22

89 7 0
                                    

"Karena itu, bisakah kau hanya menerimanya dengan baik? Lalu setelah itu perlakukan aku seperti biasanya. Jika tidak, apa yang ada di dalam sini akan semakin kacau." Kata Jeno serius

Karina menatap kedua mata Jeno lekat. Melihat itu Jeno mengerutkan keningnya.

"Ada apa?" kata Karina saat melihat kening Jeno mengerut.

"Apa?" kata Jeno bingung.

"Kenapa kau mengerutkan keningmu?" Kata Karina.

"Sudah kuduga, kau tidak mengerti maksud dari perkataanku." Kata Jeno.

"Aku mengerti." Kata Karina

"Lalu kenapa tidak memberikan tanggapan?" kata Jeno.

"Karena...." Kata Karina tertahan.

"Karena aku tidak tahu kenapa kau menyuruhku untuk memperlakukanmu seperti biasa. Apakah kau yang bahkan tidak pernah melihatku dengan tatapan tertarik itu, bisa tahu bagaimana caraku melihatmu saat ini." kata Karina di dalam hatinya.

"Karena apa?" kata Jeno penasaran.

"Tapi aku juga cukup bingung saat kau mengatakan kalau apa yang ada di dalam situ akan semakin kacau. Karena itu aku mencoba untuk menahan diriku agar tidak berharap banyak." Kata Karina di dalam hatinya lagi.

"Karina?" kata Jeno bingung karena Karina belum menjawab pertanyaannya.

"Karena apa yang ada disini sudah cukup kacau." Kata Karina dengan suara pelan.

Jeno diam mendengar jawaban Karina. Ingin memungkiri, tapi apa yang dirasakan Jeno saat ini sangat mendominasi. Entah kenapa perasaan hangat itu datang secara perlahan, pasti dan nyaman.

Karina yang melihat Jeno menatapnya dengan tatapan seperti itu membuat dirinya gugup. Karina mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Tidak, aku salah." Kata Karina.

"Apa?" kata Jeno.

"Maksudku, bukan disini tapi disana, sudah cukup kacau." Kata Karina menujuk kantin yang berada tidak jauh dari mereka. Jeno menoleh.

"Kantinnya semakin ramai." Kata Karina, Jeno melihat Karina.

"Lalu apa hubungannya dengan jawaban atas pertanyaanku?" kata Jeno.

"Itu... sebenarnya aku tidak mengerti, karena aku sangat kelaparan." Kata Karina dengan tawa hambarnya.

Jeno membuang nafas kuat, lalu menggangguk pelan.

"Seharusnya kau bilang dari awal, sudah kuduga kau tidak akan mengerti." Kata Jeno lalu mulai berjalan, Karina mengikuti dari belakang.

"Apa kau benar ranking 1 umum? Kenapa kau tidak bisa mengerti maksud dari perkataanku?" Kata Jeno ragu.

"Yak! Memang benar kalau aku ranking 1 umum." kata Karina sedikit kesal.

"Jika aku tidak bisa menjawabnya, berarti itu adalah salahmu karena tidak memberikan penjelasan yang benar, tepat dan jelas." Kata Karina.

"Aku sudah mengatakannya dengan sangat jelas!" kata Jeno membela diri.

"Kurasa tidak." kata Karina.

"Terserah mu saja." Kata Jeno tidak ingin melanjutkan.

"Perkataan bisa saja memberikan ketidakjelasan dan kesalahpahaman, tapi perasaan tidak." kata Karina berhasil menghentikan langkah Jeno, Jeno berbalik melihat Karina.

"Karena perasaan itu nyata dan tulus dari hati." Kata Karina serius.

"Aku kembali mengalami kegagalan di dalam menahan diriku. Benar, aku cukup malu untuk mengakuinya, tapi perasaan yang aku rasakan selama ini adalah nyata." Kata Karina di dalam hatinya.

From Message To RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang