Part 38 (Sudah direvisi)

95 16 0
                                    

"Udah Wii, ga capek apa ketawa terus ?". Ucap Ridho tersenyum geli.

Alwi pun mencoba memberhentikan ketawanya.

"Udah tenang sekarang ?". Tanya Kian Santang.

"Udah, hehehe". Jawab Alwi sambil cengegesan.

"Mendingan kita berangkat malam ini aja, gimana ?". Tanya Tammy.

"Hmm, aku sih mau-mau aja. Tapi Alwi maunya gimana". Ucap Ridho.

"Hmm, terserah kalian aja". Ucap Alwi singkat.

"Yaudah, kan udah siap semua, berangkat aja malam ini". Ucap Ayah Ananda.

"Nah untuk posisinya, di mobil Alwi ada Kian Santang, Abikara, Tammy, sama Bunda. Sedangkan di mobilnya Ayah, ada Ayah, kak Ridho, kak Aji, Suheil, sama Claudia". Jelas Alwi.

"Kamu yang ngatur posisinya sendiri ?". Tanya Kian Santang terkejut mendengarnya.

"Iya". Jawab Alwi singkat.

"Yasudah, kita berangkat malam ini". Ucap Ayah Ananda.

"Oke yah". Ucap semuanya.

"Ayah, Bunda". Panggil Kian Santang.

"Iya Nak, ada apa ?". Tanya Bunda Inne lembut.

"Kamu sudah berani ternyata, tidak apa-apa kalo kamu memanggil paman dan bibi dengan sebutan Ayah dan Bunda". Ucap Ayah Ananda tersenyum. 

"Alhamdulillah, aku juga udah mulai terbiasa, itu juga berkat ajaran dari Alwi". Ucap Kian Santang tersenyum pada Alwi dan Alwi pun membalas senyumannya. 

"Kenapa kamu panggil Ayah dan Bunda ? Ada masalah ?". Tanya Abikara.

"Hmm, aku hanya ingin memeluk mereka berdua". Ucap Kian Santang tersenyum sedu.

"Aku merindukan Ayahanda Prabu Siliwangi dan Bunda Ratu Subang Larang". Lanjut Kian Santang lirih kemudian ia pun menangis.

Alwi yang tidak tega melihat itu pun langsung mendekati Kian Santang dan memeluknya untuk menenangkannya.

Kian Santang pun merasa nyaman dengan pelukan dari Alwi, ia pun membalas pelukannya.

"Udah, kalo kamu mau nangis, nangis aja. Gapapa kok kamu nangis, aku tau kamu kangen banget sama mereka. Aku juga pernah merasakannya. Kamu menangis aja dipelukanku sampai kamu merasa tenang". Ucap Alwi mengusap punggungnya dengan lembut.

Alwi pun pernah merasakan bagaimana rasanya berpisah dengan orang tuanya kandungnya.

Semuanya yang melihatnya pun terharu melihat kedekatan mereka berdua, disisi lain mereka pun sangat sedih melihat Kian Santang yang mencoba ingin membantu mereka untuk menjaga Alwi, sampai-sampai ia pun rela berpisah dengan orang tuanya.

Mereka semuanya pun sepakat untuk membalas kebaikan Kian Santang dengan cara menghiburnya agar ia tidak berlarut dengan kesedihannya lagi.

"Gimana kita bikin acara nanti di Bandung ? Sekalian kita hibur dia, aku ga tega lihatnya". Ucap Ridho.

"Yaudah, dan kamu Abikara, kasih tau ke Alwi tentang rencana kita buat menghibur Kian Santang". Ucap Ayah Ananda.

"Iya yah". Jawab Abikara.

"Tunggu sampai dia tenang dulu". Ucap Tammy.

Semuanya pun mengangguk setuju.

Mereka berdua pun melepaskan pelukannya.

"Kamu udah tenang ?". Tanya Alwi lembut.

Kian Santang pun hanya mengangguk pelan. Alwi pun merasa sedih karena melihat Kian Santang menjadi pendiam seperti ini.

Abikara pun duduk di samping Alwi kemudian membisikkan rencana untuk menghibur Kian Santang. Alwi pun menoleh kearah semuanya dan semuanya pun mengangguk setuju. Alwi pun mengangguk setuju juga.

"Yah, Bun, kita bertiga mau pergi jalan-jalan sebentar, boleh kan ?". Ucap dan tanya Alwi.

"Boleh dong Nak, tapi jangan terlalu sore pulangnya". Jawab Bunda Inne tersenyum.

"Oke Bun, kita pamit dulu. Assalamualaikum". Ucap Alwi menyalami tangan Ayah dan Bundanya di ikuti Kian Santang dan Abikara.

Saat Kian Santang menyalami Ayah dan Bunda, mereka berdua pun langsung memeluk Kian Santang. Kian Santang pun terkejut atas pelukan dari mereka, tetapi ia merasa nyaman. Pelukannya sama dengan pelukan Ayahandanya dan Ibundanya.

"Putraku Kian Santang". Panggil Bunda Inne lembut.

Kian Santang pun tersenyum mendengar panggilan dari seseorang yang dia rindukan.

"Ibunda". Panggil Kian Santang lirih.

Mereka pun melepaskan pelukannya.

"Maafkan aku, tadi aku udah lancang memanggil kalian dengan sebutan Ayahanda dan Ibunda". Ucap Kian Santang merasa bersalah.

"Gapapa kok, kami tau kamu merindukan mereka. Kamu boleh kok memanggil kami dan memeluk kami seperti tadi, setiap hari juga gapapa". Ucap Bunda Inne membelai rambutnya dengan lembut sambil tersenyum.

Kian Santang pun merasa senang dan langsung memeluk mereka berdua. Semuanya pun tersenyum melihat Kian Santang sudah ceria kembali.

"Aku akan selalu berada di sampingmu, Kian Santang". Batin Alwi tersenyum melihat itu semua. 

"Ternyata kau sangat merindukan mereka semua sampai-sampai kau menyembunyikannya. Seharusnya kau bilang padaku, biar kita bisa ke Padjadjaran terlebih dahulu. Aku ini sahabatmu, Kian Santang". Batin Abikara.

"Terimakasih Ayahanda, Ibunda". Ucap Kian Santang tersenyum.

"Sama-sama Putraku. Bunda harap kamu tersenyum terus seperti ini Nak". Jawab Bunda Inne membalas senyumannya.

Mereka pun melepaskan pelukannya.

"Kapan berangkatnya, Raden ?". Tanya Alwi menjadi prajurit.

Semuanya pun tertawa mendengar ucapannya itu.

"Kamu kan jadi Kian Santang juga Wi, kenapa kamu jadi prajurit". Ucap Kian Santang tertawa.

"Ish, lagian lama sih". Ucap Alwi kesal.

"Iya, maaf ya". Ucap Kian Santang.

"Hmm". Jawab Alwi singkat.

"Lah, ngambek. Kalo gitu kita pergi dulu ya, takut si manja mengamuk lagi. Assalamualaikum". Ucap Kian Santang kemudian ia pun berlari menghindar dari Alwi.

Alwi yang kesal itu pun langsung mengejar Kian Santang. Sedangkan Abikara pun mengikuti mereka sambil terkekeh geli melihat tingkah mereka seperti anak kecil. Semuanya pun tersenyum geli melihat tingkah laku mereka berdua itu.

*******

Selamat membaca...

Apakah Ini Akhir ? (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang