06

121 13 0
                                    

Jeno tersenyum tipis. Karina menatap Jeno lembut seakan tersihir oleh senyuman itu.

"Karina!" panggil Giselle sambil memukul lengan Karina pelan, Karina menoleh.

"hm..." kata Karina tanpa ekspresi tanpa melihat Giselle.

"lah? Dia ngebug!" kata Haechan tertawa.

"ngebug karena wajah tampan calon suami." Kata Ryujin.

Tersadar akan ledekan itu, Karina melihat Haechan dan Ryujin bergantian.

"lain kali jangan meminta jawaban tugas matematika padaku." Kata Karina memperingati.

"lah... enggak dapat contekan lagi, kasihan." Kata Yangyang meledek.

"kalau tugas Ryujin tidak siap, maka tugasmu juga tidak akan siap." Kata Renjun, yang lain tertawa.

Yangyang melongo mendengar jawaban Renjun. Karena memang benar, jika Yangyang belum menyelesaikan tugasnya, maka dia akan memintanya kepada Ryujin.

"tolong maafkan kesalahan rekan saya." Kata Yangyang pada Karina.

Mereka pun tertawa bersama melihat tingkah Yangyang sedangkan Karina hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan.

"tolong maafkan dia, supaya aku tidak pusing untuk tugas matematika itu dan aku hanya akan fokus pada olahraga basket saja." Kata Yangyang membujuk.

"untuk apa bermain basket? Membuat lelah saja!" kata Giselle.

"kalian anak perempuan mungkin tidak mengetahuinya karena kalian tidak terlalu tertarik pada basket dan malah lebih sibuk dengan belajar, tapi bagi kami anak laki-laki, basket adalah sesuatu hal yang sangat penting saat masa sekolah." Kata Renjun.

"basket? Sebaiknya perbaiki saja nilai matematika mu." Kata Karina kesal.

"benar, untuk apa pandai bermain basket jika nilai mu masih merah." Kata Somi.

"tentu saja untuk menghasilkan ketenaran saat masa sekolah." Kata Renjun dan mendapat anggukan setuju dari Haechan, Yangyang, Hyunjin, dan Han.

"untuk apa mendapat ketenaran jika ponsel kalian masih disita jika nilai rapor menurun." Kata Giselle.

"aku tidak, ibuku tidak mempermasalahkannya. Ibuku hanya ingin aku hidup bahagia saja." Kata Yangyang bangga.

"selain kau." Kata Ryujin kesal diikuti tatapan kesal yang lain.

Ibu Yangyang sangat memanjakannya mengingat kalau Yangyang itu adalah anak satu-satunya. Pernah sekali saat mereka masih duduk di kelas 2. Sekolah mengadakan acara camping bersama ke daerah pegunungan. Siapa yang akan percaya jika ibu Yangyang akan segera datang setelah mendengar rengekan anaknya yang mengatakan kalau tangan anak tersayangnya itu bentol hanya karena di gigit nyamuk saja?! Tapi itulah yang terjadi. Karena sangat sayang kepada Yangyang, ibunya tidak mempermasalahkan apapun asalkan Yangyang bisa hidup bahagia.

"aku iri." Kata Hyunjin kesal.

"Yangyang... tidak bisakah kita bertukar ibu saja?" kata Haechan.

"tidak boleh!" kata Yangyang tidak terima.

"ayolah, satu hari saja!" kata Haechan lagi.

"sudah kukatakan tidak boleh! Ibuku hanya milikku seorang saja." Kata Yangyang.

"kalau begitu adopsi aku untuk menjadi kakakmu saja." Kata Haechan.

"hm..." kata Yangyang berpikir.

"yak... haruskah kau berpikir? Tentu saja tidak boleh. Jika aku jadi kau, aku tidak akan mau berbagi kasih sayang ibuku dengan orang lain selain aku." Kata Chaeryeong.

From Message To RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang