36. Maaf Kay

6 8 44
                                    

Begitulah yang dibayangkan Kayla jika Dylan datang ke toilet.

Semua adalah halusinasi. Terus terang dia merasa sedih harus berjauhan dengan Dylan, namun disisi lain cowok itu juga salah. Apa Dylan tidak sadar dirinya sangat merindukan cowok itu? Kenapa sangat sulit untuk melampiaskan perasaan ini? Kenapa hatinya terasa sakit padahal Dylan bukan pacarnya?

Bukan. Bukan salah Dylan. Ekspestasi-nyalah yang salah. Halusinasi yang begitu tinggi hingga terasa begitu nyata, hanya memicu rasa sesak di dada.

Apa Kayla mengalami ganggu mental? Perubahaan suasana hatinya begitu cepat dan tergolong ekstrim. Bahkan dia sendiri tidak bisa mengendalikannya.

Kayla menekukkan kedua lututnya dan kemudian menenggelamkan wajahnya di sana. Dia menangis. Seluruh dunia terdengar seperti mendengung.

༻❁༺

Menuju tengah malam, Dylan belum bisa tidur. Pikirannya dipenuhi oleh sosok cantik yang telah ia hancurkan hatinya. Semudah itu ia merenggut keceriaan yang seharusnya Kayla pancarkan setiap hari.

Dylan akui dirinya berengsek.

Ia beranjak duduk di tepi kasur seraya mengusap wajah dan rambut tebalnya lalu mencengkeram kepala. Perasaannya semakin tidak tenang. Ia gelisah, hati kecilnya berkata harus menemui Kayla sekarang juga.

"Kay...," panggil Dylan dan suaranya berubah parau.

Dylan tidak bertutur lagi. Ia mengembuskan napas lelah seraya memejamkan mata. Ia mengusap kedua matanya dengan satu tangan, kemudian menarik napas sangat dalam.

Besok paginya, hari Sabtu, Dylan datang ke rumah Kayla. Seperti biasa, rumahnya sepi. Kedua orangtua Kayla pergi bekerja.

Dylan menekan bel rumah dua kali. Suara dentingan bel menjuru ke seluruh sisi dalam rumah. Sambil menunggu, Dylan berusaha menenangkan diri. Jantungnya berdetak sangat cepat ketika ingin bertemu Kayla.

Lalu pintu dibuka.

Ketika melihat Dylan datang ke rumahnya, Kayla terkejut dan spontan menutup pintu lagi. Kini dia bingung kenapa mendadak Dylan ingin bertemu.

"Kayla." Dylan menyebut nama itu.

Kayla refleks menoleh ke pintu kala ia dengar suara berat Dylan bukan lagi muncul di benak, melainkan ada di sekitarnya. Kayla kesulitan tidur karena tidak bisa berhenti memikirkan Dylan. Ia menetralkan napasnya yang memburu sebelum menanggapi Dylan.

"Aku enggak mau ketemu kamu. Balik ke rumah kamu, Lan." Kayla berkata.

"Sebentar...," pinta Dylan.

"Enggak."

"Kurang dari lima belas menit."

"Kamu paham, kan, aku enggak suka dipaksa," sahut Kayla.

Dia mengembuskan napas lelah seraya mengangkuk samar meskipun Kayla tak melihat. Dylan menunduk lalu berujar. "Gue paham lo kecewa. Gue bikin kacau hubungan kita."

"Maaf, Kay..."

Kayla diam.

"Sebentar aja enggak bisa, ya?" tutur Dylan.

"Tempat gue cerita cuma lo." Dylan melanjutkan.

"Gue mau lo denger cerita gue, Kay," tambahnya.

"Dylan, pulang ke rumah kamu." Kayla berkata.

"Kayla...," mohon Dylan.

Kayla seketika membekap mulutnya yang sudah bergetar. Pelan-pelan ia menjauh dari pintu dan melawan keinginannga untuk memenuhi permintaan Dylan. Kayla mengarahkan matanya ke atas sembari mengipas-ngipas wajah, ia berusaha keras menahan tangis.

"Ya udah, gue pergi," ucap Dylan rendah. "Jaga kesehatan lo."

Setelah mendengar suara motor Dylan pergi, barulah Kayla membuka pintu. Dia tidak melihat keberadaan cowok itu. Air mata membasahi kedua pipinya. Kayla merindukannya, tapi dia tidak mau disakitin lebih dalam lagi.

Lalu Kayla melihat sebuah kotak di bawah kakinya. Dia curiga kota itu sengaja ditinggalkan oleh Dylan.

Kemudian dia membukanya dan terkejut melihat ada boneka imut berwarna kuning tergeletak di sana. Boneka puppy imut itu memakai bodysuit warna kuning.

 Boneka puppy imut itu memakai bodysuit warna kuning

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

༻❁༺

haiiiii maap yaaak aku baru update, kemarin sibuk banget jadi ga sempet nulis heheheh😿jangan lupa vote comment yaa!! ❤️

THE GOLDEN TEENAGERS [PART 3&4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang