Tujuh

568 59 2
                                    

Matahari sudah berada di atas kepala, tetapi tidak membuat gadis penyuka warna biru itu terbangun, ia masih nyaman bergulung di dalam selimut tebalnya, berkali kali pintu kamarnya ketuk tidak menggangu tidurnya.

Drtt, drttt, drttt.

Elnara baru terbangun saat mendengar bunyi yang keras dari handphone nya, tanpa melihat siapa yang menelepon Elnara menggeser tombol hijau.

"Halo?" Ujar Elnara.

"El, masih hidup? Gue kira udah mati."

Elnara mencebik sebal, ternyata Abang nya yang menggangu tidurnya. "Mulut lo minta di tampol, kenapa sih? Gue masih ngantuk!"

"Tadi bibi telepon katanya lo belum keluar kamar sama sekali, dia takut lo udah mati, tau nya masih hidup."

"Bilangin bibi, gue gak papa, udah mau lanjut tidur gue ngantuk!"

Sebelum Abang nya berbicara lagi Elnara sudah mematikan panggilan itu, ia berbalik badan dan kembali memejamkan matanya, baru sebentar tetapi handphone nya kembali berbunyi.

"Apa lagi sih bang? Ngantuk gue!"

"Nara?"

Elnara membulatkan matanya, saat mendengar suara Kieran. Gadis itu melihat kembali layar ponselnya, dan benar saja nama Kieran yang tertera di sana, bukan nama Abang nya.

"Eh Al, aku kira Abang," jawab Elnara.

"Kamu habis di telepon sama Morgan?"

"Iya, kamu lagi ngapain Al?"

"Baru selesai makan siang Kamu sudah makan belum?"  Ujar Kieran.

"Makan siang? Emangnya jam berapa sih? Masih pagi ini."

Kieran tertawa, "kamu tidur terlalu larut ya? Di sini sudah jam dua siang Nara. Atau kamu baru bangun tidur?"

Gadis itu terkejut, benar saja saat melihat jam sudah pukul dua belas lewat, selama itu kah dia tidur? Melebihi jam tidur pada umumnya.

"Enggak kok, aku belum lihat jam aja dari tadi. Aku bangun pagi kok. Oh ya kamu udah siap siap belum? Malam pulang kan?" Elnara berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

"Sudah kok, Nara...."

"Iya Al?"

"Hati hati ya, jangan sedih terus. Kamu harus bahagia."

Elnara terdiam, sudah cukup semalaman dia menangis karena perkataan Kieran yang menurut Elnara, seperti pesan sebelum perpisahan.

"Al, aku bingung sama diriku sendiri," ujar Elnara.

"Bingung kenapa?"

"Kita temenan baru lima hari, tapi kenapa ya rasanya itu aku kaya kehilangan kamu banget?"

"Aku juga-"

"Elnaraaaa!"

Suara Kieran yang tengah berbicara, tidak terdengar jelas karena tertutup suara perempuan yang berteriak memanggil nama nya.

"Al maaf ya, di lanjut nanti lagi. Kayaknya teman aku datang."

"Iya, jangan lupa makan ya Nara."

"El buka pintunya!"

Elnara mencebik sebal, "tunggu dulu!"

Saat Elnara membuka pintu kamar nya, ia melihat teman sekaligus kekasih Morgan. Namanya Ciara, teman sedari SMP Elnara hingga sekarang.

"Lagi telepon sama siapa lo? Gaya banget pakai bahasa Inggris," celetuk Ciara.

"Kenapa? Gak di telepon Abang gue kan lo?" Sahut Elnara sembari kembali ke atas kasur lagi.

Mandalika [ENDING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang