku lakukan?" kata Karina lesu.

"Lupakan saja dia." Kata Winter, Karina menoleh.

"Apakah kau tahu? Melupakan seseorang setelah disakiti adalah cara terbaik." Kata Winter.

"Karena dirimu yang tahu bagaimana rasa sakit itu, mencoba untuk mengatasinya agar tidak merasa sakit lagi. Itu dilakukan dengan cara melupakan dan mengabaikannya." Kata Winter serius seakan dia juga sedang membagikan pengalamannya akan hal itu.

"Kau yakin?" kata Karina, Winter menoleh.

"Jika melupakannya dengan cara mengabaikannya, apakah itu akan membuatmu membaik?" kata Karina, Winter mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Iya, itu berlaku untukku." Kata Winter.

"Aku rasa tidak. Aku rasa kau bukannya berusaha untuk melupakannya, tapi kau berusaha untuk berpikir kalau kau sudah melupakannya."

"Pikiranmu sudah melupakannya, tapi hatimu masih mengingatnya dengan jelas."

"Jika suatu saat sosok itu hadir kembali, bukankah itu membuatmu semakin sakit?" kata Karina, Winter menoleh.

"... aku tidak tahu apa yang terjadi kepada dirimu dan Jaemin, tapi aku bisa melihat ada banyak perubahan di dalam dirimu selama ini." Kata Karina.

"Dan aku tidak ingin seperti itu." kata Karina pelan.

"Untuk pertama kalinya bagiku, aku merasakan hal yang sangat menarik melebihi saat aku menerima raport ranking 1 ku." Kata Karina dengan kekehan di akhir kalimatnya.

"Tapi tidak pernah terpikirkan sekalipun kalau itu akan berakhir seperti ini." Kata Karina lagi.

"Awalnya ini sangat membebaniku, tapi entah bermulai sejak kapan perasaan ini berkembang dengan baik di dalam diriku. Dan aku menyukainya." kata Karina lalu melihat Winter.

"Apakah menurutmu aku bisa melupakannya dengan mudah?" tanya Karina, Winter menggeleng pelan.

"Tapi... aku harap bisa melupakan dan mengabaikannya seperti perkataanmu. Karena walaupun perasaan ku berkembang dengan baik, pada akhirnya rasa sakit ini juga akan berkembang juga kan?" kata Karina.

"Terkadang kita harus tahu kapan waktunya untuk berhenti, walaupun diri kita tidak akan baik-baik saja." Kata Winter.

"Setidaknya ini lebih baik, dari pada merasakan sakit lebih dalam." Kata Winter memegang pundak Karina lembut, Karina mengangguk pelan.

Tiba-tiba Jisung datang menghapiri Karina dan Winter.

"Yak! Aku sudah memanggilmu sejak dari sana, kenapa kau tidak mendengarnya?" kata Jisung kesal, Karina dan Winter menoleh.

"Ternyata kau, pantas saja aku mencium bau keringat yang sangat mematikan." Kata Karina.

"Yak kau! Oh! Winter nuna, selamat siang." Kata Jisung dengan nada kesal pada awalnya lalu berubah menjdai ramah saat melihat Winter, Winter tersenyum.

From Message To RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang