25. Sweetie

7 8 39
                                    

25. SWEETIE

Ada yang jungkir balik di dada Kayla begitu Dylan menuntaskan kalimatnya. Gadis itu sangat bersyukur karena bukan dia yang memegang kemudi saat ini. Kalau iya, mungkin dia sudah menabrak sesuatu saking kagetnya.

"Kay, jangan melamun..."

"Aku nggak ngelamun. Aku cuma kaget sama kata-kata kamu," kata Kayla. "Kalau bercanda jangan keterlaluan gitu!"

"Siapa bilang gue bercanda?"

"..."

"Lo nggak bisa bedain orang yang bercanda dan serius, ya?"

Apa yang harus aku ucapakan untuk merespon kata-kata Dylan?

"Dylan..."

"Gue anggep lo lagi ngelatur."

Jauh di lubuk hatinya, Kayla tahu bahwa Dylan bukan orang yang mudah menyerah. Karena itu dia tidak merasa kaget saat cowok itu berbicara panjang untuk meyakinkannya.

Kayla tidak benar-benar menyimak tiap kata yang meluncur dari bibir Dylan. Benaknya terasa keruh dan berkabut. Jantungnya bergerak liar, seakan hendak mematahkan tulang-tulang dadanya.

"Kayla..." Dylan menyentuh lengannya sekilas, merenggut konsentrasi gadis itu.

"Gue mau lo bener-bener memikirkan ini. Gue nggak lagi iseng atau kurang kerjaan. Gue serius. Seharusnya memang sejak awal gue ngajak lo kencan, bukan omong kosong soal—"

Kayla memotongnya. "Aku... entahlah Lan. Kamu... semua ini... bikin bingung," celoteh Kayla dengan perasaan tidak keruan.

"Untungnya aku nggak punya riwayat sakit jantung. Kalau iya, bisa bahaya..." Kayak berusaha keras untuk bercanda.

"Lo nggak percaya sama gue, ya? Mungkin cara gue memang nggak lazim. Lo ngerasa gue terlalu gegabah? Terburu-buru?"

Kayla tidak tahu dia harus menjawab dengan kalimat apa. Gadis itu diingatkan oleh rada takut yang membuatnya menjauh secara sadar dari kaum adam yang memberinga atensi sejak kecil. Meski dia yakin, Dylan berbeda. Justru itu yang membuatnya makin cemas.

"Aku belum kepikir soal kencan dan sebagainya. Itu dunia yang nggak aku kenal."

Suara Dylan dipenuhi rasa kaget. "Lo belum pernah pacaran?"

"Belum. Apa itu aneh?"

"Astaga. Serius?"

"Kenapa harus sekaget itu?" Kayla merengut. Dia menatap Dylan dengan alis bertaut. "Memangnya kamu? Kamu pasti punya sederet panjang nama para mantan, kan?" tuduhnya. "Sarah salah satunya."

Dylan tidak memedulikan kata-kata Kayla. "Siapa cowok yang pernah lo suka, selain Marven? Kenapa nggak sampe pacaran?"

"Itu rahasia."

"Oh, rahasia ya."

"He'em."

Entah karena menganggap serius nada peringatan di suara Kayla, Dylan tidak melanjutkan membahas topik itu. Dia malah mengucapkan kalimat baru yang tidak ada hubungannya dengan tema selanjutnya, tapi tetap menyejutkan Kayla.

"Hari Minggu mantan gue ulang tahun. Acara dirayain di Hotel Purnama. Lo ikut, ya?"

Kayla mengerutkan glabelanya. "Kenapa aku harus ikut?"

"Kenapa? Lo ada rapat OSIS?"

"Nggak sih, aku libur tiap Minggu. Kecuali ada jadwal rapat yang digeser."

Dylan menjawab dengan ketenangan yang sempurna. "Kalau gue ada acara pas akhir pekan, lo wajib ikut, Kay. Sekarang kan kita pacaran."

"Belom pacaran."

THE GOLDEN TEENAGERS [PART 3&4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang