Part 22 (Sudah direvisi)

130 17 0
                                    


Dokter Rico pun memeriksa keadaan Alwi. Ridho berharap Alwi akan baik-baik saja. Setelah itu, Alwi pun turun dari ranjang dibantu oleh Ridho.

"Bagaimana keadaan Alwi om ?". Tanya Ridho.

"Alwi hanya demam biasa saja karena ia kelelahan. Jadi untuk sementara Alwi jangan melakukan hal-hal yang berat dulu. selebihnya Alwi baik-baik saja. Om akan kasih beberapa resep obat yang harus Alwi minum, nanti bisa ditembus di apotek di rumah sakit ini". Jawab Rico sambil memberikan kertas berisi beberapa resep obat untuk Alwi kepada Ridho.

"Alhamdulillah, kalo Alwi baik-baik saja". Ucap Ridho menerima kertas tersebut.

"Tetapi Alwi boleh sekolah kan om ?". Tanya Alwi.

"Boleh Nak, jika kamu merasa baikan. Tetapi kamu tetap ga boleh kecapean walaupun sudah sembuh. Dijaga kesehatannya". Jawab Rico.

"Baik dok, Alwi akan turutin pesan om. Terimakasih ya om". Ucap Alwi sambil tersenyum.

"Iya Nak, sama-sama". Jawab Rico membalas senyumannya.

"Yasudah, kalo begitu kami pamit, sekali lagi terimakasih ya om". Ucap Ridho menyalim Rico begitupun dengan Alwi.

"Iya, silahkan Dho. Sama-sama Dho". Jawab Rico.

"Assalamualaikum om Rico". Ucap Alwi dan Ridho.

"Waalaikumsalam". Jawab Rico. Setelah Alwi dan Ridho keluar, Rico pun kembali duduk.

"Keterlaluan Rangga ! Apa salah Ananda terhadapnya ? Sampai-sampai ia ingin membunuh Ananda dan mbak Inne. Ini tidak bisa dibiarkan, walaupun ia sudah tertangkap, aku harus tetap mencari informasi lain. Aku takut keluarga Ananda dalam bahaya, apalagi mengingat kondisi Alwi yang tidak seperti dulu". Ucap Rico.

"Dan jika aku mendapatkannya, aku akan beritahukan ini pada Ananda dan yang lainnya". Lanjut Rico.

***********

Di luar ruangan

Alwi dan Ridho pun mendekati keluarganya.

"Bagaimana keadaan adikmu Dho ?". Tanya Bunda Inne.

"Alhamdulillah, Alwi gapapa Bun. Cuma demam biasa aja". Ucap Ridho yang membuat semuanya lega.

"Oh ya, ini ada obat yang harus ditembus". Ucap Ridho.

"Yaudah, biar Aji aja yang tembus, lu tunggu aja disini, jagain Alwi. Gw ga lama kok". Ucap Masaji mengambil kertas dari tangannya Ridho.

"Terimakasih ya Ji". Ucap Ridho.

"Iya, sama-sama. Gw udah anggap Alwi sebagai adik gw melebihi seorang teman ataupun sahabat". Jawab Masaji tersenyum.

Masaji pun bergegas untuk menembus obatnya Alwi dan membayar biaya pemeriksaan Alwi di tempat administrasi.

"Masih pusing Wi ?". Tanya Tammy.

"Masih Tam". Jawab Alwi.

"Yaudah, kamu duduk dulu, aku bantu ya". Ucap Tammy. Alwi pun mengangguk setuju.

"Cieee, ada yang romantis nih. Kalah sama Ayah dan Bunda". Ucap Suheil menggoda Ayah dan Bunda.

"Iya El, kayaknya Ridho ga pernah lihat Ayah dan Bunda romantisan. Kalopun lihat, kalah sama Alwi dan Tammy". Ucap Ridho yang ikut menggoda juga.

"Kalian ini ya selalu meledek Ayah dan Bunda". Ucap Ayah Ananda menjewer telinga Ridho dan Suheil.

"Aduh, sakit yah. Lepasin kita dong yah, kita janji ga akan meledek Ayah dan Bunda lagi". Ucap Ridho dan Suheil.

Ayah Ananda pun melepaskan jewerannya, sedang Bunda Inne dan yang lainnya pun tertawa.

"Ada apa nih ? Kayaknya Aji ketinggalan banyak deh". Ucap Masaji yang baru saja datang.

"Iya kak, tadi ada pertunjukan yang sangat luar biasa, jadi gini...." (Ga udah diceritain ya, kalian kan udah tau ceritanya). Jadi begitu ceritanya kak". Ucap Tammy tertawa kecil.

Masaji pun tertawa melihat telinga Ridho dan Suheil yang memerah.

"Udahlah, ayo kita pulang. Kasihan Alwi". Ucap Tammy.

"Yaudah, sini kak Aji gendong". Ucap Masaji. "Tumben banget lu mau gendong Alwi". Ucap Ridho heran.

"Karena gw kakaknya bukan lu, hahaha". Ucap Masaji meledek Ridho.

"Udah, udah. Itu Alwinya yang bener digendongnya". Ucap Nadya.

"Iya Nad". Jawab Masaji.

"Udah ? Cusslah kita pulang". Ucap Namira.

Mereka pun berjalan menuju parkiran. Sesampainya di sana, Ayah membukakan pintu mobilnya, dan Masaji pun menurunkan Alwi kemudian Alwi pun masuk ke dalam mobil.

Posisinya, Ridho sama Ayah, Tammy, Suheil, Bunda, dan Alwi di tengah, dan Nadya, Namira, dan Masaji dibelakang (Mobilnya besar, jadi muatlah badannya mereka kan pada kecil-kecil).

Setelah siap, Ayah Ananda pun mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.

Alwi pun menyenderkan kepalanya dipundak Tammy dan segera memenjamkan matanya untuk mengurangi rasa pusing di kepalanya.

"Semoga kamu cepat sembuh ya Wi, aku ga tega melihat kamu kayak gini". Batin Tammy mengusap rambutnya Alwi perlahan.

Semua yang melihat itu pun tersenyum melihat Tammy yang sangat menyayangi Alwi.

"Sepertinya kami ga salah memilih Tammy menjadi pendamping hidupnya Alwi, semoga mereka berdua bisa hidup bahagia suatu hari nanti". Batin semuanya.

**********

"Terimakasih karena kalian sudah menerimaku menjadi pendamping hidupnya dan terimakasih juga untuk kamu yang  memperlakukanku dengan manis layaknya seorang putri, Alwi".
Tammy Kanaya Maharani

Selamat membaca...

Apakah Ini Akhir ? (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang