01

621 49 1
                                    

Morning, 07.15 am.

Namaku Karina, Karina Lee. tanggal lahir 11 April 2004. Lahir di kota Quebec, Kanada. Akan tetapi sekarang tinggal di Seoul, Korea Selatan bersama ayah dan ibu, dan satu adik laki-laki juga. Tinggi badan 167 cm dan berat badan 48 kg, I know! I have a perfect body. Hehe.

Saat ini sudah kelas 3 SMA. Sekolah di salah satu sekolah populer di Seoul. Prestasi? Tidak perlu ditanya! Posisi nomor satu selalu aman di tanganku, belum ada yang bisa menggantikan posisiku untuk menjadi orang paling pintar di sekolahku.

Populer? Tentu saja! Tidak hanya di sekolahku tapi bahkan di sekolah lain aku juga sangat terkenal. Kenapa tidak? otak yang pintar wajah cantik dengan senyum yang manis, siapa yang tidak akan suka? Aku tidak ingin sombong, tapi itulah aku, primadona seluruh sekolah di Seoul. Haha.

“akh…”

Tapi walaupun aku terlihat sempurna seperti yang telah kukatakan sebelumnya, aku memiliki satu kelemahan yang hanya diketahui oleh keluargaku dan 2 orang teman di sekolahku, lebih tepatnya sahabatku. Aku cukup cengeng dan sangat sensitif dengan suasana disekitarku.

“hiks… sangat sakit.”

Benar, aku menangis. Untuk pertama kalinya pada hari ini dan ke seratus kalinya dibulan ini.

Aku memegang siku tangan kananku yang berdenyut akibat bertabrakan dengan kursi saat hendak ingin duduk.

“menangis lagi? Dengan sifatmu yang cengeng itu, kau tidak cocok menjadi anak sulung. Seharusnya kau menjadi anak bungsu. Posisi kita tertukar.” kata seekor anak kucing selokan mengejekku, dia adikku, adik laki-laki yang sangat bodoh dan ceroboh, Jisung namanya.

“yak! Kau mau mati? Aku sangat kesakitan.” Kataku kesal bercampur dengan mataku yang berlinang air mata.

Ini adalah adikku, Jisung Lee. Dia adalah keturunan malaikat bercampur dengan iblis. Kenapa aku berkata seperti itu? Wajahnya yang seperti bayi imut itu, tetapi sifatnya yang sangat bertolak belakang dengan wajahnya. Dia selalu tidak mau mendengarkanku, selalu mengejekku, selalu meyombongan sesuatu, dan dia selalu menganggap kalau dia lebih tua dari padaku, hal terakhir ini adalah dosa terbesarnya. Tentu saja aku membencinya, tapi aku juga menyayanginya.

Dia satu tahun lebih muda dari padaku, 05 september 2005 adalah adalah tanggal lahirnya. Kami bersekolah disekolah yang sama. Prestasi? Tentu saja aku lebih baik dari pada dirinya. Walaupun dia kurang baik di dalam bidang pelajaran, tapi dia sangat baik dalam bidang olahraga, aku akui itu terutama basket. Hah! Inilah alasan kenapa aku selalu menghindarinya di sekolah, karena dia hebat didalam hal itu dia selalu merasa kalau semua anak perempuan disekolah kami suka kepadanya, aku cukup malu untuk itu. Dia memang memiliki banyak fans tapi jika sifat narsisnya tidak ada, aku mungkin tidak akan menghindar jika tak sengaja bertemu dengannya di sekolah.

Tapi terlepas dari baik dan buruk dirinya, dia tetaplah seorang adik yang terbaik. Aku mengakuinya karena yang aku tahu dia tidak menunjukkan rasa sayang secara transparan, I like him so much.

“tidak, aku tidak mau mati.” Balasnya sambil mengulurkan lidahnya.

“yak!! Kau be…” kataku terpotong

“dimana? Dimana yang sakit?” kata seseorang yang kusayangi datang lalu menarikku duduk di sebelahnya.

“ayah!” teriak ku merengek.

“dimana? Akan ayah sembuhkan.” Kata ayahku penuh perhatian.

Ini ayahku, Lee Jong Ho. Seorang pria berumur 50 tahun, penuh perhatian dan sangat humoris. Tidak diragukan lagi itulah alasan ibuku bisa sangat menyukai pria yang berumur 10 tahun lebih tua darinya. Jika aku adalah ibuku, mungkin aku juga akan memilih ayahku untuk menjadi pasangan sehidup semati.

From Message To RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang