Tiga puluh tiga

470 69 11
                                    

Kepulangan Elnara ke Spanyol terpaksa di undur karena mendapatkan kabar kalau Eyang sudah meninggal dunia. Nanti sore jenazah Eyang akan di bawa ke Jogja, di kebumikan di sebelah suaminya.

"Cakra mana La?" Tanya Elnara, saat melihat Silla hanya duduk sendirian di dekat peti jenazah.

"Lagi di luar, udah ketemu sama Tante, sama Om?" Tanya Silla.

Elnara menggeleng, "takut ngerusak suasana, lo tau sendiri kan gue lagi gak akur sama Mama, Papa."

"El, Silla, ayo masuk sebentar lagi upacara penutupan peti," panggil bunda Silla.

"Iya Bunda, Silla panggil Cakra dulu," jawab Silla.

"Ayo El," ajak Bunda Silla.

Elnara mengangguk, ia masuk ke dalam rumah bersama dengan Bunda nya Silla, "mas, ini ada Elnara," tutur Bunda Silla.

"Mau ngapain kamu kesini?" Ucap Papa.

"Udah Pa jangan sekarang, kasihan ibu. Biar aja El di sini dulu," tegur Mama.

Elnara mengulurkan tangannya tapi, Papa sama sekali tidak merespon itu, alhasil Elnara kembali menurunkan tangannya, saat Romo datang, dan beberapa petugas dari gereja, upacara penutupan peti segera di mulai.

"Kami yang berduka, Andreas Tonny Rahardjo putra pertama, Theresia Sisca Rahardjo putri kedua, Irene Diana menantu perempuan, Yogie Pratama menantu laki laki, serta cucu laki laki Gregorius Morgan Rahardjo, mengucapkan banyak terimakasih kepada semua rekan yang sudah datang ke rumah duka...."

Silla, dan Elnara hanya bisa saling pandang, sepertinya mereka berdua benar benar sudah tidak di anggap lagi di keluarga Rahardjo.

"Bukan nya Bu Christina, cucu nya tiga ya? Kok cuma di sebut satu?" Bisik ibu ibu yang berdiri di sebelah Elnara.

"Iya yang dua perempuan kalau nggak salah, Morgan itu kan yang pembalap, setau ku ada lagi dua, yang satu udah nikah, satu lagi kurang tau," sahut ibu satunya lagi.

Dua hari berlalu, kini seluruh keluarga Rahardjo sedang berkumpul di rumah orang tua Elnara karena ingin membahas wasiat yang di tinggalkan eyang, pengacara keluarga pun sudah ada di sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua hari berlalu, kini seluruh keluarga Rahardjo sedang berkumpul di rumah orang tua Elnara karena ingin membahas wasiat yang di tinggalkan eyang, pengacara keluarga pun sudah ada di sini.

"Total kekayaan yang di miliki keluarga Rahardjo selama ibu masih hidup total nya tiga ratus lima puluh empat miliar. Di surat wasiat tertulis perusahaan keluarga di serahkan kepada Andreas Tonny Rahardjo, pabrik yang ada di Jogja di serahkan kepada Theresia Sisca Rahardjo, Gregorius Morgan Rahardjo mendapatkan tiga puluh persen dari total kekayaan, di luar perusahaan, dan pabrik. Di sini tertulis lagi, jika Briel Elnara Grizelle Rahardjo menikah dengan Jeremia Zian Imanuel, maka akan mendapatkan bagian yang sama seperti Gregorius Morgan Rahardjo, jika tidak makan akan tidak mendapatkan sepeserpun," jelas pengacara.

"Boleh saya berbicara?" Sahut Elnara.

"Silahkan," jawab pengacara.

Elnara menatap Silla, dan Cakra bergantian setelah Silla mengangguk pelan Elnara menarik napasnya terlebih dahulu, "terus terang saja, saya menolak warisan itu. Karena sampai kapan pun saya tidak akan mau menikah dengan laki itu."

Mandalika [ENDING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang