Duapuluh

608 81 4
                                    

Elnara, dan Kieran baru saja pulang dari club' malam, rumah sudah sepi, sepertinya semua orang sudah beristirahat, kamar Keylanna pun lampunya sudah padam.

"Al, masih pusing?" Tanya Elnara.

"Iya, kamu bersih bersih dulu, aku mau kebawah cari obat pusing," sahut Kieran.

Kieran melepaskan jaket yang ia kenakan, melemparkan nya begitu saja ke atas kasur, sedangkan Elnara sudah masuk kedalam kamar mandi, untuk berganti pakaian.

Kieran, dan Elnara tidur satu kamar? Iya mereka tidur di dalam kamar yang sama, dan hal itu bukan sesuatu yang baru di negara luar sana.

"Sudah minum obat?" Tanya Elnara, saat melihat Kieran sudah kembali ke dalam kamar.

"Sudah, besok kamu berangkat jam berapa?" Tanya Kieran.

"Jam sembilan, tadi pesan Leoca begitu," jawab Elnara.

"Nara, besok saat kamu pemotretan aku tidak bisa menunggu, ada janji dengan Chico, kamu bisa sendiri kan?"

"Iya tenang aja, kan nanti di sana ada Leo juga," paparnya.

Saat Kieran sedang berganti pakaian di kamar mandi, Elnara memilih untuk membersihkan wajah nya di depan cermin, walaupun di kamar Kieran tidak ada meja riasnya, tetapi terdapat kaca berukuran sedang yang tertempel di dinding.

"Nara," panggil Kieran.

"Iya Al?"

"Kamu tidak masalah kan satu kamar tidur dengan aku? Atau kalau kamu keberatan aku bisa tidur di kamar Keylanna," ucap Kieran.

"Gak papa Al, lagian aku yakin kamu bukan laki laki yang seperti itu," jawab Elnara.

"Seperti itu bagaimana?"

Elnara hanya menggeleng, dan tersenyum simpul. Setelah selesai membersihkan wajahnya, Elnara membuka kopernya, ia mengambil baju tidur miliknya, Kieran laki laki itu tadi mengatakan ingin melihat Keylanna sebentar.

Mata Elnara memanas, saat melihat di kamar Kieran terdapat foto laki laki itu dengan keluarganya, saat Kieran memenangkan balapan tahun lalu.

Gadis itu cepat cepat mematikan lampu kamar, tanpa menyalakan lampu tidur, dan segera naik ke atas kasur menutup tubuhnya dengan selimut, kedua tangannya membekap mulutnya sendiri.

Luka yang di berikan keluarganya belum sembuh, tetapi Elnara tidak bisa memungkiri kalau dia merindukan keluarganya.

Mendengar suara pintu kamar terbuka, Elnara segera menghapus kasar air matanya, dan berusaha mengatur napasnya walaupun sesekali masih terisak.

"Nara sudah tidur?" Ucap Kieran.

Kieran berjalan mendekat ke arah kasur, ia menyalakan lampu tidur, kamar yang awalnya gelap kini menjadi sedikit lebih terang dari pada awal tadi.

Melihat Elnara sudah tertidur dengan memunggungi dirinya, Kieran juga ikut merebahkan tubuhnya di kasur, laki laki itu belum tertidur, ia masih membuka ponselnya, hingga saat Kieran memperhatikan Elnara, dia merasa ada yang janggal, karena pundak Elnara yang tengah bergetar.

Cepat cepat Kieran menyalakan lampu biasa, dan menggeser tubuhnya lebih dekat lagi dengan Elnara, "Nara kamu kenapa?"

Kieran menyingkirkan rambut Elnara, yang menutup wajah gadis itu, mata mereka bertemu saat Kieran membalikkan tubuh Elnara.

"Jangan sedih Nara, kamu masih punya aku."

Kieran merengkuh tubuh Elnara, memberikan pelukan yang menenangkan gadis itu. Bukan nya tenang Elnara justru semakin terisak.

Mandalika [ENDING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang