Kamar 7: Kamar 1

33 5 0
                                    

"My baby is mine and she is super cute. You know? she is quite sexy when she smiles"
- Vrano Bastian

Sektor 3

"Siapa?" tanya Ikawa pada Vrano ketika lelaki itu masuk ke kamar selesai bertemu orang.

"My baby," jawab Vrano dengan sebelah mata mengedip.

"Who's your baby?" Dahi Ikawa tampak mengerut halus. Vrano sering banget nyebut 'my baby' bahkan laki-laki itu sering memuja 'my baby'. Jika Rian atau member kamar lain bertanya, Vrano hanya menegaskan kalau dia miliknya.

She is only mine

Gitu kata Vrano, jadinya Ikawa mengklaim kalau Vrano ini tipikal bucin.

"She is-"

"She name," intruksi Ikawa, tau apa yang akan dijawab Vrano.

Vrano menarik kursi di meja belajarnya mendekati meja Ikawa. Lelaki tengil itu tersenyum miring ketika mendapati buku catatan milik Ikawa yang sering laki-laki itu bawa. Laki-laki yang cukup ambis. Kalau tidak salah Ikawa juga merupakan guru les untuk anak SMP.

Diam sebagai mahasiswa, bergerak sebagai guru les private.

"Gedung 2."

Ikawa mengedip tidak percaya. "Namanya gedung 2?"

Vrano tertawa ngakak mendengarnya, kenapa dia sangat polos sekali.

"Bukanlah, polos apa polos, Kak?" cibir Vrano.

Ikawa tidak membahas lagi. Sepertinya Vrano memang tidak ingin ada orang yang tau. Jadi ia memilih melanjutkan mencatat. Sedang mempersiapkan materi untuk ia ajar nantinya.

Hanya ada mereka di Kamar 1, Rian dan Fawaz sedang pergi. Kalau Rian sedang mengapeli kakak tingkat sedangkan Fawaz entah kemana. Mereka bangun, Fawaz sudah tidak ada di kamar. Tidak memberitau juga di grup chatt.

"Makan siang di dapur?" tanya Vrano mulai mengechek aplikasi go-food.

"Gue engga nafsu makan," balas Ikawa tanpa mengalihkan matanya.

Vrano berdecak kesal. "Gila, yah?"

Ikawa meliriknya sekilas lalu kembali pada catatannya. Tangannya menandai beberapa bagian dengan stick note.

"Makan, lah. Ambis boleh, bego jangan."

Ikawa mendesis kesal akan perkataan Vrano. Namun tidak ingin ribut dengan kawan kamarnya, ia memilih mengabaikan Vrano yang kini fokus menatap layar ponselnya yang mati-nyala.

"Banyak banget chattnya, dari abang Axa." Vrano terlihat penasaran.

Ikawa pun hanya meliriknya malas dan tidak mempedulikan hal itu. Abang Zalwa itu memang kerap kali mengganggunya bahkan tidak segan menelponnya. Entah apa yang dipikirkan lelaki itu, yang pasti bukan satu hal yang baik untuk Ikawa.

"Ihh apa-apaan manggil lu sayang?" ujar Vrano dengan ekspresi jijik. Bahkan Vrano menjauhkan ponsel Ikawa ogah-ogahan. Abisnya ia merinding dengan pesan yang dikirim abang Axa itu.

Sektor 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang