Duapuluh tujuh

542 75 4
                                    

Untuk pertama kalinya, Kieran membawa Elnara pulang ke rumahnya yang berada di Anddora. Setelah perlombaan kemarin, Kieran mendapatkan jadwal libur sepuluh hari, sebelum lanjut ke negara berikutnya.

Bukan berarti Elnara tidak bekerja lagi, justru empat hari lagi mereka harus kembali ke Spanyol karena sama sama masih ada pekerjaan yang harus mereka selesaikan.

"Kamu kalau mau istirahat, kamarnya yang ujung sendiri, aku ingin menyelesaikan pekerjaan sebentar ya," ucap Kieran.

"Oke, mau makanan, atau minuman?" Tawar Elnara.

"Tidak perlu, aku akan mengambil air minum sendiri nanti."

"Oke, aku mau mandi dulu. Kamar mandi sebelah mana?"

"Jadi satu sama kamar kita," papar Kieran.

Elnara menahan senyumnya saat Kieran mengatakan kamar kita, walaupun disini ada dua kamar, tetapi kamar tidur satunya khusus untuk kamar tamu, dan Kieran pun tidak mengijinkan Elnara untuk tidur di kamar itu.

"Ah iya, Nara aku lupa. Aku nanti malam sudah ada janji mau ke party, kamu ikut?" Tanya Kieran.

"Party? Boleh deh, tapi jangan terlalu malam pulangnya," jawab Elnara.

"Iya, nanti juga ada Edgar, dan Selena."

Malam ini, Kieran, dan Elnara tampil berbeda dari hari hari biasanya. Kieran mengenakan kemeja putih, dipadukan dengan celana bahan berwarna hitam, sedangkan Elnara mengenakan dress hitam di atas lutut, dan rambutnya yang di biarkan tergerai.

"Ayo aku udah siap," ucap Elnara.

Kieran, yang berdiri di balkon kamar pun mengalihkan pandangannya, ia sangat terpesona dengan penampilan Elnara, terlebih gadis itu sangat pintar berias.

"Tunggu sebentar ya, Edgar baru perjalanan ke sini," jawab Kieran.

Elnara mengikuti Kieran yang masih di balkon kamar, dari atas sini, pemandangan kota Anddora sangat indah, langit malam yang masih berwarna biru tua, dengan hiasan awan, dan bintang, gemerlap lampu membuat keindahannya bertambah.

"Pemandangannya bagus ya," tutur Elnara.

"Iya, apalagi kalau sunrise, sama sunset, lebih indah lagi," timpal Kieran.

"Kamu lebih suka sunset, apa sunrise?" Tanya Elnara.

"Sunset, tapi aku lebih suka kamu."

Elnara terdiam saat merasakan tangan Kieran melingkar di pinggang nya, sejuknya angin malam menambah hawa dingin di sekitar mereka.

"Nara, I want you to be mine," ucap Kieran.

Karena Elnara yang tidak fokus, gadis itu tidak menangkap jelas perkataan Kieran, "apa Al? Aku gak dengar."

"I want you to be mine."

Elnara terkejut bukan main, jantung nya berpacu lebih cepat dari biasanya, tangan nya menjadi sangat dingin, harap maklum karena ini yang pertama untuk Elnara.

"Really?" Tanya Elnara.

Kieran mengangguk, ia menggenggam tangan Elnara mengarah tangan Elnara untuk menyentuh dadanya, tepat di jantung nya, "rasakan detak nya."

"Cepat sekali," gumam Elnara.

"Tapi ada syaratnya," ucap Kieran.

Gadis itu memberanikan diri untuk menatap mata Kieran, "apa itu?"

"Syaratnya gampang, tapi tidak semua orang bisa melakukannya, tidak boleh berpaling dari aku, dan begitu sebaliknya," papar Kieran.

Elnara tersenyum, "sebuah syarat atau pemaksaan?"

Mandalika [ENDING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang