56. Ular Berbisa

15 9 68
                                    

jangan lupa vote and comment ya!💫

jangan lupa vote and comment ya!💫

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

56. ULAR BERBISA

"Karin, tunggu!"

Monica terperanjat saat seorang cowok meleset ke depan Karin dan menahan tangannya. Cowok itu adalah Tobias.

"Jangan halangi gue, Arven!" teriak Karin histeris. "Gue gak butuh adek yang durhaka dan tidak penurut! Yang seperti ini mendingan mati saja! Percuma capek-capek gue cari selama bertahun-tahun! Gue mendidikan dia jadi seperti ini, gue juga yang akan mengakhiri!"

"Jangan, Karin! Dengerin gue dulu!" kata Tobias tajam. "Lo jangan melukai dia hanya karena emosi sesaat! Gue tau lo sayang sama Monica. Kalo nggak, untuk apa kita semua bersusah payah selama ini?"

"Tentu saja untuk mendapatkan uang!"

Lagi-lagi jawaban itu terasa bagaikan tikaman di jantung Monica. Padahal tadinya dia sudah sempat terharu mendengar ucapan Tobias.

"Itu nggak salah. Tapi lo juga ingin Monica ada di pihak lo, kan? Please, Rin."

Monica melihat Zoe membuka mulut untuk membantah ucapan Tobias, tapi lalu mengatupkannya kembali.

Apa ada sesuatu yang harus kuketahui?

Sebelum dia sempat berpikir lebih lanjut lagi, Monica mendengar teriakan Karin lagi, membuatnya menoleh kembali padanya. "Jangan cegah gue, Arven! Anak pemberontak ini harus diberi pelajaran! Minggir!"

"Zoe!" bentak Tobias masih sambil menahan Karin. "Bawa Karin pergi, mumpung gue lihat ada keributan di luar! Biar gue yang selesaikan sisanya di sini!"

Lagi-lagi Zoe tampak ingin membantah, tapi lalu dia merangkul Karin dan berkata lembut. "Ayo, Rin. Kita pergi dari sini sebelym denger suara-suara kita."

Revan mendekati Tobias, lalu berbisik. "Sekali lagi gue liat lo berkhiatan, gue gak ada segan-segan nembak kaki lo, Tob."

Tobias terkekeh pelan. "Kenapa gak kepala? Bukannya lebih puas?"

"Noted."

Karin memang pandai bicara. Dia mengucapkannya dengan lembut dan penuh kasih sayang, membuat kemarahan Karin mereda. Entah kenapa, Monica jadi ingat orangtuanya. Karin yang selalu patuh dan penurut—meski berkarakter kurang baik—selalu lebih disayangi daripada dirinya si pembangkang yang lebih berhati mulia. Bukan memuji diri, tapi ini fakta.

Sering kali, orang yang pandai mengambil hati selalu menang, sementara orang yang berusaha menjadi diri sendiri malah tidak disukai. Mungkin itu sebabnya orang-orang selalu lebih memilih menjadi penjilat daripada orang jujur.

THE GOLDEN TEENAGERS [PART 3&4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang