25

75 4 0
                                        

Setelah berkendara selama 15 menit Karina dan Jeno pun sampai di rumah Jeno. Jeno membawa sepeda motor dengan kecepatan yang cukup tinggi karena hujan datang semakin deras sehingga membuat mereka sampai lebih cepat. Karina dan Jeno masuk ke dalam rumah Jeno dan mereka disambut oleh tatapan bingung bercampur khawatir oleh bibi.

"Ada apa dengan kalian berdua?" kata bibi melihat Karina dan Jeno masuk dengan keadaan basah kuyup.

"Kami kehujanan saat di perjalanan menuju kemari bi." Kata Karina dengan senyum tipis.

"Kalau begitu seharusnya kalian naik taxi saja." Kata bibi.

"Aku sudah mengatakan seperti itu, tapi tuan muda kalian sangat keras kepala." Kata Karina di dalam hatinya.

Karina memberikan senyum manisnya sebagai ganti ucapan di dalam hatinya.

"Bibi, tolong siapkan handuk dan baju ganti untuk Karina." Kata Jeno, bibi mengangguk.

"Kalau begitu, aku ke kamarku dulu." Kata Jeno lalu segera pergi ke kamarnya.

Selepas kepergian Jeno, bibi segera membawa Karina ke kamar yang dipakai oleh Karina sebelumnya. Bibi memberikan sebuah handuk kepada Karina.

"Keringkan dirimu dulu, untuk pakaian akan bibi letakkan di atas tempat tidur." Kata bibi, Karina mengangguk lalu mulai mengeringkan rambut panjangnya.

"Tidak perlu terburu-buru. Ayah Jeno masih ada di rumah sakit karena ada jadwal untuk mengganti perban di lukanya. Katanya mereka akan datang sedikit terlambat karena mereka harus menunggu hujannya reda dulu." Kata bibi, Karina mengangguk mengerti.

"Tapi kenapa kalian menerobos hujan lebat itu? Kenapa tidak menunggunya reda dulu?" kata bibi.

"Entahlah bi, aku hanya ikut Jeno saja." Kata Karina.

"Benarkah? Kalau begitu, jika saat ini Jeno mengajakmu untuk berjalan di atas altar, kau akan ikut saja?" kata bibi dengan senyum jahilnya.

Karina menggeleng kuat, bibi tertawa.

"Terkadang memang baik jika kita mengikuti dan menuruti perkataan orang lain, tapi terkadang penolakan juga diperlukan untuk hasil yang lebih baik." kata bibi.

Karina memikirkan setiap perkataan bibi dengan cermat lalu mengangguk mengerti.

"Sebuah penolakan untuk hasil yang terbaik." Kata Karina pelan pada diri sendiri.

"Entah kenapa aku merasa kalau secara tidak langsung, keadaan memintaku untuk melepaskan mu." Kata Karina di dalam hatinya.

"Sepertinya pakaian ini cocok untukmu." Kata bibi sambil menunjukkan sebuah baju selutut dengan tali tipis pada lengannya. Membuat Karina membuyarkan pikirannya,

"Hm... apakah tidak ada pakaian yang lain bi?" tanya Karina dengan senyum canggungnya dikarenakan dia berpikir kalau dia mungkin tidak akan nyaman memakai pakaian seperti itu.

"Kenapa? Sepertinya kau akan terlihat sangat cantik bila menggunakan ini." Kata bibi dengan senyuman di bibirnya.

"Daripada terlihat cantik aku lebih memilih merasa nyaman." Kata Karina tersenyum.

"Benar juga, kenyamanan adalah yang terpenting kan." Kata bibi dengan kekehannya, Karina mengangguk setuju.

Karina pun masuk ke dalam kamar mandi untuk mengatasi segala yang diperlukannya dan setelah itu Karina keluar. Karina tidak melihat bibi lagi di sana akan tetapi dia menemukan sepasang baju diatas tempat tidur.

Karina pun mengganti pakaiannya. Setelah itu Karina berdiri di depan cermin dan menyentuh rambut panjangnya yang masih cukup basah.

"Apakah disini ada pengering rambut?" kata Karina sambil melihat ke sekitar.

From Message To RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang