57. Keputusan

8 8 30
                                    

Tepat pukul 9 malam. Tak ada suara pun yang terdengar di kamar itu. Kamar itu hanya ditempati oleh Kayla.

Ia belum terbangun semenjak kejadian tadi pagi. Shock yang menimpa gadis itu sepertinya cukup parah hingga membuatnya pingsan.

Sekitar beberapa menit kemudian, Kayla terbangun dari pingsannya. Ia membuka mata dalam penuh ketakutan. Bayangan buruk tentang pagi tadi kembali terngiang-ngiang membuat keringat dingin berjatuhan di dahinya. Seluruh tubuh Kayla gemeteran, ia mengigit kuku-kuku tangannya, bentuk dari rasa takut.

Kayla beringsut takut ketika melihat pintu ruangan itu terbuka. Rupanya kejadian buruk tadi pagi membuat dia sedikit trauma, juga belum sadar bahwa kini ia sudah ada di kamarnya, lebih tepatnya di rumahnya.

Dia sudah pulang dari camping. Juga yang membuka pintu kamar itu adalah Dylan, pria yang telah menyelamatkan Kayla dari kejadian buruk.

Kayla bergumam penuh syukur. Air mata hangat tiba-tiba menetes di pelupuk matanya. Demi apapun, ia sungguh ingin memeluk lelaki itu dengan erat. Sungguh ingin memeluknya.

Dylan mendekat, duduk di tepi tempat tidur. Tak ada satu kata pun terucap. Kayla tidak mengerti tentang situasi yang dialaminya sekarang. Apa yang sebenarnya terjari pada Dylan? Mengapa dia terlihat begitu dingin?

Kayla tidak bisa memikirkan hal lain. Ketika Dylan ada di dekatnya, Kayla tak bisa menahan perasaannya lagi. Ia menghambur masuk ke dalam pelukan lelaki itu, mendekapnya dengan erat sembari menangis.

Lambat laun, Dylan mulai membalas pelukan Kayla, mengusap punggung gadis itu dengan lembut, tapi belum mengucapkan sepatah kata pun.

"Maaf...," lirih Kayla pelan sekali.

Dylan tak menjawab. Ia hanya diam, seolah ada sesuatu hal yang mengendalikan pikirannya saat ini. Otaknya tak bisa berpikir jernih. Mengapa gadis yang ingin dia lindungi selalu terjebak oleh lelaki bajingan? Dylan tak bisa menerima itu.

Dilepaskannya pelukan Kayla dari tubuhnya. Kini lelaki itu menggenggam bahu Kayla dengan kedua tangannya, menatap mata gadis itu penuh dengan kesungguhan. Kayla bahkan merasa takut untuk melihat tatapan itu. Ya, Dylan saat ini terlihat menakutkan. Memandang Kayla dengan seluruh emosi yang terpendam dalam jiwanya.

"Listen, Kayla. Mulai sekarang lo jangan deketin gue lagi."

Kayla terbelalak tak percaya. Ia memandang Dylan, mencarintahu arti dari perkataan lelaki itu, tapi Dylan malah tak berkata apa pun lagu. Genggamannya di bahu Kayla sudah melonggar, dan akhirnya terlepas.

"M-maksud kamu apa?" tanya Kayla serak.

"Ini yang terbaik. Gue gak mau lo celaka lagi."

"Tapi bukan kamu yang bikin aku celaka!" Kayla sedikit membentak karena tidak ingin menerima fakta bahwa cowok itu akan meninggalkannya. Tidak. Dia tidak
mau.

"Dylan!"

Ia pun beranjak, meninggalkan Kayla yang masih mencerna situasi.

"Kenapa kamu ngomong gitu?" tanya Kayla. Ada apa dengan laki-laki itu? Memikirkan itu semua membuat Kayla menjadi tidak tenang.

"Dylan!" Kayla memanggil Dylan namun Dylan tak mau menoleh yang membuat Kayla berkerut karenanya. Dylan tidak biasanya begini.

"Dylan!" panggil Kayla namun Dylan tak kunjung menoleh yang membuat Kayla menarik lengannya.

"Apa?" Dylan bertanya ketus saat kedua mata mereka bertemu.

"Kamu kenapa?" Kayla bertanya dengan kedua mata bulatnya membuat Dylan menghela napas.

THE GOLDEN TEENAGERS [PART 3&4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang