Lima belas

543 69 6
                                    

Elnara terbangun saat mendengar suara barang jatuh, dari luar kamar. Gadis itu segera melihat apa yang terjadi benar saja Mavra memecahkan gelas, mungkin tidak sengaja karena tersenggol.

"Nara maaf ya kamu jadi terbangun," tutur Mavra.

"Tidak aku sudah bangun dari tadi, kamu ada yang luka?" Tanya Elnara.

"Hanya kaki ku sedikit tergores pecahan kaca, aku tidak melihatnya tadi."

"Kamu duduk di sofa sana, ini biar aku yang membereskan, kaki kamu juga punya kotak obat kan?" Tanya Elnara.

"Ada sebentar aku ambilkan dulu," ujar Mavra.

Wajah panik Elnara membuat hati Mavra tersentuh, "Nara gadis yang baik, sangat beruntung yang bisa menjadi suaminya nanti."

"Mavra, kok bengong sih! Cepat sana sana, nanti ya ada kaki kamu semakin banyak darah yang keluar."

Mavra yang baru tersadar dari lamunannya hanya mengangguk, ia menuju kamar mandi, untuk mengambil kotak obat yang ada di sana.

Setelah selesai Elnara membersihkan pecahan gelas, gadis itu segera menghampiri Mavra yang tengah duduk di sofa, dengan berbaring.

"Nara kenapa duduk di bawah?" Tanya Mavra.

"Ya kan aku mau mengobati kaki kamu, kalau sama sama duduk di atas nggak bisa, sudah sini kakinya, sebelum semakin sakit," jawab Elnara.

Setelah membasahi kapas dengan alkohol, Elnara dengan perlahan mengobati luka di telapak kaki Mavra dengan telaten.

"Kamu dokter ya? Jago sekali merawat luka," celetuk Mavra.

"Aku takut jarum suntik asal kamu tau," sahut Nara.

"Jarum? Kenapa takut?"

"Mengerikan, sangat sakit jika menembus kulit. Padahal dulu sewaktu aku kecil cita cita ku menjadi dokter gigi, tapi setelah aku lulus SMA aku bahkan tidak tahu harus melakukan apa," papar Elnara.

Mavra tertawa mendengar cerita Elnara, kehidupan semasa kecil memang terlihat sangat menyenangkan, banyak anak kecil yang ingin menjadi orang dewasa, tetapi setelah dewasa ia justru ingin kembali ke masa kecilnya.

"Aneh, kenapa kamu tidak sekolah kedokteran saja?"

"Otak ku sudah malas berpikir," sahut Elnara dengan santainya.

"Terus sekarang, kalau Tuhan mengabulkan satu doa mu, kamu ingin menjadi apa?"

"Menjadi orang yang berguna, bisa membantu sesama," jawab Elnara membuat Mavra tersenyum, Elnara adalah definisi cantik luar dalam bagi Mavra.

"Ah iya aku sampai lupa, setelah dari Argentina Kieran tidak pulang ke Spanyol, dia langsung ke negara berikutnya," tutur Mavra.

Raut wajah Elnara berubah menjadi sedih, "berapa lama dia di sana?"

"Semingguan, semalam aku sudah mengirimkan pesan ke Kieran. Dia bilang setelah dari Argentina langsung ke Amerika. Perlombaan di mulai tanggal sebelas, bisa saja Kieran pulang tanggal dua belas," papar Mavra.

"Emm Mavra, boleh aku minta tolong lagi?" Tanya Elnara.

Mavra mengangguk, ia menggeser duduknya, dan meminta Elnara untuk juga duduk di sampingnya, "minta tolong apa? Selagi bisa pasti aku bantu."

"Carikan aku pekerjaan di sini."

"Kerja? Tidak kamu tidak perlu kerja, selama kamu disini berarti kamu tanggungjawab ku sampai Kieran kembali ke sini. Jangan pernah menghawatirkan apapun, mau Kieran kembali satu bulan lagi pun aku tidak masalah Nara."

Mandalika [ENDING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang