26

43 4 0
                                    

Karina membuka matanya. Matanya terbuka lebar saat sosok yang ingin diselamatkan olehnya tadi mendekati wajahnya dan mencium bibirnya.

Tersadar akan hal itu, Karina pun segera mendorong tubuh Jeno menjauh. Karina bangun dari tidurnya lalu menatap Jeno tajam.

"Apa yang kau lakukan?!" kata Karina marah.

Tidak menjawab perkataan dari Karina, Jeno pun mendudukkan dirinya diatas rumput tanpa alas lalu membuang nafasnya lega.

"Dasar mesum." Kata Karina kesal, Jeno membelalak matanya.

"Apa? Mesum? Yak! Apakah kau tidak tahu apa perbedaan antara mesum dengan menyelamatkan? Jelas-jelas itu adalah dua hal yang sangat berbeda." Kata Jeno tidak terima.

"Apanya yang menyelamatkan? Kau mencium ku lagi!" teriak Karina.

"Yak! Siapa yang menciummu? Aku memberikanmu nafas buatan karena kau tidak sadarkan diri setelah aku mengeluarkan mu dari dalam air." Kata Jeno tidak terima.

Karina terdiam sejenak. Dia kembali mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Dia hanya tahu kalau dia sedang berusaha membawa Jeno keluar dari dalam air dan gelap, dikarenakan Karina yang pingsan.

"Seharusnya kau membawaku ke rumah sakit saja!" kata Karina tidak mau mengalah.

"Apakah menurutmu aku sempat memikirkan itu? Aku sangat terkejut melihat kau menghampiriku di dalam air! Aku juga khawatir karena kau tidak sadarkan diri bahkan sudah ku tepuk pipimu dan kuberikan nafas buatan beberapa kali!" kata Jeno.

"Itu salahmu! Kenapa kau melompat ke dalam air?! Kenapa kau memberikan nafas buatan berkali-kali karena mengkhawa..." kata Karina tertahan, Jeno melihat Karina bingung.

"Tunggu, kau mengkhawatirkan aku?" kata Karina sadar akan perkataan Jeno.

"Aku mungkin berkata akan membatalkan pernikahan kita, tapi aku bukanlah orang yang tidak bertanggung jawab seperti itu. Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan masalah yang aku perbuat dengan sebaik-baiknya." Kata Jeno.

Karina diam menatap Jeno yang kini menatapnya kosong.

"Hanya saja, beberapa orang akan pergi sebelum permasalahan itu selesai diatasi." Kata Jeno dengan tatapan datarnya.

"Dia berbicara sambil menatapku, tapi aku merasa dia seakan sedang berbicara dengan orang lain." Kata Karina di dalam hatinya.

Karina bangkit berdiri lalu berjalan pergi. Jeno yang tersadar akan hal itu pun segera mengejar Karina sambil membawa barang yang tadi dibawa olehnya, sebuah kantung tas.

"Pergilah, aku bisa mengurus diriku sendiri." Kata Karina masih tetap berjalan.

"Apakah kau pikir aku akan percaya setelah melihatmu tidak bisa mengurus rambut panjangmu itu sendiri?" kata Jeno berjalan berdampingan bersama Karina.

"Itu ada alasannya, jangan mengungkitnya lagi!" kata Karina kesal, Jeno mengangkat bahunya tidak peduli.

Mereka berjalan bersama di sepanjang jalan di jembatan sungai han.

"Kau tidak kedinginan?" tanya Jeno membuka suara.

"Menurutmu? Apakah kau pikir aku tidak akan kedinginan setelah masuk ke dalam air?" kata Karina sambil mengelus lengannya agar merasa hangat.

"Gantilah baju dulu." Kata Jeno.

"Kau pikir aku memiliki pakaian? Aku bahkan menerima baju ini sebagai ganti baju sekolahku yang basah tadi." Kata Karina.

"Ini." Kata Jeno memberikan sebuah kantung tas.

"Di dalam ini ada baju, bibi yang memberikannya padaku. Bibi mengatakan kalau kau terlihat can..." kata Jeno tertahan.

From Message To RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang