07

123 14 2
                                        

"untuk wanita cantik, ada pengecualian."

Dengan malu Karina segera berlari pergi dari kantin sebelum suasana di kantin semakin riuh dari sebelumnya karena melihat interaksinya dengan Jeno.

"dia pasti suda gila! Dia pasti sudah gila!" kata Karina berjalan cepat di koridor sambil mengingat perkataan Jeno tadi dikantin.

"kenapa dia suka sekali membicarakan hal mengejutkan di depan banyak orang?" kata Karina geram.

Karina masuk ke dalam ruang kelas Winter di ujung koridor.

"Winter! Apakah kau tahu? Aku ing..." kata Karina tertahan saat kedua matanya tidak menemukan Winter di kursinya.

"Winter ada dimana?" tanya Karina pada teman sekelas Winter.

"tadi katanya dia pergi ke perpustakaan." Kata seseorang yang duduk di depan kursi Winter.

"ah perpustakaan, terima kasih." Kata Karina lalu berjalan pergi.

"tunggu dulu." Kata Karina menghentikan langkahnya.

"jika aku pergi ke perpustakaan sekarang, maka aku harus melewati banyak orang yang mungkin melihat kejadian di kantin tadi. Kalau begitu aku akan berhadapan dengan tatapan aneh itu lagi kan?" kata Karina pelan.

"tidak, tidak boleh! Ayo ke kelas saja." Kata Karina memutar tujuannya menuju kelasnya.

Teng Teng~

Bel berbunyi. Para siswa mulai memasuki kelas mereka masing-masing dan mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.

Begitu juga dengan kelas Karina, hanya dalam waktu kurang dari 5 menit seluruh siswa yang ada di dalam kelas Karina sudah masuk dan duduk di kursi mereka masing-masing, kecuali Jeno dan Mark.

Tak berapa lama kemudian Jeno dan Mark datang bersamaan. Melihat itu, Karina segera mengalihkan pandangannya melihat keluar jendela. Bisa dirasakan Karina kalau Jeno sudah duduk di sampingnya walaupun dia melihat ke arah lain.

Kedatangan ibu guru membuat Karina melihat ke depan. Kelas pun dimulai. Ibu Guru menjelaskan pelajaran dengan baik, tetapi terdapat beberapa siswa yang tidak menerima pelajaran dengan baik.

Mengingat bahwa kelas setelah jam istirahat kedua adalah jam yang sangat penuh dengan cobaan. Rasa lapar bercampur dengan rasa kantuk membuat para siswa tidak bisa fokus ditambah pelajaran saat itu adalah bidang studi sejarah.

Karina yang merasa cukup bosan pun memilih untuk mencoret-coret belakang bukunya. Jeno yang melihat itu pun menarik buku Karina lalu menuliskan sesuatu disana.

'nanti pulang bersamaku.'

Setelah melihat itu, Karina pun melihat Jeno lalu menggelengkan kepalanya.

'harus mau!'

Tulis Jeno lagi dan Karina tetap menggelengkan kepalanya pelan.

Jeno menghembuskan nafasnya pelan.

'jika tidak mau, maka akan kutarik paksa.'

Tulisan Jeno itu berhasil membuat Karina melongo.

"ada apa dengannya? Kenapa aku sama sekali tidak bisa menebak jalan pikirannya? Saat ini pun begitu, tadi di kantin juga begitu. Sebenarnya apa maumu?" kata Karina geram di dalam hatinya.

Lagi-lagi Karina menggeleng pelan membuat Jeno membuang nafas kuat.

"Jeno, ada apa?" tanya ibu guru dari depan karena telinganya berhasil menangkap helaan nafas kuat Jeno tadi.

"iya? tidak ada apa-apa bu." Kata Jeno dengan senyum paksanya.

"baiklah, kalau begitu apa jawaban untuk nomor 2 bagian essay?" tanya ibu guru.

From Message To RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang